Hello, my senior girl~ (Tamat)

By Vinaasmarani

174K 11.1K 859

"Hai kakel cantik" Seorang laki laki berdiri menghadang jalan sang kakak kelas perempuan. Tidak ketinggalan... More

Satu satu
Dua dua
Tiga tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Duabelas
Tigabelas.
Empatbelas
Limabelas
Daftar Nama
Enambelas
Tujuhbelas
Delapanbelas
Sembilanbelas
Duapuluh
Duapuluhsatu
Duapuluhdua
Duapuluhtiga
Duapuluhempat
Duapuluhlima
Duapuluhenam
Duapuluhtujuh
Duapuluhdelapan
Duapuluhsembilan
Tigapuluh
Tigapuluhsatu
Tigapuluhdua
Tigapuluhtiga
Extra part.
Extra story
epic story
New story

Sebelas.

4.8K 340 15
By Vinaasmarani

Di sebuah kamar, seorang gadis tengah termenung memikirkan kejadian dua hari yang lalu. dimana dia dibuat tidak bisa tidur selama dua malam karena tidak menyangka dengan apa yang menimpanya dan tidak menyangka dengan dua laki laki yang ada didekatnya memiliki sisi gelapnya masing masing.

Terutama kepada Arlan. Vanya masih tidak menyangka, walau ia dan Arlan sering bertengkar dalam artian tidak benar benar bertengkar dalam artian sesungguhnya, Arlan adalah panutannya dalam hal akademis maupun kepribadian. Arlan adalah ketua osis yang tegas, dan dirinya juga berprestasi. namun walau mempunyai gelar dan menjadi favorite para guru, Arlan selalu berbaur dengan semua siswa walau kebanyakan yang enggan bersamanya karena aura tegasnya yang kuat.

Dan untuk Hans, walau kelakuan Hans memang sudah seperti setan, tengil, dan kasar. gadis itu masih tidak menyangka ternyata Hans memang se-sadis itu. padahal ia melihat orang itu adalah kakak kelas dua belas karena sempat melihat logo atau bet dibahu kiri seragamnya, dan terlihat dari postur badannya yang bongsor seharusnya mampu melawan Hans. meski Hans tinggi tetapi kakak kelas itu badannya jauh lebih besar, tidak seperti Hans yang hanya sedikit berisi. entahlah, mungkin memang kemampuan Hans ataupun kekuatannya yang luar biasa.

Setelah kejadian itu, kemarin saat masuk kesekolah semakin Hans tidak bisa dihindari olehnya, mau kemanapun ia bersembunyi pasti diketahui oleh laki laki itu sampai membuatnya frustasi. tidak mungkin ia berdiam diri saat tau sisi Hans yang menakutkan seperti itu. ia harus menghindarinya agar kehidupannya normal kembali,dirinya tidak akan pasrah hanya karena Hans menunjukan pribadinya yang menakutkan.

Untuk Arlan, laki laki itu masih bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa apa. justru biasanya laki laki itu akan memerintahnya lewat sosial media atau menelponnya ketika ada suatu rapat, malah laki laki itu sendiri yang menghampirinya dan menyeret Vanya bersamanya keruang osis. Vanya sih sudah malas melihat wajahnya, seperti sudah melihat mukanya secara langsung tanpa tertutup topeng menjijikan tak kasat mata yang ia sembunyikan.

Baru saja Vanya terhenyak dari lamunan hendak meraih smartphone untuk menghilangkan pikiran buruk yang terus saja bersarang di kepalanya, Vanya di kagetkan dengan bunyi dering notifikasi dari smartphone miliknya yang baru saja akan di qraihnya.

Hans
besok ku jemput, aku enggak mau lagi ada penolakan!!!.

