Ha-Ha The Alternate Universe...

By NengUtie

51.8K 9.8K 1.6K

this is a story about Hans and Hana in another universe. More

Opening
The heart was made to be broken
Just play, have fun, enjoy the game
The Death Note
Kiss by kiss
Haruskah ku mati
Dilemma
Try me!
Vote!! Vote!! Vote!!!
To the moon and back
Object of my desire
How much of me belongs to you
It's okay, I'd be jealous too
More than a lover
Be a better man
My life without you
Yang terindah
Growing up with you
The one
Live forever in me
A reason to hold on
Husband and wife
All I ask of you
Skip the fight
In a snap
No one can replace you
Babies
Gossip girl
That's what friends are for
Good day with friends
I must have done something good
It's a boy!
Extra One
Extra two
Happy anniversary
First Date
Welcome home, Hana
Would you be my girl?
First Anniversary
Wedding Invitation
Crazy ex-girlfriend
Friend Zone
Iceland
The End

Say you love me

1.1K 228 46
By NengUtie

Memiliki Hana sebagai teman itu menyenangkan. Namun, memiliki Hana sebagai kekasih ternyata sangat luar biasa.

Bukan hanya keluarganya yang menyadari tapi juga seluruh teman dan rekan kerjanya kalau akhir-akhir ini Hans lebih banyak tertawa dan seluruh sikapnya seakan memperlihatkan pendar cahaya kebahagiaan. Seperti saat ini ketika dia tertawa riang mendapat kiriman paket yang ternyata dari Hana di meja kerjanya.

"Udah nyampe? Ih... Cepet ya... Aku udah takut aja kalau nyampenya malem di kantor kamu. Aku kirim pakai pengiriman kilat kemarin malam," ucap Hana saat Hans meneleponnya perihal paket di lorong kantor.

"Perasaan aku gak pernah kasih alamat kantor ke kamu, deh, Na... Kok bisa, sih?" tanya Hans masih tak percaya kalau Hana mau merepotkan diri mengirimkan brownies kering favoritnya.

"Aduh pacarrrr... Aku kan bisa googling alamatnya! Toh, aku tau nama lengkap kamu, kok. Belum ganti nama jadi Clint Moffatt, kan? Masih Hans Arkan Hamizan? Kalau aku tanya alamat ke kamu, jadinya gak surprise lagi, dong."

"Makasih ya, Pacarnya Hans... Makin cinta, deh!"

"Kalau beneran cinta, diabisin ya... Aku baru pulang kantor kemarin langsung bikin, lho... Extra almond sesuai kesukaan kamu, trus kirim buru-buru takut ekspedisinya keburu tutup."

Hans tersenyum bahagia. "Iya, aku langsung abisin gak mau bagi-bagi."

"Pelit amat! Suruh yang lain cicipin juga! Kalau kurang, nanti aku bikinin lagi!" omel Hana.

Hans tertawa. "Iya... Iya... Anyway, nanti aku jemput, mau?"

"Gak usah, aku hari ini lembur ngurusin deadline pajak. Kasian kalau kamu nungguin lama."

Bibir Hans mencebik. "Tapi kangen...." keluhnya.

Didengarnya Hana tertawa. "Samaaaa... Makanya aku kirimin kue, kan. Biar kamu gak lupa sama aku. Sok sibuk, sih, kamu akhir-akhir ini," protesnya.

"Halah, kangenmu imitasi doang, Pacar! Giliran aku bisa jemput, malah kamu yang gak mau."

"Besok, kan, bisa ketemu. Pacaran pagi, mau? Tapi harus rela bantuin aku bebenah. Jadilah pacar baik yang bisa diriku andalkan!" ucap Hana setengah tertawa.

"Oke. Nanti aku bantu cuci piring aja... Kalau bantuin kamu nyapu sama ngepel, yang ada aku dimarahin terus sama kamu dibilang gak bersih."

Tawa renyah Hana kembali terdengar. "Pacarnya Hana emang terbaik!"

