Unwanted (End)

By Dhe_lacious

489K 34.1K 1.9K

Sanji adalah seorang omega yang tak di inginkan. Di jual oleh ayahnya sendiri. Di siksa oleh saudara-saudar... More

Prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
duabelas
tigabelas πŸ”žβš 
empatbelas πŸ”žβš 
limabelas
enambelas
tujuhbelas
delapanbelas πŸ”ž
sembilanbelas
duapuluh
duapuluh satu
duapuluh dua
duapuluh tiga
duapuluh empat
duapuluh lima
duapuluh enam
duapuluh tujuh
duapuluh delapan
duapuluh sembilan
tigapuluh
tigapuluh satu
tigapuluh dua
tigapuluh tiga
tigapuluh empat
tigapuluh lima πŸ”ž
tigapuluh enam
tigapuluh tujuh
tigapuluh delapan
tigapuluh sembilan
empatpuluh
empatpuluh satu
empatpuluh dua
empatpuluh tiga
empatpuluh empat
empatpuluh lima
empatpuluh enam
empatpuluh tujuh βš πŸ”ž
empatpuluh delapan
empatpuluh sembilan
limapuluh
limapuluh satu
limapuluh dua
limapuluh tiga
limapuluh empat
limapuluh lima
limapuluh enam
limapuluh tujuh
End πŸ”ž

sebelas

9.1K 771 104
By Dhe_lacious

Sanji terbangun saat hari sudah menjelang siang.

Saat matanya terbuka, lagi-lagi Cosettelah orang pertama yang memasuki pandangnya.

"Tuan sudah bangun? Apa ada yang sakit? " Cosette bertanya sambil duduk mengupas buah apel di samping ranjang tempat Sanji berbaring.

"Hemm... Kepalaku masih sedikit pusing" Ujar Sanji seraya bangkit dari tidurnya.

"Berbaringlah dahulu" Ujar Cosette menahan tubuh Sanji.

"Aku mengupaskan beberapa buah untuk tuan"

Cosette menyodorkan sepotong apel ke bibir Sanji.

"Aaaa"

Sanji memakan buah yang disuapkan kepadanya.

"Bagaimana? "

"Hmm manis"

Melihat itu Cosette tersenyum.

"Mau lagi? " Cosette mencoba menyuapkan kembali buah apel ke mulut Sanji.

Namun tiba-tiba pergerakannya terhenti  karena Sanji memegang tangannya.

"Aku bisa sendiri Cosette. Kau tidak perlu repot" Ujar Sanji lembut.

"Tidak masalah tuan, aku hanya ingin memban.. "

"Tapi sekarang aku sudah memiliki suami" Suara lirih Sanji menghentikan ucapannya.

"Tidak enak dilihat, jika ada orang yang masuk"

Perkataan yang Sanji lontarkan tadi serasa seperti sebuah batu besar yang menimpa tubuh wanita itu. Membawanya pada kenyataan bahwa sang pujaan hati telah dimiliki oleh orang lain.

Tak terasa dadanya sesak, dia harus sadar bahwa Sanji adalah majikannya, apalagi sekarang dia sudah berstatus suami orang. Tidak akan ada harapan lagi untuknya.

Cosette tersenyum lirih lalu mengalihkan pembicaraan.

"Baiklah, aku akan menyiapkan makanan untuk tuan. Kalau begitu aku permisi dulu" Setelah mengatakan itu Cosette meletakkan piringnya dan segera bergegas keluar tanpa menunggu jawaban dari Sanji.

"Hahhh... " Sanji menghela nafas panjang dan menatap pintu yang di lalui wanita tadi dengan rasa bersalah.

Setelah kepergian Cosette, Sanji mecoba bangkit dan duduk bersandar di kepala tempat tidurnya, lalu meraih piring yang berisi buah di meja nakas.

Dia akui, dirinya sangat lapar, karena kalau boleh jujur dia tidak tau sudah berapa lama diirinya tak sadarkan diri.

Sanji sedang menikmati buah apel dengan tenang, namun suara dari pintu yang di buka mengalihkan perhatiannya.

"Kau sudah sadar?" Yonji masuk mengenakan seragam sekolah dan menenteng ranselnya.

"Kau tidak sekolah? " Sanji bingung karena setaunya sekarang masih jam pelajaran.

