Stand by Me - Stray Kids Fanf...

By clvrxxmnky

28.6K 5.6K 536

Chan hanya mempunyai satu keinginan. Yaitu tidak datang terlambat. Karena dia ingin ada di sisi gadisnya samp... More

STARTING.
PRESENT : Zero.
PRESENT : One.
PAST : Two.
PAST : Three.
PRESENT : Four.
PAST : Five.
PAST : Six.
PAST : Seven.
PAST : Eight.
PAST : Nine.
PAST : Ten.
PRESENT : Eleven.
PAST : Twelve.
PAST : Thirteen.
PAST : Fourteen.
PAST : Fifteen.
PAST : Sixteen.
PAST : Seventeen.
PAST : Eighteen.
PAST : Nineteen.
PAST : Twenty.
PAST : Twenty One.
PAST : Twenty Two.
PAST : Twenty Three.
PAST : Twenty Four.
PRESENT : Twenty Five.
PAST : Twenty Six.
PAST : Twenty Seven.
PRESENT : Twenty Eight.
PAST/PRESENT : Twenty Nine.
PAST : Thirty.
PRESENT : Thirty One.

PRESENT : Thirty Two.

474 65 16
By clvrxxmnky

Last Chapter

×××

Pip.

Gadisnya masih hidup.

Pip.

Gadisnya masih bernapas.

Pip.

Jantung gadisnya masih berdetak. Chan bahkan bisa merasakan denyut nadi di tangan mungil yang senantiasa ada dalam genggamannya.

Pip.

Gadisnya masih hidup.

Pip.

Meski berulang kali dokter mengatakan jika usahanya hanya akan berakhir sia-sia. Meski berulang kali dokter mengatakan jika harapannya telah tiada.

Pip.

Gadisnya masih hidup.

Pip.

Sebab hanya itulah satu-satunya hal yang ingin Chan percaya.

“Ini sudah lebih dari dua hari, Chan! Sadarlah!”

“Yeeun masih hidup, Sangyeon! Jika aku membiarkan alat-alatnya dilepas aku sama saja dengan membunuhnya. Yeeun masih hidup dan dia akan terus hidup!”

“Chan—”

Hyung, sudah.”

Tepat sebelum tinju kedua mendarat di wajah Chan, Changbin menahan tangan Sangyeon sekuat tenaga. Pemuda yang merupakan sahabat dari Chan itu sudah tak lagi sanggup menahan emosinya.

Sejak tiba di rumah sakit dua hari lalu dan mendengar kondisi terakhir Yeeun, Sangyeon benar-benar tak mengerti dengan jalan pikir Chan.

Pemuda itu tak sedikit pun mau beranjak dari ruangan hanya untuk pastikan tak ada satu pun orang yang melepas alat-alat bantu dari tubuh Yeeun. Chan tak lagi mempercayai siapa pun.

Chan bahkan tak menerima sedikit pun asupan makanan. Chan benar-benar hanya duduk di samping tempat tidur Yeeun sembari menggenggam tangannya dan mengajaknya bicara tanpa peduli jika semua ucapannya hanya berbalas dengan erangan, dengkuran, atau sekedar bunyi ‘Pip’ dari mesin pendeteksi detak jantung.

“Chan … aku tahu gak bodoh. Aku tahu kamu juga menyadarinya. Jadi sudahi semuanya, Chan. Lepaskan Yeeun. Sudah seharusnya dia pergi.”

Chan menggelengkan kepalanya. “Enggak.”

“Kamu pasti lebih tahu dari semua orang. Kamu pasti tahu jika gak ada satu pun yang tersisa dari Yeeun. Kamuㅡ”

“LEE SANGYEON!”

“TUBUH YEEUN SUDAH KOSONG DAN KAMU TAHU ITU!”

“YEEUN MASIH HIDUP!”

Pip.

Gadisnya masih hidup.

Pip.

Chan hanya ingin mempercayai hal itu.

Tak peduli jika tubuh gadisnya benar-benar menyisakan tulang berlapis kulit. Tak peduli jika tubuh gadisnya sudah jauh lebih dingin. Tak peduli jika memar-memar di tubuhnya terlihat semakin mengerikan.

