ROYALS

By amethystsnowie

127K 15.5K 1.1K

; royals means belonging or connected to a king or queen or a member of their family Menceritakan 4 bersauda... More

-royals
- royals
- royals
- royals
- royals
- royals
- royals
happy birthday sungchan!
- royals
- royals
- royals
-royals
-royals
-royals
- royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royalss
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals [epilog]
extra part 1
ekstra part 2 [last]

-royals

1.2K 173 23
By amethystsnowie

Happy reading!

part ini cukup panjang, jadi dibacanya pelan pelan ya, biar kalian paham hehe.

Suho yang disebut hanya tersenyum tipis, menyeruput kopi yang tadi dihidangkan oleh yeji. Ia nampak santai padahal dia adalah orang yang  sudah dicari kemana mana oleh Jeno sampai Jeno pusing.


"Akhirnya kalian tahu siapa aku. Mari duduk, biar aku ceritakan apa yang sebenarnya terjadi" mendengar itu, Jeno cepat-cepat berjalan menuju sofa.


"Mas, aku ke kamar aja ya sama anak-anak. Kalau butuh apa-apa nanti panggil aja" ujar yeji berbisik di telinga Jeno. Jeno menganggukan kepalanya, membiarkan yeji membawa dua putranya kembali ke kamar dengan bantuan rose.

"Aku bawa Kenan ke atas ya" ujar Mina membiarkan Mark ikut berbicara dengan keluarganya. Ia kemudian menggandeng Evan untuk naik ke lantai atas sementara Clara hanya mengikuti di belakangnya.

"Tunggu tunggu, apa hubungan kamu sama taeyong? Terus kenapa ada seulgi?" Irene bertanya tidak mengerti.


"Duduklah dulu, Irene. biar aku jelaskan" ujar Suho sambil menepuk nepuk sofa membiarkan sang istri untuk duduk lebih tenang.

"Ayah, ini kenapa? Apa Kenzo harus pergi juga biar ngga ikut obrolan orang dewasa?" Suho tersenyum ketika remaja berambut hitam itu bertanya.

"Ngga apa apa, Ken. Duduk aja. Biar kita selesaikan semua ini dan Ken tahu harus ngomong apa nanti" Kenzo mau tidak mau menuruti ucapan sang ayah, ia duduk di samping sungchan yang juga kebingungan.

"Apasih? Kakak ga paham kalian bahas apa. Mas, coba jelasin"  ujar jaehyun kebingungan karena Jeno tidak memberi tahu dirinya apapun.

"Kita yang harus nya tanya, kak" Suho hanya tersenyum mendengar ucapan sinis Jeno.

"Tanyakan saja yang kalian akan tanyakan, hebat sekali kalian bisa menyadari kalau akulah orang yang kalian cari selama ini" Suho, nampak mengeluarkan ponsel miliknya. Mengirim pesan kepada seseorang kemudian meletakkan ponsel itu di meja. Jaemin, berdiri dengan melipat kedua tangannya di depan dada sembari bersandar di dinding. Tidak ingin ikut campur, namun dia harus berjaga jaga jika emosi temannya ikut naik.

"Sejak kapan bang Suho kenal bubu?" Tembak Jeno langsung.

"Ngga suka basa-basi, huh? Benar-benar adiknya taeyong" Jeno hanya menatap Suho tajam, tidak peduli dengan seniornya yang ditatap. Suho masih duduk tenang dengan meletakkan kakinya yang sebelah kanan di atas kakinya yang kiri.

"Oke, pertama kali aku ketemu taeyong itu setelah sungchan lahir. Dua puluh tujuh tahun yang lalu sampai menjelang kematiannya, aku masih berteman baik dengan dirinya"

"MAS?" Irene berteriak terkejut. Mereka semua menoleh ke arah Suho yang menjawab pertanyaan jeno dengan santai.