"Kalau udah muji gitu, pasti ada maunya...." selidik Hans tak percaya.

"Kok, tau, sih??"

"Udah hapal kelakuan kamu dari zaman neolitikum, Na! Hayo, mau minta apa?"

"Minta kamu dateng cepet aja... Tolong usaha untuk tetep ganteng dan wangi seperti biasa. Kangen sama baunya kamu, deh."

Hans tertawa. Entah kenapa dia merasa pipinya agak memerah digoda Hana seperti itu. "Dah lah, aku jemput kamu aja nanti. Gak usah nolak! Siapa suruh bikin aku jadi kepikiran kamu terus!"

"Ya udah, makasih, Pacar. Aku usahain kerjaanku kelar cepet. Nanti kalau udah mau selesai, aku kabarin kamu."

"Can't wait. Love you, Na...."

"See you tonight, Hans.... Muahhhh...."

Hans menutup telepon lalu bergegas kembali ke kubikelnya. Cengiran kecil masih tak lepas dari bibirnya saat dia membuka toples kue kiriman Hana dan memakannya sebuah. Enak! Hana memang pandai memasak apa pun.

"Senyum-senyum aja dari tadi, Hans!" tegur teman di sebelah kubikelnya.

"Baru dapet kue, mau?" tawar Hans.

Rekan kerjanya mengambil satu, mencicipnya. "Kok enak, sih? Beli di mana?"

"Cewekku yang bikinin...." jawab Hans tanpa menyembunyikan rasa bangga dari nada suaranya.

Temannya mengambil sepotong lagi. "Suruh jualan, Hans! Ntar ku borong, deh."

Hans tertawa. "Nanti kutanya, deh. Siapa tau dia mau jualan. Tapi, kayaknya gak akan mau. Waktunya udah kesita banyak buat kerja sama kuliah."

"Lah, ini sempet bikin...." protes temannya.

"Ya sempet, lah, kalau buat aku," jawab Hans jumawa sambil buru-buru menutup toples kuenya sebelum temannya menghabiskan browniesnya sampai tandas.

------------

Sudah dari jam 7 Hana memberitahu kalau pekerjaannya sepertinya masih belum selesai juga dan kemungkinan baru selesai jam 9 malam lalu mengusulkan Hans untuk pulang duluan saja, namun Hans masih bersedia menunggu. Akhirnya Hana menyerah membujuk Hans pulang, akan tetapi dia memberi syarat kalau Hans harus makan malam dulu sebelum menjemputnya.

Jam 21.30, Hans mobil tiba di depan kantor Hana. Di lobi depan, Hana yang sudah menunggu segera masuk ke mobil, mencium pipi Hans sekilas sebelum memakai seatbelt.

"Kamu nungguin lama banget. Maaf ya, Pacar...." ucap Hana dengan nada bersalah.

Hans membelai lembut rambut Hana. "Udah makan, kan? Masih laper, gak?"

"Aku makan filet-o-fish sama cheese burger sekaligus tadi saking stres-nya. Kentangnya juga yang ukuran large. "Hana menepuk-nepuk perutnya. "Jadi, gak usah khawatir, pacarnya Hana yang suka kelewat protektif! Kalau urusan perut, mah, dijamin aman!"

Hans tertawa, mencubit pipi Hana gemas. "Bagus, deh."

"Kamu udah makan, kan? Atau masih mau aku temenin makan?" Hana balik bertanya.

"Aman... Aku tadi makan nasi goreng. Kita langsung pulang aja, kamu keliatan capek banget soalnya," jawab Hans.

Hana tak sengaja menguap. "Sorry," ucapnya.

"Tidur aja, Na...."

Hana menggeleng. "Ih, mana tega sama kamu. Udah repot-repot jemput malah aku tinggal tidur."

"Ya gapapa. Kamu pasti capek banget gara-gara semalem bikin kue. Padahal, bikinin pas weekend juga gapapa, kok."