Tak peduli jika tubuh gadisnya telah kosong seperti yang Sangyeon katakan.

Pip.

Gadisnya masih hidup.

Pip.

Sebab gadisnya masih bernapas.

Pip.

Dan jantungnya masih berdetak. Chan pun masih bisa merasakan denyut nadi dari tangan mungil yang senantiasa ada dalam genggamannya.

Pip.

Meski semuanya terasa lemah. Dan semakin melemah.

Namun, gadisnya masih hidup.

×××

Hari lainnya dimana matahari menggantung indah di langit kota Seoul. Ditemani awan-awan tipis bak benang putih yang merajut cakrawala, Chan masih ada di sana, tepat di samping tempat tidur gadisnya yang tampak terlelap.

Empat belas tahun yang lalu, dengan penampakan langit yang sama, saat Chan meninggalkan susunan lego di kamarnya untuk menemani sang ibu membagikan kue ke tetangga, saat itulah Chan melihat gadisnya untuk pertama kali.

Kala itu satu kotak crayon di lemparnya ke punggung Deokmi Ahjumma hanya untuk memprotes segelas susu cokelat sebab yang ia inginkan susu putih. Chan menyapanya dengan senyum yang hangat, tetapi ia hanya dapatkan dengusan keras saat gadis itu menatapnya.

Kala itu sang gadis memiliki energi yang sangat banyak hingga bisa memprotes banyak hal, berteriak, melemparkan ini-itu.

Tidak seperti sekarang.

“Bang Chan-ssi?”

Chan mengalihkan pandangan dari gadisnya menuju pintu kamar dimana Deokmi Ajhumma memanggilnya dan meruntuhkan semua film dokumenter di kepalanya pada siang itu.

“Masuklah, Ajhumma.”

Mendapatkan izin, Deokmi Ajhumma memasuki ruangan yang tak pernah terasa asing baginya.

Ajhumma kemari untuk mengobati lebamku?” tanya Chan begitu melihat baskom kecil dan kain kompres yang ada di tangan Deokmi Ajhumma.

“Hanya kalau kamu bersedia.”

Chan mengembalikan pandangannya ke yang terkasih sebelum menjawab, “Enggak perlu. Aku gak ngerasa sakit, kok.”

Deokmi Ajhumma menganggukkan kepalanya pelan. Ia menaruh barang yang dibawanya sebelum mendekati tempat tidur gadis yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.

Sama seperti Chan, Deokmi Ajhumma pun takut kehilangan.

Ajhumma,” panggil Chan pelan. Tatapan matanya masih tak berpindah dari gadisnya.

Ne?”

“Apa selama aku pergi Yeeun pernah merindukanku?”

Agassi selalu merindukanmu. Setiap saat. Agassi bilang semua hal mengingatkannya tentangmu, hingga semua hal selalu membuatnya merindukanmu.”

Dari tempatnya berdiri, Deokmi Ajhumma temukan ujung bibir Chan yang terangkat. Lesung pipi yang samar pun terlihat.

“Apa Yeeun-- pernah mengatakan kalau dia menyayangiku?”

“Kamu sendiri tahu Agassi seperti apa, ‘kan? Agassi bukan tipikal orang yang akan berterus terang mengatakan jika dia menyayangimu. Tapi semenjak kamu pergi kemarin, Agassi selalu mengatakannya. Agassi selalu bilang kalau dia sangat menyayangimu.”

Lengkungan bibir Chan menjelas, merubah senyum tipis menjadi senyuman yang begitu lebar.

“Saat pergi aku juga sangat merindukannya. Sangyeon mungkin sudah bosan mendengarkanku yang setiap hari mengeluh ingin pulang saking rindunya dengan Yeeun. Dan aku juga sangat menyayanginya. Sangat sangat sangaaattt menyayanginya.”

“Saya tahu itu. Saya tahu kamu menyayangi Agassi seperti Agassi menyayangimu.”

Ajhumma juga menyayanginya, ‘kan?”

“Tentu saja. Saya menyayangi Agassi lebih dari apapun.”

“Kalau begitu Ajhumma juga ingin Yeeun bertahan lebih lama, ‘kan?”