"ayah ngga bilang sama Ken" ujar Ken pelan. Dia selama ini susah payah menutupi keingintahuan dirinya tentang sang papa dari ayahnya untuk menjaga hati Suho. Tapi nyatanya, Suho mengenal taeyong lebih lama dan lebih baik dari dirinya.


"Bang?" Jaehyun tentu saja terkejut bukan main.

"Jaem" Jeno menoleh ke arah jaemin, jaemin mengerti. Jeno sedang menahan dirinya untuk tidak meledak, akhirnya jaemin mendekat. Menggantikan Jeno untuk mewawancarai Suho dan seulgi.

"Bisa dijelaskan lebih detail?" Tanya jaemin, renjun menyaksikan jaemin dengan tangan terlipat memegang perekam di tangannya yang tertutup jas miliknya. Suho menghembuskan napas, menatap langit-langit.

"Bisa"

"Saat itu, aku tinggal di sebuah perumahan elite bersama papi karena mami dan papi hendak berpisah. Aku tinggal bersama papi. Aku anak tunggal. Aku tidak mempunyai adik ataupun kakak. Saat itu, aku pulang sekolah. Aku tidak sengaja melihat sebuah sanggar tari. Aku melihat ada anak kecil yang lebih muda dariku berlatih sangat keras. Tapi dia berlatih dengan terburu-buru dan dijemput seorang perempuan yang kurasa adalah pengasuhnya padahal aku belum berkenalan" mereka semua terdiam mendengar penjelasan Suho dengan wajah shock masing-masing. Suho lebih tau taeyong, dari siapapun.

"Lalu, aku bertemu dengannya saat dia berlari sembari menangis. Aku baru pulang les piano saat itu dan menemukannya kebingungan dan bersembunyi di kebun rumahku. Aku memintanya untuk mampir. Dia ketakutan. Badannya bergetar kencang. Papi seorang dokter, aku menelepon papi meminta papi pulang. Iya. Dia menangis karena maaf, anusnya luka. Bagian belakangnya tidak berhenti mengeluarkan darah karena terus menerus dipakai oleh mereka. Saat itu, aku menganggap taeyong sebagai adikku sendiri. Aku berteman baik dengan dia sampai dia terakhir hidup" yang nampak paling terguncang adalah Kenzo. Sungchan, yang juga terkejut hanya bisa mengusap usap bahu Kenzo menenangkan remaja disampingnya. Seulgi hanya tersenyum miris.

"Bang Suho tahu siapa wanita ini?" Tanya jaemin sembari menunjuk seulgi. Suho tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Begitupula seulgi.

"Tau. Dia isteri dari taeyong" Irene menoleh ke arah suami dan sahabatnya. "Istri?"

"Maaf kak, aku menikah dengan taeyong saat umur kami belum legal. Dan kami belum berpisah. Persidangan perceraian kami direncanakan sehari setelah taeyong meninggal, tapi taeyong lebih dulu meninggal" jawab seulgi. Irene bahkan tidak bisa mencerna semuanya. Seulgi? Sahabatnya sendiri? Adalah istri dari pacarnya?

"Aku hadir saat pernikahan mereka" sambung Suho yang diangguki oleh seulgi.

"Tunggu, Mark masih belum sampai. Jadi, seulgi adalah istri bubu tapi bubu berselingkuh dengan kak Irene? Atau gimana?"

"Aku memang menikah dengan taeyong, tapi taeyong tidak pernah mencintaiku. Kami hanya hidup bersama atas paksaan orang tua. Jennie lah wanita yang benar benar taeyong cintai. Bukan aku. Aku pergi dari hidup taeyong setelah mengetahui pekerjaan gelap taeyong dan kembali setelah kita berdua sukses. Dan ya, aku dekat dengan taeyong lagi saat taeyong berpacaran dengan Jennie" Mark semakin bingung, ia menyandarkan badannya pada kursi roda. Renjun menepuk bahunya. "Jangan dipikir terlalu berat, Abang belum sembuh total" ujarnya.

