Hello, my senior girl~ (Tamat)

Від Vinaasmarani

174K 11.1K 859

"Hai kakel cantik" Seorang laki laki berdiri menghadang jalan sang kakak kelas perempuan. Tidak ketinggalan... Більше

Satu satu
Dua dua
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas.
Duabelas
Tigabelas.
Empatbelas
Limabelas
Daftar Nama
Enambelas
Tujuhbelas
Delapanbelas
Sembilanbelas
Duapuluh
Duapuluhsatu
Duapuluhdua
Duapuluhtiga
Duapuluhempat
Duapuluhlima
Duapuluhenam
Duapuluhtujuh
Duapuluhdelapan
Duapuluhsembilan
Tigapuluh
Tigapuluhsatu
Tigapuluhdua
Tigapuluhtiga
Extra part.
Extra story
epic story
New story

Tiga tiga

8.4K 574 16
Від Vinaasmarani

Seharian ini Vanya bebas dari Hans, Vanya sangat menikmati waktu bebasnya hari ini tanpa diikuti apalagi diganggu oleh Hans. Pagi pagi sekali ia mendapatkan pesan dari Hans bahwa dia tidak akan masuk sekolah hari ini, tentu saja itu membuat Vanya sangat senang sekali, walau isi pesan yang Hans kirim sungguh membuat Vanya mual.

Hansip🤪

Pagi kakel cantik ☺️. Hari ini aku enggak masuk yah. ingat!! jangan nakal. jangan rindu juga😚.

                                             Me
                     Kalo bisa yang lama yah ☺️

Hansip🤪

Kok gitu? nanti kalo Hans kangen gimana?, pokoknya selama enggak ada aku Kakak gak boleh nakal. Kakak itu punya aku.

Memang Hans siapanya Vanya? seenaknya mengklaim Vanya miliknya. Hans saja tidak ada mengeluarkan kata suka atau apapun?, mungkin Vanya akan kejang kejang jika sampai itu terjadi, karena menjadi pacar Hans akan menjadi terror masa depan dihidupnya.

Kalau diingat ingat, entah kapan pertemuan pertama yang membuat ia selalu diikuti Hans sampai sekarang. Vanya tidak tahu tepatnya kapan?  karena Hans tiba tiba dengan seenak jidatnya mengganggu dan menjahilinya, padahal sebelumnya Vanya tidak kenal sama sekali dengan Hans sebelumnya. Bahkan ia tidak ingat dengan perkenalannya dengan Hans saat baru saja menjadi senior untuk panitia MOS.

Bell pulang sekolah sudah berbunyi sedari tadi. Saat ini Vanya baru saja turun dari mobil angkot di depan komplek perumahan tempat tinggal Vanya.

"Hallo? ada apa nelpon gue?" Tanya Vanya dengan penelpon diseberang sana.

Baru saja sampai depan pintu rumahnya Vanya mendapatkan telpon dengan dering yang sangat lantang sekali. Vanya baru saja pulang dari sekolahnya hendak masuk kedalam rumah terburu buru karena lelah, pasalnya dijalan tadi macet belum lagi di dalam angkot yang sangat sesak dipenuhi penumpang. Perasaan Vanya tidak mulai tidak enak.

"Hallo Van, lo ada dimana?" Tanya seseorang diseberang telpon.

"Gue baru sampe rumah kenapa?"

"Ok, gue jemput yah, bantu gue cari komponen buat acara ulang tahun sekolah" apa apaan si Arlan ini, baru pulang sekolah ujug ujug minta bantuan serasa merintah.

"Enggak ada enggak ada, minta bantuan yang lain sana! Dea kek atau Aries kek" tolak Vanya mentah mentah.

"Bodo amat!! Gue perintah bukan minta tolong jadi gue jemput sekarang juga!! Kalo gue nyampe lo belum siap lo bakalan tetep gue seret sekalian biar malu karena belum mandi haha" Ucap Arlan tanpa mengindahkan penolakan Vanya.

"Ih apa apaan sih lo Ar--" dengan sepihak Arlan memutus sambungan tanpa peduli Vanya masih berbicara.

Vanya membuka mulutnya hendak mengumpat tapi mengatupkan mulutnya kembali karena merasa percuma, Akhirnya Vanya hanya bisa mendesah pelan dan mengumpat didalam hati. Vanya cuma bisa membatin dengan semua perilaku laki laki disekitarnya, entah kenapa tidak ada yang normal. Hans laki laki yang sok polos dengan senyuman manis yang menyembunyikan seringai licik didalamnya, atau Arlan yang terang terangan menunjukan sifat dominan tidak peduli dengan pendapat orang lain.