Bagai tersambar petir di siang bolong, Deokmi Ajhumma mematung di tempatnya.

Ibu mana yang akan sanggup melihat putrinya meninggalkan dunia ini di usia muda. Meski bukan ibu kandungnya, beliau tak mungkin sanggup jika gadis yang sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri harus pergi secepat ini.

Namun, ibu mana yang akan tega melihat putrinya kembali menderita dengan rasa sakit yang tak berujung.

“Bang Chan-ssi, kamu pun tahu kalau Agassi sudah menderita terlalu lama. Kamu pun tahu kalau Agassi sudah merasakan sakit ini terlalu lama. Saya juga ingin Agassi bertahan lebih lama, tapi jika kita masih menahannya, kita hanya akan membuatnya menderita lebih lama.

“Saya menyayangi Agassi. Sangat menyayanginya. Itu sebabnya saya memutuskan untuk merelakannya pergi.”

Ajhummaㅡ

Chan tak dapat melanjutkan kata-katanya ketika tiba-tiba saja monitor di ruangan mengeluarkan suara berisik. Pun sesaat setelahnya ia dapati tubuh Yeeun yang tiba-tiba mengejang dan mengeluarkan suara erangan yang jauh lebih keras dari biasanya. Kedua mata Yeeun yang semula terpejam pun mendadak terbuka lebar.

Chan sungguh tak mau mengakuinya, tetapi Yeeun telah memasuki fase terburuknya. Jauh-jauh lebih buruk dari sebelumnya.

Gadisnya sekarat.

“Jangan. Kumohon jangan pergi, Yeeun. Jangan tinggalkan aku. Kumohon tetap di sini. Jangan pergi, Sayang. Kumohon jangan.”

Chan kembali menangis dengan keras. Saat dokter dengan para perawatnya tiba dan Chan diseret menjauh, tangis Chan kian mengeras.

Chan masih ingin percaya jika gadisnya masih bisa bertahan.

“Bang Chan-ssi.”

Chan menggeleng keras saat mendengar panggilan Deokmi Ajhumma sebab Chan masih ingin percaya jika gadisnya masih akan baik-baik saja.

“Kita tidak bisa menahan Agassi lebih lama lagi. Kita hanya hanya akan membuatnya menderita.”

Chan terus menggeleng keras sebab Chan masih ingin percaya jika gadisnya masih akan sembuh.

“Lepaskanlah. Biarkan Agassi pergi tanpa rasa sakit.”

Chan masih ingin percaya jika gadisnya masih hidup.

“Bang Chan-ssi, kamu benar-benar menyayanginya, 'kan?”

Namun, akhirnya Chan sadar jika gadisnya telah bertahan terlalu lama. Gadisnya telah menderita dengan rasa sakitnya terlalu lama.

Chan mungkin pernah menyicipi makanan hambar yang dibuat khusus untuk Yeeun, tetapi Chan tak pernah tau bagaimana rasanya seumur hidup harus menikmati makanan hambar tersebut.

Chan mungkin pernah disuntik, pernah dicengkeram, dan digigit kala Yeeun melampiaskan rasa sakitnya, tetapi Chan tak pernah tahu apa rasa sakit yang ia rasakan sebanding dengan rasa sakit yang Yeeun rasakan.

Meski Yeeun membaginya, Chan tak pernah tahu penderitaan yang selama ini Yeeun alami.

Dan Chan baru menyadarinya sekarang.

Tatkala mata Yeeun yang terbuka begitu lebar tertuju padanya.

Saat ini pun gadis itu menderita, tetapi Chan tak mengetahui seberapa besar penderitaan itu. Chan tak mengetahui seberapa besar rasa sakit itu. Yang baru Chan sadari, menahannya seperti sekarang adalah kesalahan paling besar.

Itu sebabnya Chan segera beranjak dari tempatnya. Menggeser para perawat dan dokter yang masih bertugas hanya untuk merengkuh tubuh gadisnya yang masih terus mengejang.

Erangan gadis itu masih keras, sama kerasnya dengan tangis Chan.