"Apa yang Abang ketahui tapi kita ngga tahu?" Tanya Jeno.

"Kakak kalian sering melakukan kegiatan tanpa sadar. Aku baru tahu setelah selesai dia check up. Dia mengaku tidak melakukan apapun tapi ternyata dia sendiri yang memukul cermin dengan tangannya. Kalau tidak percaya, sebentar. Aku tadi meminta orang ku untuk membawa berkas tentang penyakit taeyong yang diderita nya selama hidup. Termasuk hasil dari konsultasi dengan beberapa dokter kejiwaan" ujar Suho.

Mereka kemudian terdiam, mencoba mencerna apa yang sebenarnya tengah terjadi. Fakta fakta yang benar benar tidak terduga muncul secara bersamaan begitu mereka mengetahui bahwa Suho lah sang saksi kunci yang selama ini mereka cari, bukan seulgi. Karena seulgi pernah meninggalkan taeyong dan kembali beberapa tahun setelahnya sebagai friends with benefit atau entahlah istri yang sering melakukan kegiatan malam bersama tapi tidak mempunyai rasa diantara keduanya, karena taeyong jatuh cinta kepada Irene dan seulgi pun memiliki rasa yang begitu besar kepada suaminya yang sekarang.

"Apa Abang yang ditemuin bubu waktu terakhir kali? Kata kak Jennie bubu dateng buat ketemu cowo pake jaket lengkap dan tertutup" Suho menganggukan kepalanya.

"iya, itu aku"

"Kalian membicarakan apa? Dan mengapa Abang pakai pakaian tertutup?"

"Aku kabur dari rumah setelah menabrak trotoar. Papi mengurungku di rumah tapi saat itu taeyong menelepon ku dengan tergesa gesa. Jadi aku kabur dari rumah"

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Aku punya rekaman pembicaraan yang kami lakukan." Jeno menoleh begitupun jaemin dan renjun. Ini yang mereka cari, ini!

"Dimana rekaman itu?" Tanya renjun cepat.

"Ada pada Kenzo" Kenzo yang disebut menoleh.

"Aku?"

"Ken, kalung yang ayah kasih ke Ken, masih Ken pakai?" Kenzo mengangguk. Ia mengeluarkan kalung dari kaus nya. Sebuah bandul memanjang dengan nama Kenzo tertulis di sana.

"Di sana. Aku menyimpan chip tentang taeyong disana. Ambil saja. Semua rekaman yang kalian maksud ada di Kenzo. Aku menyimpannya pada putra kandung dari taeyong karena aku rasa yang perlu menyimpan semua berkas kematian taeyong adalah dia sendiri. Walau Kenzo tidak tau. Ambil saja" ujar Suho sembari meminum kembali.

"Kenzo, boleh om minta kalungnya?" Kenzo menganggukan kepalanya. Memberikan kalung yang melingkari lehernya selama bertahun-tahun. Suho memberikan kalung ini saat ulang tahunnya yang ke sepuluh dan meminta Kenzo untuk tidak melepas atau menghilangkan kalung ini. Dan ternyata semua yang mereka cari ada dalam kalung ini.

"Hancurkan saja. Aku meletakkan nya di dalam" jaemin berlari mencari benda keras dan kembali dengan membawa palu. Jeno kemudian memukul kalung itu hingga hampir hancur kemudian menekuknya dengan kedua tangannya. Benar. Ada sebuah benda hitam kecil di dalam kalung itu.

"Jaem" jaemin segera mengeluarkan laptop miliknya dan memasukkan chip yang ada pada kalung milik Kenzo. Mengetik sesuatu di dalam laptopnya sehingga hanya terlihat kumpulan huruf abstrak bagi orang awam, namun bagi jaemin, Jeno, dan Suho yang mengerti tentang komputer pasti paham apa yang sedang jaemin lakukan.

"Password nya?"