Vanya tidak membalas pesannya. membanting hpnya kekasur, ia tahu dia akan melakukan ancaman untuknya jika Vanya tidak menuruti ucapannya, namun Vanya tidak bodoh apalagi polos sampai harus menurut saja ketika dijerat paksa olehnya. Vanya yakin saat ia terus menolak, Hans akan semakin gencar saja untuk membuatnya ketakutan dan pasrah dijadikan mainannya, namun saat Vanya pasrah bisa saja semakin parah dampaknya, ia akan dibuang dengan keadaan yang pasti tidak baik baik saja dengan hidupnya dimasa depan.

Arghhhh. batin Vanya berteriak frustasi.

Dering ponsel kembali berbunyi tanda ada seseorang yang menelponnya. rupanya masih Hans yang menghubunginya.

"Ada apa?." tanya Vanya ketus.

"Besok kita berangkat bersama. ingat, tidak ada penolakan!!." Kata Hans diseberang sana.

"Tapi... ak~" sial!! ucapan Vanya terpotong olehnya.

"Ingat!!!, aku enggak segan buat minta Arlan untuk sebar luasin isu kalau kamu terlibat sama kekerasan kemarin. dan Boom!!! semua orang pasti percaya sama semua perkataan Arlan." Sial sial!!! dia benar benar mengancam Vanya, tidak bisa dibiarkan!!!.

"Enggak!!! lo enggak bisa macam macam sama gue, gue juga bisa ngelibatin elo kalau sampe lo ngelakuin itu." kata Vanya balik mengancam, bahasanya berganti menjadi elo-gue.

"Aku enggak bisa disentuh Vanya, jadi kamu enggak bisa menggertak aku dengan cara kayak gitu sayang ~." sial Vanya lupa kalau Hans dan orangtuanya punya banyak kekuasaan.

Sepertinya ia harus segera tidur saja, daripada pikirannya melayang kemana mana. sudah dua malam ia tersiksa karena memikirkan semua peristiwa yang menimpanya, ditambah dengan ancaman yang Hans berikan padanya membuat otaknya semakin rumit saja. sekarang Vanya sudah merasakan kantuk yang sangat berat menimpa matanya. tidak membutuhkan waktu lama, matanya segera terpejam dengan erat, nafasnya pun mulai teratur dengan sedikit dengkuran halus.

****

Gadis berwajah jutek tengah berdiri didepan cermin yang mampu menampilkan seluruh tubuhnya, menilai tubuhnya yang sudah dibalut dengan seragam sekolah apakah sudah terlihat rapih atau belum?. jika mengingat dirinya akan dijemput si adik kelas yang kelakuannya mirip setan membuat ia menjadi enggan untuk berangkat ke sekolah. niat ingin melarikan diri dengan cara pergi ke sekolah pagi pagi sekali, tapi ia justru teringat ancamannya, sehingga ia mengurungkan niatnya daripada saat bertemu disekolah laki laki itu akan berbuat yang tidak tidak didepan umum?.

Dirasanya sudah siap, ia keluar dari kamarnya menuju dapur yang terdapat meja makan juga disana. diruangan itu terlihat bundanya yang sedang menyiapkan 2 martabak manis mini dengan segelas susu dimeja untuknya. tidak lupa ia mencium pipi bundanya terlebih dahulu sebelum duduk dibangkunya dan memakan sarapan buatan bunda tercinta.

"Udah gede main cium cium bunda aja!!!." ucap bundanya, bundanya mengusap pipi yang bekas diciumnya dengan menampilkan raut wajah pura pura jijik.

"Ih mendingan cium bunda daripada nanti aku yang dicium sama anak orang?." kata Vanya meledek bundanya yang sudah melotot kaget dengan perkataan anaknya sendiri.

"Oh gitu yah? udah gede yah? coba bilang gitu depan ayah?."

Vanya tadinya mengangguk dengan pertanyaan pertama, dan kedua, lalu ia menggeleng brutal ketika diberi pertanyaan yang bersangkutan dengan ayahnya. Vanya menelan martabak mini yang sudah dilahapnya dengan susah payah, dan meminum susu hangat buatan bundanya sekali tegukan.

Vanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan berkata "Hehe, enggak deh bun, makasih."

Yang pasti ayahnya sedang diteras rumah membaca koran ditemani sarapan martabak mini dengan toping ketan hitam dan secangkir kopi, yang kalau dengar perkataanya bisa bisa ia dijewer oleh ayahnya dan meminta bundanya untuk memotong uang jajannya.

Vanya menghabiskan sarapannya dengan segelas susu berukuran besar. saat ia sedang mengobrol dengan bundanya ia dikagetkan dengan suara ponsel di tas punggungnya yang tergeletak dikursi. Vanya menepuk dahinya ringan karena baru mengingat kalau dia akan dijemput oleh adik kelasnya itu.

"Bunda, Vanya pamit berangkat ke sekolah sekarang ya." setelah mengatakannya ia langsung berlari keluar dari rumah.

"Ayah, Vanya berangkat ke sekolah ya" ucap Vanya ketika melewati Ayahnya yang sedang duduk bersantai.

"Hei!!!! dijemput siapa itu? mau ke sekolah atau mau main!!!??." Vanya berhenti didepan gerbang rumahnya saat ayahnya memanggil. Mati gue!!!. batinnya berteriak.

"Temen ayah!!!." jawab Vanya setengah berteriak.

"Bawa kesini dulu!!!." ucap ayah Vanya tegas.

Vanya meringis setelah ayahnya berkata untuk segera menunjukan yang dibilang Vanya adalah teman. Vanya mendekati mobil putih metalik milik Hans yang ada diseberang jalan dari rumahnya. tidak heran Hans sudah diperbolehkan membawa mobil, walaupun Hans adalah adik tingkatnya namun usianya sepantaran dengan Vanya, yaitu 18 tahun, sehingga Hans sudah memiliki kartu SIM-nya sendiri.

Vanya mengetuk pintu bagian kursi kemudi. tidak lama kemudian kaca pintu mobil itu diturunkan.

"Kenapa enggak masuk?." tanya Hans datar namun dengan tatapan mata yang tajam menusuk.

"Mau masuk dulu enggak? Disuruh turun dulu sama ayah." ajak Vanya.

Tidak disangka, Hans nyengir lebar dengan anggukan setuju. Vanya pikir tipe seperti Hans tidak akan mau. tidak lama setelah itu Hans turun dari mobil lalu mengunci mobilnya dan mengaktifkan alarm supaya aman. dipikiran Hans saat ini adalah, ia dibuat tersenyum oleh Vanya karena ditawari untuk berkenalan dengan orang tuanya, itu membuat Hans jadi salah tingkah sendiri karena perhatiannya. padahal bagi Vanya itu hanya hal sepele yang semua orang lakukan ketika ada teman yang datang kan?.

"A-ayah... i-ini temen Vanya." ucap Vanya takut takut.

selama ini teman laki laki yang berkunjung ke rumahnya hanyalah si ketua osis Arlan, ia tidak pernah mengundang atau membawa teman laki laki walaupun ketika ada kerja kelompok yang mengharuskan satu kelompok dengan siswa laki laki, biasanya Vanya yang akan berkunjung kerumah rumah temannya. namun saat ini berbeda, ia membawa Hans yang notabenya walau wajahnya terlihat alim saat memasang wajah sok polos, namun tetap saja penampilannya urakan, terlihat dari baju seragam yang tidak dimasukan kedalam celana sesuai peraturan.

"Cowok?." tanya ayah Vanya, menaikkan kedua alisnya.

Vanya menundukkan kepalanya, takut ayahnya mengira yang tidak tidak lalu marah marah.

"Hai om, selamat pagi, kenalin nama saya Hans, saya pa-... aduh!!!." belum sempat menuntaskan ucapannya yang akan berkata bahwa ia pacar Vanya, kakinya malah diinjak oleh Vanya.