Empat belas tahun bersama, dengan ribuan kenangan yang terukir, semua yang berlalu terasa begitu indah. Sangat amat indah. Tak ada satu pun hal yang Chan sesali selama menghabiskan hari-harinya bersama Yeeun.

Empat belas tahun bersama, dengan ribuan kenangan yang terukir, rasa sayang Chan tak pernah sekali pun memudar. Rasa sayang Chan justru semakin membesar. Begitupula dengan cintanya.

Empat belas tahun bersama, dengan ribuan kenangan yang terukir, Chan hanya mempunyai satu keinginan. Yaitu tidak datang terlambat. Karena Chan ingin berada di sisi Yeeun sampai akhir.

Seperti saat ini. Saat Chan akhirnya memutuskan untuk melepas Yeeun setelah empat belas tahun bersama, dengan ribuan kenangan indah yang akan terukir abadi.

“Yeeu  … Aku sangat menyayangimu. Aku sangat mencintaimu. Maafkan aku. Aku merelakanmu. Aku mengikhlaskanmu. Maka pergilah dengan tenang, Sayang. Kumohon jangan lagi menderita.”

Hanya beberapa detik usai deret kalimat itu Chan bisikkan, tubuh Yeeun tak lagi mengejang. Erangannya perlahan menghilang. Mata yang semula terbuka lebar pun tertutup dengan damai.

Namun sebelum benar-benar tertutup, gadis itu sempat berbisik dengan amat sangat pelan dan Chan masih sempat mendengar.

“Chris, terima kasih.”

Adalah bisiknya sesaat sebelum ia menghembuskan napas terakhir dalam dekapan yang terkasih.

Piippp

Dan kini gadisnya telah pergi.

4 Januari 2022, Stand by Me selesai.

Huwaaaaaa setelah kurang lebih 2 tahun akhirnya Stand by Me selesai, bentar mau nangis dulu huhuhuhuuuu (〒﹏〒)

Aku mau ngucapin terima kasih sebanyak-banyaknya buat temen-temen yang udah baca dan ngikutin cerita Stand by Me sampa sini. Dan big love buat temen-temen yang mau pencet bintang sama ninggalin komentar menghibur juga penuh haru <3

Aku minta maaf kalau sering ninggalin buku ini lama padahal bilangnya mau cepet-cepet selesai, jadi aku lega banget karena masih bisa nyelesaiin buku ini dan semoga gak mengecewakan ><

Pokoknya sekali lagi makasih dan ... ini happy ending, 'kan?

Oh ya buat temen-temen yang suka sama Stand by Me bisa beri dukungan mulai dari Rp1,000 melalui Trakteer yang link-nya ada di bio ya^^

Dan buat temen-temen yang suka sama vibe cerita Stand by Me khususnya masa kecil, aku juga lagi nulis cerita yang vibenya mirip-mirip di projek Million Pieces yang digarap sama @Anthologybnh, loh! Judulnya Sang Penjaga.

Ini spoiler sedikit aja ya, di Sang Penjaga aku bakal fokus nulis tentang persahabatan masa kecil Chan (Bayu) yang memiliki jantung lemah dan Minho (Rafino) yang keterbelakangan mental sampai keduanya beranjak remaja dan Chan (Bayu) dihadapi pilihan antara Minho (Rafino) yang merupakan sahabat terbaiknya atau cinta pertamanya. Penasaran? Ikuti perkembangannya, ya!

Terakhir-terakhir~!
Stand by versi cetak yes or no?

Continue Reading

You'll Also Like

504K 37.5K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
2.7M 452K 42
[SELESAI PART LENGKAP] [TERSEDIA DI TOKO BUKU] Gracia Walson adalah seorang gadis menyedihkan. Sejak lahir, ia memiliki kelainan jantung yang membuat...
828K 2.2K 2
Sedang di UNPUB untuk revisi sana-sini Buku 1 [THE END] 05/016--10/016 ______________ Tentang takdir yang mengikat mereka, tiga makhluk berbeda. Daz...
308K 12.8K 11
Di masa depan, jika seorang anak sudah berumur 13 tahun mereka harus dipindahkan ke distrik yang sesuai dengan tahun, bulan, dan tanggal kelahiran me...