Second Life Changes Everything

بواسطة NinsJo

9.4M 1M 48.5K

Air mata terus mengalir deras kala mengingat bagaimana dirinya difitnah dan dipermalukan. Ia telah mengecewak... المزيد

Prologue
The Beginning
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Extra Chapter I
Extra Chapter II
Extra Chapter III

Part 44

123K 17K 2.3K
بواسطة NinsJo

Hai Readers...
Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon di ingatkan ya 😙

☘️☘️☘️

Rosa menatap geram pada pria berbadan kekar yang melarangnya masuk ke dalam rumah. Semalam ia menghabiskan waktu bersama kekasihnya dan tidak tidur di rumah.

"Aku Nyonya di rumah ini! Dimana sopan santunmu!?" Kesal Rosa. Entah datang dari mana datangnya pria menyeramkan di depannya, ia di tahan di depan gerbang dan tidak di perbolehkan untuk masuk ke dalam rumah.

"Tidak perlu bersikap sopan padamu!" Desis pria tersebut.

Mata Rosa menyipit mendengarnya. "Siapa yang menempatkanmu disini, hah?!" Murka Rosa.

"Bukan urusanmu!" Jawab pria bertubuh kekar tersebut.

Beberapa pelayan membawa koper berisi barang-barang Rosa, di letakkan tepat di depan Rosa berdiri.

Rosa menganga menatap semua barangnya di keluarkan dari rumah Anson. "Apa maksud ini semua?!" Teriak Rosa.

"Wanita bodoh!" Umpat pria bertubuh kekar yang di dengar oleh Rosa. "Kau di usir dari rumah ini, kenapa masih bertanya!!"

Rosa membagi pandangannya ke arah orang yang berada di dekatnya, menatap mereka dengan tatapan tajam. "Aku Nyonya kalian! Berani sekali melakukan hal ini!!" Teriak Rosa kesekian kalinya.

Pelayan disana saling bersenggolan, supaya menjelaskan kepada Rosa.

"Nyonya Rosa, kami hanya menjalankan perintah."
Salah satu pelayan menjelaskan kepada Rosa.

"Suamiku sedang sakit! Kekuasaan di rumah ini ada di tanganku! Masukkan kembali semua barangku ke dalam!!" Rosa mendorong koper-kopernya ke arah pelayan dengan serampangan.

"Cepat bawa semua barangmu dan pergi dari sini." Pria bertubuh kekar tersebut membanting koper Rosa tepat di hadapan Rosa.

"Kau gila! Kau bisa merusaknya!!" Teriak Rosa dengan berapi-api.

"Tidak hanya kopermu yang akan kubanting! Tubuhmu yang mulai keriput itu bisa kubanting dengan mudah, bagaimana ingin mencobanya?!" Ucap pria bertubuh kekar, berusaha menakut-nakuti Rosa.

Rosa melotot, tersinggung mendengar kata keriput, ancaman pria tersebut membuatnya bergidik. Pria di depannya seperti pegulat. Badan tinggi, besar dan kekar. Tentu saja Rosa takut oleh ancaman tersebut.

Pria tersebut memegang lengan Rosa, tidak sabar karena Rosa justru melamun seperti orang bodoh.

"Hei...hei apa yang kau lakukan!" Rosa mencoba melepas tangan pria tersebut dari lengannya.

"Membantingmu!" Jawab pria tersebut.

Rosa terhenyak, seketika berkeringat mendengarnya, "baiklah! Aku akan pergi! Lepaskan tanganku!!" Rosa lebih baik menyelamatkan nyawanya.

Pria tersebut mendorong kasar hingga Rosa terhuyung beberapa langkah ke belakang. "Tutup gerbangnya." Ucap pria tersebut pada penjaga di rumah Anson.

Rosa menatap nanar gerbang yang tertutup. Ia masih penasaran dari mana datangnya pria menyeramkan tersebut dan siapa yang menempatkannya di rumah Anson.

"Aku Nyonya Hilary!! Lihat saja akan kupecat kalian semua!" Teriak Rosa.

"Pergi dari sini!" Teriak pria berbadan kekar di balik gerbang.

Rosa memasukkan satu persatu kopernya ke dalam mobil dengan susah payah. "Sialan, mau di taruh dimana mukaku jika orang melihatku seperti sekarang!" Gerutu Rosa di sela kegiatannya. Rosa mengelap peluhnya karena barang-barangnya begitu banyak dan berat. 3 tahun belakangan, Rosa terbiasa di layani oleh pelayan Anson, yang dilakukannya sekarang, membuatnya kelelahan karena tidak terbiasa melakukan pekerjaan yang berat.