"Pakai sidik jari punya Kenzo"

"Kenzo, coba jarimu" Kenzo menurut, membiarkan jarinya untuk membuka program yang diciptakan oleh Suho. Benar. Terbuka.

"Denger baik baik" jaemin meletakkan laptopnya di tengah membiarkan mereka mendengar rekaman dari taeyong yang Suho selama ini ia sembunyikan.

"Kenapa Yong kok ngajak Abang kesini tiba-tiba. Abang lagi ngga boleh keluar nih. Kamu baik baik aja?"

"Bang, taeyong boleh minta tolong?"

"Minta tolong apa? Kalo abang nanti bisa ya Abang bantu"

"Bang, dia disini"

"Apa yang kamu maksud?"

"Dia disini. Dia sudah bertemu sungchan. Taeyong takut sungchan bakal kaya taeyong. Taeyong takut"

"Sebentar dulu. Siapa yang kamu maksud? Dia siapa?"

"Paman"

"Paman? Dia disini?"

"Dia bertemu sungchan. Taeyong takut"

"Sebentar, kamu kata siapa? Jangan bilang ini cuma karena kamu takut atau halusinasi?"

"Aku ketemu dia, bang. Abang tahu sendiri kan kalau dia datang sekarang tanda nya apa? Iya. Aku akan mati. Entah dia yang membunuhku atau aku yang akan mengakhiri hidupku sendiri"

"Jangan gila, Yong. Jangan macam macam. Kau masih punya seulgi. Jennie juga masih bersamamu.  Irene dan anakmu juga masih ada. Jangan berkata kau akan mati"

"Aku memang akan mati, bang. Jadi, tolong. Percepat perceraian ku dengan seulgi dan biarkan aku menikahi Irene"

"Kau gila? Bagaimana bisa? Kau masih berkencan dengan Jennie, bodoh. Kau mencintai gadis itu dan akan menikahi Irene? Otakmu kau pakai atau tidak?"

"Aku akan membiarkan Jennie berkencan dengan kai. Kai mencintai jennie. Jennie akan bahagia dengan dia"

"Walau kau harus patah hati lagi?"

"Iya. Aku tidak apa-apa. Tolong buat kai dekat dengan Jennie. Aku akan baik baik saja"

"Kau kenapa? Panik sekali? Jujur aku masih bingung denganmu"

"Sudah dibilang aku sedang diburu-buru oleh kematian"

"Jangan bicara omong kosong!"

"Bang, tolong bantu taeyong untuk terakhir kali"

"Hah baiklah cepat katakan apa maumu?"

"Seulgi akan kuceraikan dan berikan rumah yang layak untuknya. Bilang saja untuk hadiah pernikahannya. Lalu Irene, buat aku menikah dengan dia lebih cepat dari rencana sebelumnya"

"Kau benar benar gila rupanya, taeyong. Untuk apa pernikahan secepat itu?"

"Untuk melegalkan hak waris. Aku ingin membalik nama seluruh hartaku atas nama Kenzo. Semuanya"

"Bocah itu belum berusia tujuh tahun, Yong. Kau jangan gila. Dia bahkan belum bisa duduk dengan baik tapi kau memberikannya uang lebih dari sepuluh triliun"

"Jaehyun akan membantu, tenang saja. Aku sudah menyiapkan anak itu jika saat ini tiba"

"Aku tidak paham, taeyong. Untuk apa kau repot-repot merencanakan ini semua?"