Vanya bergegas masuk kerumahnya untuk melaksanakan ritual mandi dan berganti pakaian atau akan dipermalukan dengan tampilannya sendiri ketika diajak keluar oleh Arlan. Selesai mandi Vanya bersiap siap dengan memakai pakaian kasual yaitu kaos putih lengan panjang kebesaran, dan jeans warna baby blue untuk bawahannya, dengan sepatu converse sebagai alas kaki kesukaannya, tak lupa memoleskan sunscreen dan liptint warna chery untuk melindungi wajahnya dari sinar matahari.

Duak!! duak!! duak!!

Vanya yang mendengar ketukan pintu yang sangat tidak manusiawi itu pun bergegas mengambil tas selempang seukuran smartphonenya itu lalu berlari keluar kamar untuk membuka pintu rumahnya. Takutnya, kalau tidak segera dibuka ia akan mendapatkan pintu rumahnya roboh begitu saja akibat pukulan yang begitu keras, memang dasar ketua osis tidak punya sopan santun.

"Lo apa apaan deh, enggak sopan tahu !!" tegur Vanya pada Arlan takut tetangga terganggu mendengar pukulan pada pintu sekeras itu.

"Lama lo buka pintunya!! Enggak usah diapa apain lo bakalan tetep pendek" sarkas Arlan. Matanya memindai isi rumah Vanya yang minimalis dan sepi. Karena kenal Vanya dari SD Arlan pernah kerumah Vanya sebelumnya.

"Apaan deh enggak ada hubungannya sama dandan sama tinggi badan gue!! lagian Lo baru ngetuk pintu aja gue langsung lari buat buka pintu, lo-nya aja enggak sabaran!!" jawab Vanya tak kalah sengit. Mereka selalu begitu, tidak pernah akur, tetapi jika kemana mana Arlan selalu mengajak Vanya. Menurut Arlan Vanya orangnya enak untuk dibawa kemanapun, tidak pernah rewel minta ini dan itu, Arlan juga lebih percaya terhadap Vanya dari pada harus mengajak orang lain untuk berdiskusi.

Vanya menaiki motor besar warna hitam milik Arlan. Dengan berpegangan bahu Arlan akhirnya Vanya sudah ada di atas motor besar milik Arlan. Untung Vanya tidak salah kostum, bisa bisa dia akan kesusahan dengan pakaiannya sendiri saat menaiki motor besar milik Arlan.

"Ar!!" teriak Vanya memanggil Arlan karena mereka sudah melaju dari rumah Vanya.

"..." Sepetinya Arlan tidak mendengar dengan jelas panggilan dari Vanya.

" Ar, ini kan kita bakalan bawa barang barang yang banyak, kenapa lo malah pake motor gede kaya gini? guenya aja repot buat naiknya apalagi bawa barang banyak nanti mau taruh dimana?" teriak Vanya lebih kencang lagi.

Ciittt

Tubuh Vanya menubruk punggung Arlan karena berhenti secara mendadak.

"Lo kok enggak ngomong dari tadi sih? harusnya lo bilang sebelum gue jemput lo biar gue bawa mobil aja Vanya~" kata Arlan.

"Ih ih Lo kok nyalahin gue, lagian suruh siapa gue lagi ngomong main mutusin sambungan telpon aja?" balas Vanya tak kalah kesal.

Berbicara dengan Arlan bawaannya tidak pernah santai, selalu pakai urat!! Vanya kadang terbawa emosi ketika berbicara dengan Arlan, pasalnya Vanya selalu saja disalahkan. Arlan adalah laki laki yang dominan, dia tidak ingin kalah dengan siapapun, dia adalah seorang pemimpin sejati. Entah karena memang sudah kenal Vanya dari lama membuat Arlan terbuka dengan karakter dan sifatnya pada Vanya, atau memang ia selalu seperti itu kepada siapapun.

Tanpa kata Arlan putar balik lalu tancap gas membuat Vanya memeluk pinggang Arlan karena reflek takut jatuh. Bukannya mengurangi kecepatan saat Vanya memukul bahunya, Arlan malah menambah laju kecepatannya membuat Vanya memeluk Arlan kembali.

Tanpa Vanya tahu, Arlan tengah menyunggingkan senyum tipis dibibirnya.

**********

Arlan dan Vanya kini sudah berada di toko khusus alat tulis setelah mengganti motor yang mereka tunggangi dengan mobil. Sedari tadi mereka sudah memutari pusat perbelanjaan, dan sudah mendapatkan beberapa bahan untuk kreasi menghias gedung sekolah. Vanya saat ini tengah kesusahan dengan kedua tangannya yang penuh dengan tentengan plastik belanjaan. Sedangkan yang laki laki hanya bertugas mencari daftar bahan apa yang belum dibeli, dan memberikan semua barang ke tangan mungil Vanya.