Yonji berjalan mendekat dan duduk di kursi yang di tempati Cosette tadi.

"Guru-guru mengadakan rapat. Lalu kami dipulangkan"

"Ah.. Begitu, aku kira kau bolos" ujar Sanji.

Suasana hening sejenak sebelum yonji kembali berkata.

"Kau keras kepala" sambil mengepalkan tangannya di atas lutut.

"Hah? Maksudmu" Sanji yang bingung dengan pernyataan Yonji pun bertanya.

"Kau keras kepala, bodoh dan menyedihkan. Sudah berapa kali aku katakan kalau kau bisa meminta bantuanku, tapi kau selalu menolak. Selalu menahan semuanya sendiri. APA KAU TIDAK LELAH?" Yonji berkata dengan cepat karena emosi.

Mendengar adiknya berkata seperti itu dengan raut wajah khawatir bercampur kesal membuat Sanji tersenyum miris.

"Tentu saja aku lelah"

Namun kalimat itu tidak sanggup untuk keluar dari bibirnya.

"Haha.... Kau lucu sekali saat marah"

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan ku. Aku baik-baik saja. Buktinya aku masih bernafas sampai sekarang" Dengan entengnya Sanji berkata seperti itu.

Bibirnya mengulas senyum namun matanya memancarkan kesedihan. Yonji sangat hapal dengan senyuman palsu sang kakak, beberapa tahun tinggal bersama membuatnya bisa membaca semua garis wajah dari pria yang lebih tua beberapa tahun darinya itu.

"kau pikir bisa membohongiku" yonji berkata seraya berdiri dari duduknya.

"Yon.... "

Grep

Belum sempat Sanji mengeluarkan kata-kata, dirinya tiba-tiba merasakan sebuah kehangatan yang menjalar di tubuhnya.

Yonji memeluknya.

"Aku tidak akan melakukan ini lagi, jadi menangislah kalau kau ingin" Ujarnya sambil mengelus surai pirang Sanji.

Nada bicara Yonji yang dingin, sangat bertimbal balik dengan tindakannya.

Sanji yang merasa dadanya mulai penuh dan sesak, akhirnya mulai mengeluarkan air matanya dan menangis tersedu-sedu

"Hiks.... Hiks...... Hiks..... Yon.... Aku"

"Katakanlah " Yonji masih setia mengelus surai sang kakak.

"A-aku...Ta-takut... Hiks"

"A- aku le-lah hiks...."

"Apa menjadi seorang omega, begitu hina? Hikks...Sehingga mereka bisa berbuat sesuka hati?"

Yonji tidak menjawab dan hanya mengeratkan pelukannya.

"Aku tidak ingin menjadi seperti ini. Aku benci"

"Kenapa aku merasa semuanya tidak adil hiks... Hiks"

"Aku ta-takut yon.. A....hikss..a-ku takut dengan apa yang menungguku di masa depan"

Sanji mencengkram baju yonji erat.

Yonji tidak membalas dan hanya mengelus surai sang kakak.

Dia tak tau harus berkata apa, dia tidak pandai memberikan kata-kata penenang. Dan dia juga tidak pernah berada di posisi Sanji.

Hanya sebuah pelukan dan kenyamanan la yang bisa dia berikan.

"Ada aku... Ada ibu... Terus lah berjuang demi kami" hanya itu yang bisa keluar dari mulut Yonji.

Mendengar kata "Ibu" Malah membuat Sanji menangis semakin Histeris.

IBU....

IBU....

Dia tak tau ibunya dmana? Kemana Ichiji membawanya? , atau bagaimana keadaan sang ibu?.

Memikirkan itu malah membuat Sanji semakin takut dan merasa bersalah.

Dirinya gak bisa melindungi sang ibu, dirinya terlalu lemah. Dan dia takut akan terjadi sesuatu pada ibunya.

Sanji semakin terisak dan Yonji masih memeluk dan mencoba menenangkan kakaknya.

Tak berapa lama tangisan Sanji mereda dan dirinya lemas karena terlalu banyak menangis.

Yonji, yang sadar mulai melepaskan rangkulannya dan membantu Sang kakak untuk berbaring.

"Tidurlah" Ujar yonji singkat.

Yonji menyelimuti Sanji sebatas dada dan mulai beranjak pergi.

Saat akan meninggalkan Sanji untuk istirahat, tangannya di genggam oleh sang kakak.