"Sudah kubilang, jika paman datang, aku akan mati. Entah dibunuh atau memilih bunuh diri"

"Tapi kau bisa menggunakan kekuasaan papi"

"Hukum disini berbeda, bang Suho. Petugas kepolisian sekarang sudah disuap untuk berpihak pada paman hingga kepergian pria itu tidak terendus siapapun. Meminta bantuan papi pun akan sia-sia. Aku tidak mungkin meminta bantuan tuan Zhong. Itu akan merepotkan dirinya"

"Baiklah. Tapi bisa janji satu hal? Kau tidak boleh mati"

"Aku tidak bisa berjanji. Tapi tolong urus mayatku jika kematianku tiba"

"Ah bang Suho, aku titip Irene dan Kenzo ya. Tolong didik anakku dengan tegas. Buat dia bisa memeluk dunia dengan tangannya sendiri. Tidak sepertiku, yang hidup sebagai sampah yang dikejar-kejar kematian"

Rekaman berhenti. Tidak ada lagi yang mengeluarkan suara setelah taeyong berkata dalam rekaman yang benar benar mencengangkan. Irene bahkan menangis begitupun seulgi yang mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kenzo menundukkan kepalanya, begitu tahu kalau papanya benar benar menyayangi dirinya bahkan harus menitipkan dia pada Suho agar Suho membesarkan Kenzo.

"bang, kata Abang, bubu selalu melakukan tindakan tidak sadar. Berarti bubu punya monitor sendiri kan ya?" Suho mengangguk tidak yakin. Jeno dan jaemin saling pandang.

"Geledah kamar, Jen. Buktinya di sana" mereka berdua berlari membuka kamar milik taeyong mencari benda yang mereka maksud.

"Jaem, plafon jaem. Kamar mandi. Gue disini" ujar Jeno. Dia kemudian menggeser kursi yang berada di seberang ranjang. Letaknya tak jauh dari kasur.

Dengan palu yang Jeno bawa, Jeno berhasil menghancurkan dinding yang berada di belakang meja itu. Benar. Jeno menemukannya.

"Jen, gue ketemu" jaemin berteriak.

"Gue juga" balas Jeno dengan cepat bergegas keluar dari kamar membawa barang temuannya. Sebuah kamera kecil tersembunyi yang digunakan taeyong untuk memonitor dirinya. Jaemin juga sama, menemukannya di atas plafon kamar mandi. Di sudut. Harus jeli saat mengambil kamera itu. Bersyukur jaemin terlatih dengan ini.

"Jen, coba lo ambil alih" Jeno mengambil laptop serta mengambil penyimpanan pada kamera yang sudah sangat lama itu. Berharap masih bisa terbuka file nya.

"Bisa, jaem" ujar Jeno begitu laptop milik jaemin terlihat rentetan video yang cukup banyak.

"Langsung aja di hari kejadian, Jen. Kita ga punya banyak waktu. Chenle udah bisa blokir akses dan ga bisa buat orang orang keluar masuk dari negara ini. Kita harus cepat" jaemin berkata.

"Kapan kejadian itu ya?"

"Ulang tahun gue, tepat" jawab Mark. Jeno menganggukan kepalanya. Mencari video yang sesuai tanggal ulang tahun abangnya. Ketemu.

"Kalian yakin mau diputar? Kalau memang ngga yakin, biar gue bawa ke kantor dan periksa sama tim" ujar jaemin bertanya sebelum menekan tombol play.

"Kenzo mau tau semuanya, om jaemin. Tolong. Biar Kenzo tau fakta sebenarnya"

Jaemin kemudian menekan tombol play pada laptop miliknya. Membiarkan video yang bisa membuat mereka membuka luka lama dimana mereka bisa melihat kejadian itu di depan mata.

Video terputar, tidak ada seseorang pun disana. Kamar taeyong sangat rapi seperti biasanya. Bahkan benda benda berjajar sesuai urutan. Taeyong benci sekali kamarnya berantakan, jadi kamar ini sangat bersih.

Jaemin memajukan video begitu tidak melihat taeyong muncul. Ia mengembalikan video begitu melihat taeyong datang dengan terhuyung-huyung. Kemeja nya nampak berantakan, dasinya entah kemana. Taeyong datang dengan memegang kepalanya dan membanting pintu sebelum duduk di ranjang.

Tidak butuh waktu lama, taeyong menoleh dengan wajah terkejut, seseorang datang dari jendela rumahnya. Dengan pakaian hitam dan tudung hitam, pria tadi mendekat ke arah taeyong yang mencoba berlari sambil meringis karena kepalanya yang sakit.