Berpindah ke ruko sebelah. Arlan yang jalan mendahului Vanya tanpa rasa bersalah meninggalkan Vanya yang kesusahan. Ada botol bekas didepan kakinya, pikir Vanya. Dengan sekuat tenaga Vanya menendang botol bekas dekat kakinya untuk diarahkan kepada Arlan.

Tuk

Tepat sekali mengenai kepala sang ketua osis disekolahnya. Arlan membalikan tubuhnya menghadap Vanya yang sudah tertinggal lumayan jauh. Vanya mengalihkan pandangannya ke sembarang arah pura pura tidak tahu saja. Melangkah mendekati Vanya, Arlan sedikit tersenyum miring. Bocah satu ini, sungguh menggemaskan fikir Arlan, hanya dari postur tubuhnya bahkan tingkahnya saja tanpa si empunya sadari sangat menggemaskan bagi seorang laki laki sepertinya. Berdiri didepan Vanya dengan tingginya yang menjulang dibandingkan Vanya yang Hanya sebatas dagunya saja.

"Sini gue bawa separuh, nanti tambah pendek lagi" ucap Arlan mengejek temannya itu sambil merebut dua kantung plastik ditangan Vanya. Ingatkan Vanya, katanya Arlan mengambil separuh belanjaan sedangkan tadi Vanya membawa 5 kantung plastik besar yang sangat berat.

"Laki laki lo? bilangnya separuh? ini mah kurang!" cibir Vanya.

"Laki laki lah gue! gue kasih bukti enggak bakalan bisa jalan lo!" kata Arlan yang mempunyai arti lain.

"Apaan deh! hi~ dasar mesum!" sentak Vanya bergidik ngeri. Vanya memang gadis baik baik tapi tidak polos sampai mudah dibodohi. Vanya mengerti apa yang dibicarakan Arlan.

Arlan terkekeh geli. Arlan fikir Vanya tidak akan menanggapi perkataan Arlan. "Sini gue bawain satu lagi. Abis ini kita taruh di bagasi dulu" kata Arlan, Lalu Arlan berjalan menuju mobilnya dan diekori oleh Vanya yang menurut saja apa kata Arlan.

Dibagasi belakang mobil sudah berjajar rapih properti untuk ulang tahu sekolah mereka. Vanya duduk dibelakang bagasi karena merasa lelah. Arlan memberikan sebotol air mineral yang ia ambil dari kursi kemudi, untuk diberikan kepada Vanya.

"Makasih~" Lirih Vanya dengan cengiran kudanya yang dijawab gumaman oleh Arlan.

"Habis ini kita kemana? semua bahan udah dibeli?" tanya Vanya.

"Kita ke mall sekarang. Kita perlu kain  untuk banner Hut SMA Nusa Bangsa. Mami ngasih tahu toko langganannya ke gue, jadi harganya lumayan miring" jawab Arlan.

"Yaudah otw sekarang nanti kemaleman" ajak Vanya.

Mereka bergegas menaiki mobil untuk menuju Mall yang berada dipusat kota. Vanya selalu mengalihkan pandangan ke jendela disampingnya ketika menaiki mobil. Menumpu sikunya disana. Baginya melamun adalah hal nikmat, dimana kita bisa berfantasi atau memikirkan sesuatu yang membuatnya damai dan senang. Vanya suka melamun, namun bukan karena memikirkan hal rumit yang membuatnya semakin pusing saja, ia hanya senang dengan menebak nebak masa depan. Arlan melirik Vanya yang melamun dengan hikmad. Mencoba membaca apa yang Vanya fikirkan.

"Van?" panggil Arlan menepuk bahu Vanya.

"Hm?" tanya Vanya menoleh pada Arlan.

"Lo ngapain sih? Gue berasa enggak dianggap tahu. Ini gue orang lho bukan hantu" tanya Arlan penasaran. Arlan selalu penasaran dengan apa yang difikirkan Vanya, sebab Vanya adalah orang yang bisa jadi introvert bahkan bisa juga kelewat extrovert.

"Enggak kenapa napa, emang kenapa?" tanya balik Vanya ke Arlan.

Mengernyit, pasalnya pertanyaan Vanya tidak dijawab oleh Arlan malah fokus menyetir kembali. Dasar aneh, umpat Vanya. Vanya merasa haus kembali. Menggapai botol air mineral yang tersisa sedikit. Vanya menenggaknya hingga tandas lalu membuangnya ke tong sampah mini disamping kakinya.