"Yon... Tolong aku.. Tolong temukan ibuku" Setelah berkata seperti itu Sanji jatuh tertidur.

Tentu saja yonji sedikit bingung, namun dia tetap mengiayakan permintaan sang kakak.

Tanpa mereka ketahui, seseorang berada di balik pintu , melihat dan mendengar pemembicaraan mereka.

---------------------------------

Hari sudah menjelang Sore dan Sanji masih terlelap.

Zoro berada di kamar Sanji sambil memandanginya dari Sofa yang di dudukinya.

"Kenapa gak bangun-bangun.. Apakah dia sudah mati" Ucapnya sedikit kesal.

Pasalnya dia tidak bisa meninggalkan rumah ini tanpa membawa Sanji.

Ayah dan keluarganya yang lain telah meninggalkan mansion dari tadi siang.

Dan ayahnya berpesan untuk menjaga Sanji dan membawanya kerumah saat sudah siuman.

"Agh... Dia membuat rencanaku untuk hari ini berantakan" Ujarnya kesal sambil mengacak-ngacak rambutnya.

Tak berapa lama terdengar sebuah lenguhan yang keluar dari mulut pria yang tertidur tadi.

"kau sudah bangun? " Tanya zoro seraya langsung berjalan menghampiri Sanji.

"Hemmm.. Jam berapa? " Sanji bertanya sambil mencoba memfokuskan pandangnnya yang buram karena baru bangun.

"Sudah sore.. Ayok bangkit. Kita berangkat" Zoro tanpa aba-aba langsung menarik Sanji agar bangkit dari tempat tidur.

"Tu.. Tunggu" Sanji berusaha menahan tangan Zoro.

"Tidak perlu. Kau sudah mengacaukan rencanaku." Zoro menarik lebih kuat dan  mulai menyakiti pergelangan tangan pria itu.

"Ta.. Tapi"

Zoro tidak mendengar dan tetap menarik Sanji agar bangkit dan berdiri. Setelah itu menyeretnya untuk keluar kamar.

Setelah keluar Zoro bertemu salah satu pelayan.

"Bawa barang-barangnya dan masukkan ke mobil"

Pelayan itu menunduk "baik tuan" Dan melalukan apa yang di perintahkannnya.

Sementara Sanji yang dari tadi di tarik-tarik hanya pasrah dan membiarkan Zoro membawanya.

Zoro berjalan kearah mobil yang ternyata sudah terparkir di depan rumah.

"Zo..ro" Sanji mencoba memanggil sang suami tapi diabaikan.

Dirinya tidak memakai sandal dan terus ditarik menyusuri halaman yang luas.

"Agh... " ujarnya saat salah satu telapak kakinya mengenai batu yang tajam.

Zoro berhenti sejenak dan melihat sang istri yang sedang membungkuk sambil memegangi kakinya.

"Ck."

tanpa aba-aba zoro langsung menggendong Sanji. Kemudian melanjutkan langkahnya menuju mobil.

Sanji yang baru pertama kali digendong merasa wajahnya mulai memerah.
Dirinya dapat melihat wajah tampan Zoro dengan sangat dekat.

"Andai kelakuannya baik, pasti aku sudah jatuh cinta padanya"

"Cklek"

Lamunan Sanji buyar saat mendengar suara pintu mobil di buka dan dengan lembut, Zoro menundukkannya di kursi penumpang.

Zoro menutup pintu lalu berjalan memutar dan memasuki bagian pengemudi.

"Kita akan menunggu barang-barangmu sebentar." Zoro berkata dengan pandangan lurus kedepan, sama sekali tak menatap sanji.

Setelah semua barang di masukkan kebagasi akhirnya Zoro melajukan mobilnnya.

Selama perjalanan membuat jantung Sanji berdebar sangat cepat, nafasnya memburu dan telapak tangannya berair sambil menggenggam erat pegangan pintu.

Bukan, bukan karena dia sedang jatuh cinta. Tapi karena Zoro melajukan mobilnya sangat cepat.

"Zoo.. Ro.. " sanji mencoba memanggil suaminya yang masih fokus menyetir.

"Diamlah" Ujar zoro datar.

"Ta...Tapi kita sudah melewati jalan ini tadi" Sanji berkata sangat pelan.