Hana tersenyum, mengusap pelan lengan Hans. "Baking kan salah satu bentuk stres release aku. Kebetulan minggu ini aku lagi stres gara-gara deadline sama ujian semester. Untung udah selesai semua sekarang. Besok aku bisa santai jadinya. Eh, gak juga, sih. Karena mbak lagi pulang kampung, jadilah aku yang bebenah. Udah mana mamah sama papah ngungsi ke tempat Mitha pas mbak pulang. Lengkap sudah penderitaan!" keluh Hana.

Hans tertawa. "Besok aku bantuin, deh...." janjinya.

Tersenyum lebar, Hana kembali mencium pipi Hans. "Makasih, Pacar... Makin sayang, deh."

Hans menggenggam tangan Hana, mengecupnya sekilas. "Me too...."

Sesampainya di rumah Hana, Hans ikut masuk karena dia perlu ke kamar kecil sebelum pulang.

Saat dia selesai, Hana masih menantinya di ruang keluarga. Hans tersenyum, merentangkan tangannya dan Hana pun bergegas mendekat lalu meleburkan diri ke dalam pelukannya. "Sayang aku harus pulang, padahal masih kangen...." ucap Hans setelah mencium bibir Hana mesra.

Hana membelai pipi Hans, mencium bibirnya sekali lagi. "Hati-hati ya, Pacarnya Hana.... Kabari aku pokoknya kalau kamu udah sampe rumah."

Dijawilnya hidung Hana. "Oke... See you tomorrow. Love you so much, Pacarnya Hans...."

Hana kembali memeluknya erat sebelum melepaskan. "I know...." ucapnya lembut dengan senyum termanis yang dia miliki.

---------

Jam 9 pagi, Hans baru datang ke rumah Hana yang disambut dengan omelan saat dia baru menginjakkan kaki di ruang tamu.

"Katanya mau dateng pagi? Pagi di negara bagian mana kalau baru nongol jam segini?" gerutu Hana yang rambutnya diikat asal, hanya mengenakan celana pendek yang nyaris tertutupi sepenuhnya oleh kaus yang dikenakan Hana. Hans menyadari kalau itu adalah kaus miliknya yang tertinggal di koper Hana saat trip terakhir mereka.

"Nice... Kaus Gucci-ku dijadiin kaus bebenah," ucap Hans sambil menggelengkan kepala.

Hana memerhatikan kaus yang dia kenakan. "Enak lho bahannya. Adem... Trus masih ada bau kamunya. Sukak!"

"Ya... Ya... Ya... Boleh kamu jadiin hak milik, deh. Seru juga liat kamu pake baju aku. Seksi...." ucap Hans sambil memeluk Hana erat.

"Hmmm.... Pacarnya Hana akhir-akhir ini tangannya aktif sekali, ya...." sindir Hana saat merasa tangan Hans berada di bokongnya.

Hans tertawa, mengecup kening dan menaruh tangannya di pinggang Hana. "Maaf deh... Abis pacarnya Hans akhir-akhir ini kelihatan seksi, sih."

Cemberut, Hana mencubit lengan Hans. "Gak cuma akhir-akhir ini, tauk! Aku kan memang seksi dari dulu. Kamu aja yang telat nyadar!"

Sekali lagi Hans tertawa. "Shombongggnyaaa...."

"Diem deh... Give me a hug!" ucap Hana yang segera dituruti oleh Hans.

"Selalu suka deh sama baunya kamu.... Ciri khas kamu banget dari pertama aku kenal kamu. Wangi musk...." desah Hana dalam pelukan Hans.

"Aku juga suka wanginya kamu.  Manis banget soalnya, Na. Kayak sarapan...."

Tersenyum ceria, Hana menjawab. "Lagi pake parfum vanilla. Bikin laper ya? Mau kumasakin? Tapi tunggu aku jemur baju dulu."

"Aku udah sarapan tadi. Kuyakin gak usah kutanya, kamu pasti udah makan duluan. Sini kubantuin jemur aja, deh, biar cepet."

Hana melepaskan pelukannya. "Hasekk... Tapi, awas kalau beha aku sampe hilang. Kamu pasti kujadiin tersangka!"