"Kayaknya lo suka banget yah gue cium?" celetuk Arlan dengan smirk dibibirnya.

Vanya kebingungan dengan celetukan Arlan yang tiba tiba sampai alisnya bertautan. "Maksud lo?" tanya Vanya tidak mengerti.

"Air yang gue kasih dan lo minum itu bekas gue, jadi secara enggak langsung kita ciuman kan? bahkan lo ketagihan sampai minum berkali kali"  kata Arlan. Menaik turunkan alisnya dengan senyum jahil menggoda Vanya.

"ARLAN!!!! Lo nyebelin banget sih!!! Modus dasar!!! Sengaja banget aish!!! Ketua osis mesum!!! Basta-Hmpph" amuk Vanya memukul bahu Arlan bertubi tubi sampai sang empu mengaduh namun tetap tertawa kemenangan.

"Ahahaha... heh! perempuan enggak boleh ngumpat!!" Arlan berhenti tertawa saat mendengar Vanya akan mengumpat, lalu menutup mulut Vanya dengan sebelah tangannya.

"Ya lo!!! bikin gue kesel!!" sarkas Vanya.

Mereka sudah sampai di lobby mall. Arlan dan Vanya bergegas turun dari mobil. Arlan mendekati Vanya, lalu menggandeng tangan Vanya untuk berjalan bersama supaya tidak tertinggal. Vanya menatap bingung pada tangannya yang digenggam oleh Arlan. Vanya rasa, ia dan Arlan tidak sedekat itu sampai harus bergandengan tangan. Jujur, akhir akhir ini Arlan sering melibatkannya dalam hal apapun sehingga di beberapa waktu selalu bertemu dengan Arlan.

Mall lumayan sepi, karena hari ini bukan akhir pekan jadi jarang orang yang datang untuk berbelanja. Mereka masih bergandengan tangan. Yang satu tidak sadar, yang satunya lagi pasrah saja diseret pelan oleh seseorang disampingnya. Vanya menatap sekeliling dengan jengah karena ingin cepat pulang. Sedangkan Arlan, fokus menatap sekeliling untuk mencari toko langganan maminya itu.

"Aakkhhhh" pekik Vanya karena seseorang menabrak bahunya.

Arlan yang mendengar pekikan Vanya  menoleh. Melihat Vanya yang meringis, Arlan merangkul bahu Vanya posesif dan menanyakan keadaan vanya.

"Van lo kenapa?"tanya Arlan yang tengah memperhatikan Vanya dari atas sampai bawah guna mengecek apakah ada yang terluka.

"Itu ada yang nabrak gue, tapi gue enggak kenapa napa kok, guenya juga salah enggak merhatiin jalan" tunjuk Vanya kearah belakang tubuhnya tanpa memperhatikan.

Arlan menoleh untuk melihat siapa yang menabrak Vanya, terutama Arlan yang sangat ingin memperingati seseorang tersebut. Belum sempat memaki Arlan sudah memutar bola matanya jengah. Arlan tidak buta bahwa adik kelasnya itu menatap kearahnya menabur permusuhan. Adik kelasnya itu, tidak seperti yang dikira oleh oranglain. Berbeda dengan Vanya yang terkejut untuk beberapa saat berganti dengan raut yang sinis menatap dengan tajam siapa yang menabraknya.

"Hai kakak cantik~" sapa seseorang yang tadi menabrak Vanya dengan senyum manis yang selalu mempunyai arti lain dibalik senyuman yang terlihat tulus itu.

______________________________________

Promosi!!!!! Di jamin enggak kalah seru. Aku bikin beberapa cerita baru on going ya guys. Jadi baca !!! Bacanya habis tamat cerita ini juga gk papa. Tapi lebih enak baca dua duanya!!! Maksa author mah!!!.


Продовжити читання

Вам також сподобається

Pacar!? Від Mamy_Caran

Підліткова література

1.5K 137 9
"Garafra, Ayo putus." Alrea. "Ga semudah itu." Garafra.
KAZAKTHAN Від Rere

Сучасна проза

10.2K 711 12
Jika orang-orang bertanya, siapa sosok yang paling dihormati di Starlight Internasional School jawabannya pasti Kazakthan. Gadis yang memiliki nama u...
Sekuat Pesona Від Daizy Aruha

Жіночі романи

196K 12.4K 57
Niat hati kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan duda anak 1 yang sialnya masih tampan itu, Herna malah harus terjebak menikahi pria k...
1.1M 55.5K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...