Rosa masuk ke bangku pengemudi usai memasukkan barang-barangnya. Napasnya tersengal, ia meraih botol minuman dekatny, di meminumnya dengan kasar, ia meminumnya hingga tandas, jelas ia merasa kacau saat ini.

"Ini tidak bisa di biarkan!" Gumam Rosa. Ia terus mengumpat saat melajukan kendaraannya. "

"Aku harus membicarakannya dengan Gabby!" Rosa melajukan kendaraannya menuju apartemen Gabby

Di tempat yang berbeda namun dalam waktu yang sama, Gabby mengerjapkan matanya. Menggulirkan matanya ke sekitar, mengumpulkan kesadarannya sedikit demi sedikit. Ia menoleh ke samping, tidak ada orang lain selain dirinya yang berada di kamar tersebut. Perlahan ia mencoba duduk, bersandar pada kepala ranjang. "Kemana pria yang semalam?" Gumam Gabby. "Hanya satu gelas kenapa bisa mabuk." Tangannya memijat pelipis.

Gabby meneliti tubuhnya, ia dalam keadaan polos di balik selimut. Tangannya meraih secarik kertas di atas nakas samping ranjang.

Kau sangat liar tadi malam.
Aku sangat puas dengan service yang kau berikan.

Gabby menggigit kukunya setelah membaca kertas tersebut. Sebenarnya Gabby sedikit kecewa karena tidak mengingat bagaimana permainannya dengan klien semalam. Saat masih berpakaian lengkap saja, fisik kliennya terlihat menggoda apalagi ketika menanggalkan semua pakaiannya. "Bodoh, kenapa harus mabuk sih!" Gerutu Gabby merasa kesal karena tidak mendapatkan ingatan apapun. Walau ia lupa kejadian semalam, yang terpenting kliennya merasa terpuaskan.

Tangannya memunguti pakaian yang terjatuh di lantai, "sepertinya dia begitu tidak sabar semalam." Gumam Gabby karena dress dan pakaian dalamnya di buang serampangan, terlihat tidak sabar ketika menanggalkan dari tubuhnya.

Kakinya melangkah ke kamar mandi, ingin sekedar mencuci muka sebelum pulang ke apartemennya.

Liam keluar dari toilet usai membersihkan diri. Ia menyewa salah satu kamar rawat inap di RS tersebut supaya Jillian bisa beristirahat, sekedar merebahkan diri karena tidak tega jika tertidur dalam posisi duduk. "Darimana?" Tanya Liam melihat istrinya dari luar.

"Dari kamar Ana dan membeli makanan." Jawab Jillian.

Jillian meletakkan kantong makanan ke meja, mendekat ke arah Liam, membantu mengancingkan kemeja Liam.

"Kau yakin menyuruhku bekerja?" Liam menatap wajah istrinya. Sebenarnya ia tidak ingin berangkat ke kantor, namun istrinya memaksanya untuk bekerja.

Jillian mengusap lengan atas Liam, "tidak perlu khawatir, aku akan meneleponmu jika ada hal penting."

Liam meraih tangan Jillian, membawanya untuk menyentuh pipinya. "Kau juga harus menjaga kesehatanmu." Ucap Liam karena istrinya terlihat kelelahan dan kurang tidur. "Jangan sampai sakit." Tambahnya lagi.

Jillian mengangguk. "Tidak akan. Sudah ayo sarapan." Jillian menggandeng tangan Liam untuk mengikutinya duduk di sofa yang berada disana.

"Bagaimana keadaan Ana?" Tanya Liam sembari melihat Jillian yang sedang menyiapkan sarapan untuknya.

"Sedikit demi sedikit Ana sudah bisa berbicara." Jillian tersenyum, senang akan perkembangan Ana. "Setelah kondisinya stabil, Ana akan melakukan terapi hingga kondisinya kembali seperti semula."

"Kita akan memberikan yang terbaik pada Ana, hingga keadaannya kembali seperti semula." Liam membuka mulutnya ketika Jillian menyodorkan sendok. "Orang yang aku tempatkan di rumah papa, barusan mengabariku jika Rosa pulang ke rumah pagi ini." Liam menyampaikan informasi yang terjadi di rumah mertuanya kepada Jillian.

"Benarkah?" Ucap Jillian menanggapi di sela kegiatannya menyuapi Liam. "Lalu?" Tanyanya kemudian.

"Mengusirnya, apa lagi? Barang Rosa juga sudah dikeluarkan dari rumah papa." Jawab Liam. "Dari yang aku dengar, Rosa tidak tau jika kita yang menempatkan orang itu."

"Tidak perlu berpikir dua kali, tentu saja aku yang menginginkan dia angkat kaki dari rumah papa." Sahut Jillian.