"Aku lebih tertarik sama isinya ketimbang pembungkusnya, Na...." jawab Hans sambil tersenyum jahil.

"Astaga mesumnya.... Mending kamu diem aja, deh di ruang tamu ketimbang aku beneran jadi korban."

Selesai merapikan rumah, Hana dan Hans bersantai menonton TV. Lebih tepatnya, Hana  mencoba berkonsentrasi menonton TV series favoritnya saat Hans tak henti-hentinya mencumbu dia.

"Hih!! Untung ntar malem masih ada siaran ulangnya!" gerutu Hana yang tidak dapat mengikuti alur cerita filmnya sama sekali. Hans yang memang terlihat sangat rupawan mengalihkan seluruh perhatiannya.

"Ya kamu... Pacarnya dateng dicuekin," balas Hans setelah menggigit pelan bahu Hana lalu lanjut memberi kecupan-kecupan kecil di lehernya sementara tangannya sudah menyusup ke balik kaus Hana.

Hana yang dari tadi duduk bersender di dada Hans merentangkan tangannya berpegangan pada leher Hans dan balas menciumnya. "Bener-bener ya... Setelah jadi pacar tangan sama bibir kamu aktifnya bukan main. Bentar lagi kita bisa digerebek Pak RT, lho, Hans."

"Susah nahan diri kalau sama kamu," keluh Hans.

"Oh, ini toh, gombalan basi yang didenger sama semua mantan kamu?" ledek Hana.

Hans tertawa, lalu menggeleng. "Gak. Khusus kamu aja, kok. Never felt this way before...."

"Oh, gaya pacaran napsuan gini cuma sama aku aja? Susah emang kalau jadi orang kelewat seksi," tambah Hana lagi dengan mata yang menatap sinis ke arah Hans yang hanya bisa tertawa dan mencubit pipi Hana, gemas.

Hans memeluk Hana, menaruh dagunya di bahu Hana. " Jujur ya, Na... I want you... Every piece of you ... Tapi aku tau, kita, terutama kamu, belum siap sama hal itu. So, ya udah... We can wait. Lebih tepatnya, I can wait...."

Hana mengusap pelan pipi Hans. "Ada prinsip yang aku jaga, Hans... But, Thank you ... Karena kamu mau menghargai prinsipku. Padahal kalau kamu godain lebih dari ini, bisa jadi aku luluh, lho ...."

"Iya??? Yuk, pindah ke kamar!" seru Hans tiba-tiba dan Hana langsung menjitak kepalanya.

"Woi!!!!!!"

---------------

"Sumringah banget, Bang Hans Hamizan!" ledek Bayu saat Hans menghampirinya di lapangan futsal. Mereka janjian bermain futsal bersama malam ini.

"Maklum, abis ketemu pacar," jawab Hans cuek saja.

Bayu tertawa. "Hana gimana? Masih oneng, kan? Kangen juga gue sama tu bocah eror. Udah lama gak jitak kepalanya."

Sudah agak lama dia tidak berjumpa lagi dengan Hana setelah pernikahannya dengan Ratna walau Ratna masih berkomunikasi rutin dengan Hana. Mereka juga masih aktif di group chat. Namun, sayang saja karena kesibukan masing-masing. Bertemu secara langsung menjadi hal yang agak langka.

"Yah, loe bahas Hana...apa yang bisa berubah dari dia coba? Masih begitu-begitu aja. Tetep lucu seperti biasa," jawab Hans.

Bayu tersenyum tipis. "Loe, sih, yang berubah. Seneng banget macem penganten baru. Padahal yang beneran manten anyar ya gue...."

Hans tersenyum senang sambil mengikat tali sepatunya. "Keliatan banget ya? She really makes me happy."

Bayu menepuk-nepuk punggung Hans, tanda dia mengerti lalu Bayu mengambil botol minuman dan menegaknya.

"Gue mau ngelamar Hana, Bay...." ucap Hans yang membuat Bayu menyemburkan air dari mulutnya.