Tuh kan, ini yang gue takutin!!!. setan ini malah bertingkah!!!, gemes banget pengen cubit ginjalnya!!!. Batin Vanya. ia melirik Hans dengan tatapan sinisnya.

"Yaudah yah, kita pamit berangkat ke sekolah ya."

Vanya buru buru menarik pergelangan tangan Hans dengan cepat. sedangkan yang ditarik tangannya malah cengengesan melihat pergelangan tangannya yang genggam oleh Vanya.

"Bisa enggak sih, lo enggak usah macem macem ngomongnya!!! bisa didamprat gue sama ayah gue!!! gue bukan pacar lo!!!." Vanya berkata ketus.

Wajah Hans berubah datar, ia menarik tangan Vanya untuk mendekat kearahnya, lalu ia menunduk menjajarkan wajahnya dengan gadis dihadapannya itu.

"Masih keukeh nolak aku?" Kata Hans datar, didepan wajah Vanya.

"Kayaknya, aku... belum cukup gila buat nunjukin ke kamu kalau kamu harus jadi milik aku"  lanjut Hans. datar, namun sarat dengan penuh penekanan yang terdengar dingin.

****
Jangan disangka memiliki seorang teman, saudara, pacar bahkan orang lain yang sangat posesif itu enak! Tidak ada enaknya sama sekali kawan kawan selalu dikekang dan selalu diperhatikan dengan kadar berlebihan sangatlah memuakkan. ingin ini itu harus selalu diketahui olehnya, kadang juga membahayakan orang orang disekitar kita yang mungkin sama sayangnya terhadap kita. selalu dicurigai meskipun kita memiliki alasan yang kuat.

Vanya tidak ingin memiliki pasangan seperti itu, ia ingin memiliki pasangan yang berkomitmen kuat tanpa terlalu posesif, cemburu boleh karena siapa sih yang tidak cemburu melihat pasangan kita menghabiskan banyak waktu dengan orang lain daripada pasangannya sendiri? tapi harus dalam batas wajar dengan berbicara baik baik dan jangan mengulanginya kembali.

Apalagi sekarang, Vanya tidak pernah berharap memiliki pasangan seperti Hans yang ternyata memiliki sifat sadis dibalik wajahnya yang ekspresif didepan banyak orang. mungkin dimata mereka Hans adalah sosok yang menggemaskan dengan wajah baby face dan senyum manis yang senantiasa ditebarkan setiap hari. tapi siapa sangka Vanya tidak sengaja mengetahui sifat mengerikan laki laki itu, wajah baby face yang menggemaskan berubah menjadi datar dengan mata tajam yang terus menyorot satu objek, lalu senyum manisnya berubah menjadi senyum miring yang bengkok dan mengerikan.

Seperti sekarang, dilapangan olahraga indoor Vanya duduk bersisihan dengan Hans yang berada disampingnya. ia sedang melihat dua orang yang berlatih bulu tangkis disana. niatnya ia ingin kabur dari Hans saat bunyi bell istirahat kedua, dengan bersembunyi dilapangan indoor ini. tapi memang dasarnya mata Hans berada dimana mana, tiba tiba saja Vanya yang sedang duduk dibangku penonton lehernya dipiting pelan oleh Hans dan menyandarkan kepalanya dibahu Vanya yang pendek. memang Hans tidak pernah sadar diri kalau dirinya itu bongsor.

"Aaaaaaaa." Vanya mengernyit bingung ketika Hans bersuara seperti itu. ia melirik Hans dengan ekor matanya.

"Aaaaaaa." Hans mangap lebar dengan mata yang berbinar menggemaskan.

"Apasih?? ngomong yang bener!!! sekolah sampe SMA digunain bener bener!!!." sentak Vanya, ia tidak mengerti apa yang Hans inginkan.