"Aku tau, jadi diamlah" Suara Zoro jadi sedikit tinggi.

Sudah setengah jam mereka berputar-putar dengan kecepatan tinggi akhirnya Zoro berhenti di sebuah halte kosong.

Sanji menghela nafas lega dan mulai memperhatikan zoro yang sedang mengeluarkan hapenya untuk menelpon seseorang.

"Jemput aku sekarang, aku akan mengirim lokasinya" Setelah itu dia menutup telponnya.

Tak selang beberapa lama, datangalah seseorang berjas hitam menghampiri mereka.

"Ada apa bos ?" Tanyanya.

"keluar" Ujar zoro, tapi bukan kepada orang itu, melainkan kepada Sanji.

"Hah? " Sanji bingung, karena sekarang Zoro menatapnya dengan intens

"keluar kubilang !!" Ujar Zoro lagi dengan penuh intimadasi.

"Ta...Tapi"

Zoro tidak mengatakan apa-apa, malah memberi kode kepada bawahannya tadi.

"Baik bos" Setelah itu, pria berjas berjalan menuju ke arah pintu Sanji dan membukanya.

"Ayo tuan keluar" Ujarnya sesopan mungkin.

"Ta..tapi" Sanji masih menolak dan bingung.

"Tuan" Pria itu memohon dan sedikit menarik Sanji agar keluar mobil.

Setelah Sanji keluar. Zoro berpindah kebangku belakang dan orang tadi masuk ke kursi pengemudi.

"jalan"

Dan dengan itu, Zoro meninggalkan Sanji yang masih mematung sendirian.

"Apa apaan" Sanji mulai sadar dan merasa kesal.

"DASAR SIALAN... HEY DASAR BERENGSEK" Sanji berteriak dan memaki-maki. Tapi sayang mobilnya sudah pergi lumayan jauh.

"Aghhhhh.... PRIA SIALAN... LUMUT BODOH... TAK TAU DIRI" Sanji masih memaki-maki sampai tenaganya habis dan jatuh terduduk.

Orang-orang yang lewat melihatnya dengan pandangan aneh dan ketakutan

"Apa dia orang gila? "

"kenapa dia berteriak? "

"Kukira dia kurang waras"

"Aishh bagaimana bisa mereka membiarkannya lepas"

Semua bisik-bisik orang yang lewat membuat Sanji tersadar.

Akhirnya dia berdiri dan merapikan sedikit bajunya.

Setelah itu dia duduk di bangku halte yang kosong.

"bagaimana ini? " Ujarnya lirih setelah memandang kesekitar.

Pasalnya sekarang ini kondisinya sangat mengenaskan.

Sanji hanya mengenakan piyama tipis yang tadi di pakainya. Sementara udara sudah semakin dingin karena malam mulai menjelang.

Alas kaki tidak ada.

Uang tidak ada.

Bahkan handphone juga tak ada.

Dirinya benar-benar seperti gelandangan.

Perutnya lapar dan dia tak tau sedang dimana.

Ingin menangis rasanya. Namun dirinya sudah sangat lelah menangis seharian.

"Aku harus apa sekarang" Sanji berkata ntah sama siapa.

.
.
.
.
.
.

"Hai, kau tersesat? "

--------------------------
Tbc

Author note 📃

Hayo siap hayo yang nyamperin Sanji.

Seriusly, aku pengen mewek pas nulis ini chap, tp pas Sanji nangis gitu lebih membuat rasa bahagia daripada sedih di hati author.

Maafkan author yang luknut ini ya 🙂😁

Ohya fyi... Yonji itu beta. Jd aman2 aja nih biat deket2 sama sanji. Karena dia gk bisa nyium pheromonenya sanji.

Btw di tunggu komen sama votenya ya😗

Continue Reading

You'll Also Like

375K 35.1K 32
[End] On Revision Natan tahu, bahwa hubungan pernikahan yang saat ini ia jalani itu tidaklah lebih dari sekedar sandiwara semata. Ia hanyalah seorang...
152K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
1.4M 81.3K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi πŸ”žπŸ”ž Homophobic? Nagajusey...
302K 23.5K 37
WARNING ❗BXB / MAN x MAN / MAFIA / BOYS LOVE / M-PREG. Xiao Zhan harus menggantikan saudara kembarnya - Sean, untuk menyamar menjadi kekasih seorang...