"Bengek!!! Anjir, lah, bikin kaget aja!" maki Bayu sepenuh hati sementara Hans ganti menepuk-nepuk punggungnya.

"Yakin loe? Loe baru pacaran sebulan ini, kan?" tanya Bayu lagi setelah dia sudah menguasai diri.

"Gue cinta banget sama dia, Bay. Ya iyalah gue yakin!"

"Bukan itu maksud gue, Bego!! Tapi loe masa gak inget kalau Hana baru aja nolak lamaran orang gara-gara dia takut berkomitmen serius. Trus tau-tau loe ngotot minta komitmen juga dari dia? Kenapa loe gak mantapin hubungan dulu aja, sih? Gak usah buru-buru," jelas Bayu panjang-lebar.

"Ya gue gak minta nikah besok juga, Bay! Seenggaknya ya ngeresmiin hubungan aja. Nikah dua tahun lagi juga gapapa."

"Ngapain ngelamar kalau nikahnya masih ditunda lama? Loe macem gak kenal Hana aja. Gak bakal, kok, dia selingkuh dari loe.... Dia kan tipe yang pegang teguh komitmen."

Hans terdiam. Dia paham betul kalau Hana akan tetap setia selama mereka menjalin hubungan. Mungkin dia hanya ingin menenangkan batinnya yang kadang merasa ragu.

Kadang Hana suka terlihat merenung, tenggelam dalam pikirannya sendiri saat bersamanya walau hal itu dilakukan diam-diam ketika Hana merasa kalau Hans tidak memerhatikan.

Sampai saat ini dia juga belum pernah mendengar Hana mengucapkan kata cinta. Setiap kali Hans mengatakan I love you, Aku cinta kamu, Hana akan membalas dengan kalimat, I know atau me too, walau Hana sering kali mengatakankan kalau dia sangat menyayangi Hans.

Jadi, menurut Hans, melamar Hana saat ini adalah upayanya untuk menyakinkan diri kalau Hana memang sudah memilih dia sebagai pendamping hidupnya.

"Dua bulan lagi gue dikirim dinas ke luar kota buat enam bulan, Bay...." ucap Hans pelan.

"Ya trus? Hubungan jarak jauh kayaknya biasa, deh, buat Hana. Udah terlatih sampe level advance, kan, dia. Toh, gue yakin loe berdua gak akan putus komunikasi."

Hans meraih dompet di ranselnya, mengeluarkan sebuah cincin bermata berlian lalu menyerahkannya ke Bayu yang terbengong-bengong saat memerhatikannya.

"Gue bahkan udah nyiapin itu dari minggu lalu...." aku Hans pasrah.

"Gilaaaa...

Kenapa cincin tunangannya lebih bagus dari mahar gue ke Ratna? Gue kan jadi kaga enak hati sama bini gue!" Bayu misuh-misuh tak karuan.

Hans menoyor kepala Bayu, kesal. "Si Anjing!! Kenapa fokusnya malah ke sono, Bangsat!!!"

-----------------

Beneran, deh, ih... Berasa pengen nulis another universe aja di cerita ini.

Hans!!! 😭😭😭😭😭

Sengaja nulis rada manis dulu di part ini sebelum diriku menyakiti Hans Hamizan yang mentalnya baja. Udah disakitin sedemikian rupa, masih bisa baik ke Hana setelahnya.

Sending lope-lope buat Hans sebagai bentuk dukungan. ❤️❤️❤️❤️

Luv,
NengUtie



























Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 334K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
271K 32.2K 36
#2 Long Way to Home [young adult] Regan masih mencari. Dalam perjalanannya, kali ini dia hanya sendiri. Tanpa Ody yang menemani. Ody akan menunggu, k...
19.3K 1.6K 43
𝙏𝙤𝙤 𝙢𝙪𝙘𝙝 𝙩𝙝𝙞𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣𝙜 about your ex. It's hard to move on... but someday, Chaeyeon nemu pria lebih baik daripada mantannya
3.5M 36.8K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...