"Tok tok tok tok, paman datang, tok tok tok tok, dimana kesayangan paman? Tok tok tok tok"

Suara berat pria yang menyebut dirinya paman membuat taeyong terlonjak kaget. Ia sebisa mungkin mendekati pintu, kabur dari pria di hadapannya. Beberapa kali ia terjatuh karena kakinya tidak bisa berjalan. Ia terus menerus memegangi kepalanya.

Pria tadi berjalan menuju pintu, mengunci pintu dan membuangnya jauh dari jangkauan taeyong yang sekarang berusaha menjauh.

"sudah lama kita tidak bertemu, kesayangan paman" taeyong menatap pria yang menyebut dirinya paman itu tajam, pandangan penuh amarah terlihat dari wajahnya. Paman mengelus wajah taeyong.

"kau makin cantik saja, sudah lama paman tidak menyentuhmu" ujar paman sambil mengusap wajah tampan taeyong yang terus menatap tajam pria dihadapannya. Ia menggeser tubuhnya menjauh sejauh jauhnya dari jangkauan pria itu.

Taeyong terbangun dari tempatnya, mengambil sebuah parfum dari kabinet dan melemparkan ke arah paman yang menyulut emosi pria dihadapannya. Pria tadi nampak mendekat ke arah taeyong.

Mereka terlibat perkelahian, taeyong menghajar pria dihadapannya dengan tidak ada tenaga. Ia hanya mencoba melarikan diri dari paman yang sekarang mendekat. Paman tadi menangkap taeyong, kemudian menghancurkan semua benda benda di kamar taeyong dengan kepala taeyong membuat darah mengalir dari sela sela rambut pria yang sekarang sudah tidak berdaya hingga membuat suara ricuh di ruangan. Gedoran pintu pun mulai terdengar samar, suara sungchan berteriak terdengar di telinga mereka.

Perlawanan terakhir dari taeyong adalah melemparkan sebuah botol shampoo pada kepala paman, sebelum terjatuh di lantai. Paman tadi bukannya berhenti, ia malah mengeluarkan sebuah suntikan dan menyuntikkannya dari nadi di leher taeyong hingga membuat taeyong benar benar terjatuh. Tergeletak tak berdaya, serta tanpa nyawa.

"Oh? Kau sudah mati? Cepat sekali?"

Dengan tidak berdosa nya pria tadi menyeret raga taeyong yang tidak lagi bernyawa menuju kamar mandi. Lebih tepatnya menarik kepala taeyong agar darah tidak mengucur lebih banyak ke lantai.

Kamera bergantian menunjukkan kamar mandi, dimana paman meletakkan raga taeyong di bathub kemudian mengambil lap untuk membuat kejadian ini seperti sebuah bunuh diri. Ia menyalakan keran hingga tubuh taeyong tenggelam di air sementara paman membersihkan kamar taeyong dari darah.

Selepas air penuh, paman tadi mengeluarkan sebuah benda tajam dari balik jaket miliknya. Sebuah pisau dengan ujung yang sangat tajam terlihat..

"Bukankah paman tidak suka anak nakal? Ini untukmu yang berani beraninya kabur dari paman" dengan satu irisan tajam, darah segara mengucur dari pergelangan tangan taeyong. Tidak sampai itu, paman menenggelamkan tubuh taeyong hingga tidak lagi muncul ke permukaan sebelum melarikan diri melalui jendela. Hingga setelah itu nampak Jeno yang berteriak meminta pertolongan.


Video jaemin pause sampai sana untuk melihat reaksi keluarga Jeno. Jaehyun terjatuh dan terduduk di lantai tidak menyangka atas kejadian yang sebenarnya. "Ngga mungkin" ujar jaehyun menolak terima.