"Kecuali dia mengira kau yang terkena racun itu, mereka belum bergerak lagi mungkin mengira kau yang terkena racun tersebut." Liam menyampaikan pendapatnya karena sejak kemarin dirinya di rumah sakit tidak melihat Rosa dan Gabby berkunjung.

"Benar juga. Lagipula tidak ada yang bisa mereka lakukan sekarang. Terserah jika Rosa tidak memperdulikan keadaan papa, mungkin saat ini mereka sedang pusing memikirkan bagaimana cara menggerogoti harta papa lagi." Jillian tidak habis pikir pada Rosa dan Gabby, sekarang mereka terang-terangan menunjukkan kebusukannya. Tidak beracting khawatir akan keadaan papanya saat ini.

"Mereka justru senang jika papa tidak segera sadar, dengan begitu papa tidak akan menceraikan mama tirimu, kan?" Ucap Liam menanggapi.

"Biarkan saja. Aku sudah menyuruh pelayan mengambil semua perhiasan Rosa yang di beli dari uang papa. Jika uang yang mereka miliki sudah habis, mereka akan menjadi gelandangan!" Jillian tidak sabar melihat Rosa dan Gabby kesulitan keuangan karena selama ini keduanya hanya bergantung pada harta papanya. "Itu hanya status. Bagiku, Rosa sudah berpisah dari papa. Aku tidak akan membiarkan mereka berdua mendekati papa lagi."

"Keinginanmu akan segera terwujud." Jawab Liam menanggapi.

"Suamiku, selama papa belum pulih, bisakah kau membantu mengawasi perusahaan papa?" Jillian tidak ingin keadaan papanya berimbas ke perusahaan, ada beribu-ribu karyawan yang menggantungkan nasib mereka di perusahaan, jika perusahaan papanya terjadi sesuatu pasti akan berimbas juga pada seluruh karyawan.

Liam mengangguk. "Berapa sahammu di perusahaan papa, Jill?" Tanya Liam memastikan langkah selanjutnya yang akan ia ambil.

"30 %, papa 60 % yang 10 % milik komisaris di perusahaan papa. Bagaimana?" Jillian hanya memiliki saham disana, selama ini ia tidak meminta jabatan apapun karena belum tertarik dengan urusan kantor.

"Papa tidak memberikan saham kepada Rosa dan Gabby?" Ucap Liam menimpali.

Jillian menggeleng. "Papa merasa tidak perlu membagi kepada mereka, Suamiku."

"Itu lebih baik. Karena kau pemilik saham terbanyak setelah papa, aku butuh tanda tanganmu untuk memberiku kewenangan agar bisa memberikan perintah pada direksi, Jill." Seharusnya Jillian yang menggantikan papanya, namun istrinya pasti tidak tega meninggalkan papanya yang belum sadar.

"Baiklah. Terima kasih sudah membantuku." Ucap Jillian merasa lega.

"Kau terlalu banyak berterima kasih. Sudah seharusnya aku membantu istriku sendiri." Meringankan beban istrinya sudah menjadi tugasnya, tentu saja Liam akan melakukannya dengan senang hati.

Jillian tersenyum kepada Liam, sembari tangannya membereskan meja karena telah selesai menyuapi Liam.

Hai readers...
Cerita "Second Life Changes Everything." Peringkatnya semakin naik, ini berkat kalian 👏🏻

Nomor 1 di 11 kategori # 😱 Terus ikuti kelanjutan cerita "Second Life Changes Everything" ya ....


SPAM NEXT DISINI 👉🏻👉🏻
Kalau rame di tambahin 1 chapter lagi deh 😬



Cerita ini murni hasil pemikiran sendiri, biar otak eike makin encer mikirnya jangan lupa berikan dukungannya. Vote gak butuh waktu lama. Gak lebih dari 5 detik kok, bukan hal sulit bukan??? jadi jangan hanya menikmatinya tapi hargai juga jerih payah penulisnya ya 🤗

Terima kasih. Sehat dan bahagia selalu untuk kalian.... 😉

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

3.8M 245K 77
Selama 28 tahun hidup, Rene sama sekali tidak memiliki pikiran untuk menikah apalagi sampai memiliki anak. Dia terlalu larut dengan kehidupannya yang...
667K 5.6K 18
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
ANBELIN بواسطة _sofiiiiiii13

قصص المراهقين

59.2K 6K 79
[Follow akun penulis dulu sebelum baca] Ania Octavian, gadis yang kerap disapa Ania itu identik dengan senyum yang manis. Tetapi siapa sangka, senyum...
3.7M 397K 56
Dada Sera berdenyut nyeri, seakan tertimpa benda berat tak kasat mata. Pria yang ia cintai selama ini, bertindak tidak bermoral dengan menghamili wan...