"Huft..." Hans menghela nafas pelan. ia menekuk wajahnya, bibirnya mengerucut sebal.

"Aaaaaaa.... itu, suap." Hans menunjuk mulutnya sendiri lalu beralih pada sebungkus besar stik jagung yang berada ditangan Vanya.

"Ooooh, ngomong dong dari tadi! gue kan lupa ada makanan ditangan gue karena fokus sama pertadingan bulu tangkis didepan, lagi seru tuh kayak beneran!." jawab Vanya.

"Aku-Kamu sayang... dan enggak boleh terlalu fokus sama hal lain selain aku!." ucap Hans dingin.

Vanya memutar bola matanya malas. ia mulai menyuapi Hans dan dengan gemas menjejal-jejalkan makanan sampai mulut Hans penuh dengan makanan ringan. Vanya tertawa karena merasa puas dan lucu saat melihat pipi Hans yang menggembung akibat ulahnya. Hans tidak protes. tetap mengunyah makanan yang berada di mulutnya sambil memandang Vanya yang tertawa terbahak bahak, dengan binar dimata Hans.

Hans buru buru menelan makanannya dengan susah payah, lalu mencolek Vanya yang sudah berhenti tertawa.

"Apa?." tanya Vanya.

"Sini deh deketan." kata Hans.

Meski ragu Vanya tetap menoleh dan mendekatkan wajahnya. ia fikir Hans akan berbisik sesuatu sepertinya.

Cup

Vanya melotot melihat Hans yang cengengesan karena berhasil mengecup bibirnya singkat. Vanya buru buru mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru lapangan indoor, menghela nafasnya lega setelah memastikan tidak ada orang yang melihat aksi Hans. dengan gemas Vanya memukul bahu Hans dengan keras lalu lengannya juga tidak luput dari geplakan telapak tangan Vanya, sedangkan kini Hans yang tertawa terbahak bahak dengan perlakuan Vanya.

______________________________________

guys enggak lupa kan sama cerita ini. maaf ya author gk jelas jadwal updatenya, soalnya enggak punya draft, updatenya kalau ada ide melintas dan kalo lg gk males.

ternyata vote dan coment pengaruh banget buat semangatku. jadi buat silent readers jangan sembunyi lagi yah... semoga kalian suka sama chapter ini.

jangan lupa mampir di wallku, ada cerita baru disana kalau rame aku bakal lanjutin cerita itu.

follow aku ya guys.

No one, girl and man just friend

Blurb

Tidak ada satupun perempuan dan laki laki menjadi sahabat baik. buktinya aku, walau sedari kecil aku dan sahabatku makan bahkan mandi bersama. hingga masih sama sama ngompol sampai dewasa seperti ini, tetap saja perasaanku tidak pernah berubah, aku menyayanginya lebih dari seorang sahabat ataupun adik.

aku serakah karena menginginkan masa kecilnya selalu bersamaku, hingga ia menjadi gadis manis seperti ini, aku masih saja ingin dia tetap bersamaku hingga akhir hayat

Continue Reading

You'll Also Like

423 83 14
"STOP NGEJAR GUE." "JANGAN BERHARAP APAPUN DARI GUE" "Makasih udah mau berubah demi gue, tapi gue harus bilang ke lu kalo lu jangan berharap apapun d...
KAZAKTHAN By Rere

General Fiction

10.1K 698 12
Jika orang-orang bertanya, siapa sosok yang paling dihormati di Starlight Internasional School jawabannya pasti Kazakthan. Gadis yang memiliki nama u...
1.5K 137 9
"Garafra, Ayo putus." Alrea. "Ga semudah itu." Garafra.
29.3K 2K 36
Ketika perasaan rasa cinta yang Regis miliki tumbuh menjadi obsesi, dan tanpa disangka sang ayah sudah menjodohkan adik Nya, Wigela kepada sang CEO t...