"Ma, kenapa papa dibunuh, ma? Apa salah papa?" Kenzo yang masih terkejut bertanya lirih kepada Irene yang hanya bisa memeluknya. Kematian taeyong bukan karena bunuh diri. Taeyong dibunuh.  Bukti nyata sudah ada dihadapan mereka.

"lalu kau siapa? Ada urusan apa?" Jaehyun bertanya kepada pria yang dari tadi berdiri di ujung.

"Ah iya maaf menyela, perkenalkan saya Kun. Saya disini sebagai kuasa hukum dari taeyong" mereka cepat-cepat menoleh ke arah Kun yang sedari tadi diam memperhatikan.

"Saya hanya akan membagikan perihal harta warisan dari tuan taeyong. Untuk yang pertama, tuan taeyong membagi tiga harta waris nya. Yang pertama sebanyak 25 persen atas nama tuan Kenzo, selaku anak satu-satunya dari tuan taeyong. 25 persen untuk tuan jaehyun, sungchan, Jeno, serta Mark"

"Lalu yang lima puluh persen?

"Disini tertulis, lima puluh persen harta tuan taeyong akan dibagikan kepada orang orang yang kurang mampu, dengan membuat tempat tinggal bagi orang yang tidak punya tempat tinggal, panti asuhan untuk orang orang yang tidak lagi mempunyai orang tua, rumah sakit, serta kegiatan kemanusiaan yang akan langsung ditangani langsung oleh adik dari tuan taeyong, tuan jaehyun. Tanda tangan tuan taeyong terlampir. Silakan untuk dibaca semuanya" renjun yang pertama kali membaca mengingat dia adalah seorang pengacara, ia menganggukkan kepalanya pertanda bahwa dokumen di tangannya adalah dokumen asli. Taeyong benar benar menyumbangkan setengah harta nya untuk orang orang yang kurang mampu diluaran sana.

"Mama, kenapa papa terlalu baik?" Tanya Kenzo tidak habis pikir. Seulgi yang melihat Kenzo cepat-cepat menghapus air matanya.

"Apakah nyonya seulgi memiliki putra dari tuan taeyong? Jika punya, harta nya akan masuk ke dalam harta tuan Kenzo" seulgi menghapus air matanya.

"Punya. Tapi sudah meninggal. Aku keguguran setelah taeyong meninggal. Jadi biarkan Kenzo mengurus semuanya. Aku tidak akan mengambil apapun, Kenzo dan Irene berhak atas semuanya" jawab seulgi.

Jeno mengepalkan tangannya, air matanya berada di ujung. Emosinya naik mendengar bisa bisanya ada orang yang menyakiti abangnya yang memang sebaik itu.

"Bang Suho, katakan siapa paman yang selama ini dimaksud! Kita perlu nama itu"

Mereka terbelalak tidak percaya dengan nama yang disebut oleh Suho. Tidak menyangka, paman benar benar berada di sekitar mereka sendiri.

=======================================

Kalau kalian ngikutin book ini dari pertama, kalian bakal paham apa aja yang aku tulis di part ini.

Gimana? Masih pusing? Kalau masih pusing, selamat berpusing-pusing ria wkwkwk.

anw, terimakasih telah membaca, jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ❤️





Continue Reading

You'll Also Like

1.8K 211 9
Cast: Choi Soobin | Song Yooa
28.7K 3.9K 23
WARNING❗❗ MAAF CHAP TER ACAK HARAP PERHATIKAN DAFTAR ISI SAAT MEMBACA:) Hwang Yeji, mantan leader ITZY yang memilih hengkang dari dunia entertainmen...
487 66 10
bagaimana jadinya ketika musuh mu Mala menjadi teman sekerja mu dan bagaimana jadinya ketika kau dipercaya untuk menjadi seorang mata-mata untuk menj...
41K 2.9K 19
Warning! Hanya cerita Fiksi yang diambil dari perkejaan asli mereka, yakni idol. Niat awal mereka hanya ingin berteman. Namun, ternyata mereka malah...