Five or Nothing (Yeri x 99l N...

By starofmilkyway

211K 44.6K 17.5K

Punya temen seperkoncoan kayak Mark, Lucas, Xiaojun dan Hendery itu gak seindah seperti yang orang-orang kata... More

Prolog: Pancabintang
Aud dan Empat Begundal
Mr. Can-Do-It-All dan Tetangga Tiga Rumah
Si Musisi dan Ikon Baru Sekolah
Kuda Tomplok dan Warjok
Kapten Basket dan Teman Berjuang
Saatnya bersinar
Bukan Anak Indie
Ada Yang Baru
Menolak Tawaran
Lomba Esai
Kehidupan Normal
Dasar Netizen
Pasca UAS dan Liburan
Kembalinya Yerikha
Almost Paradise
Kado
Yanuar
Turnamen
Akhirnya!
Dipanggil Terus
Her Top Secret
Brother
Trio Sedang Rapuh
Vila Aheng - BYUURR
Vila Aheng - Terkuak
Vila Aheng - Keluhan Batin
"Pernah, Gak?" - Mark
The Lontong Sayur Guy
Salah Satu Alasan Kembali
Habis Makan Nyamuk
Kesal Tanpa Alasan
Kepikiran
Yang Sebenarnya Cemburu
Bukan Berantem
"Pernah gak?" - Dejun
Tapi Baikan
Lucas Labil
Di Ruang BK
Deadpool dan Chris Evans
Saya Tertarik
Yang Mana?
Butuhnya Satu Hendri
Huru-hara Lomba Tari Saman
First Love Atau Bukan?
"Pernah gak?" - Lucas
Keputusan Untuk Sebuah Pilihan
"Update Barengan Yuk"
Curhat Bersama Leon
Gak Normal
Semuanya Dekat
Pelik Yang Ini, Pelik Yang Itu
Garis Terdepan
Satu Lagi Pemendam Perasaan
Study Tour
SKJ (Studytour Kagak Jelas)
Agit dan Perubahan
Rasanya Ada Yang Kurang
Pertemuan Singkat
Salah
Menerka-Nerka
If I Bleed, You'll Be The Last To Know
"Pernah gak?" - Hendri
Little Chit-Chat
Bu Lala dan Pak Lili
5/5
Two Sides
Boys Corner
"I'm Sorry."
Karena Bakiak, Jatuh Cinta
Onederful Fest
It Is Pancabintang!
Another Liar
How A Wallflower Has Turned Into A Lion
The Elephant In The Room Between The Two of Us
Si Pengamat dan Pendengar
Everything Has Changed
Should He Regret It?
Nosebleed
Memperbaiki dan Memulai Kembali
Epilog: Five Or Nothing
The Fifth Season

Penghujung SMA

1.7K 339 166
By starofmilkyway

lu pada ketawa gaksi liat feeds smtown pas halloween ini soalnya gw ketawa wkwkwkwkkwwkkwwkwk

bisa aja dah ni si drama di pancabintang

‼️‼️ ANYWAYSSSS, before you read this chapter a.k.a the last chapter, kindly read this beforehand. ‼️PENTING‼️

So, I've got this q on my CC:

Sebelumnya makasih banyaaaak udah mau mengerti posisi gue yang belum bisa nulis nama dia di cerita ini!💗

Lalu sebelumnya, di author's note dalam chapter "How A Wallflower Has Turned Into A Lion", gue menjelaskan bahwa gue gak bisa nulis nama ybs sampai situasinya benar-benar clear, yang mana ini bahkan udah 2 bulan lebih enggak clear-clear 😕 bingung gw wak

Lalu sampai kemarin sebelum baca CC itu, gw sebelumnya memutuskan buat gak nulis nama dia kan yah...

Tapi makasih buat anon yang kirim CC-nya, agaknya saya jadi nambah insight baru kayak wah bener juga ya kalo salah satu dari 5 karakter utama dihilangkan, ceritanya malah jadi kurang apik. Gitu pikir saya.

Dan kalau saya gak nulis kelima karakter utama lagi bakalan gak sesuai judul juga yang namanya Five Or Nothing 😂 aneh juga ya nanti di akhir tiba-tiba 4 tokoh wkwkwk bukannya five malah four dong 🤔

Oleh karena itu, demi kepentingan cerita, saya memasukkan kembali karakter sahabat dari Yerikha, Hendri, Markus dan Arjuna ke chapter-chapter akhir ini. Namun perlu digarisbawahi, instead of using his first name, saya akan menulis dan rebrand karakternya dengan memanggilnya through his middle name, which is Yanuar. (And it's still part of his name, right? Read the prolog in case you forgot what his fullname is.😉)

Tokoh Yanuar sifatnya kurang lebih akan sama dengan yang sebelumnya, namun saya serahkan ke pembaca faceclaimnya mau tetap yang lama atau sesuai dengan kemauan kalian.

Gapapa kalau kalian gak setuju sama keputusan saya, saya juga gak maksa buat setuju tapi menurut saya ini jalan tengah terbaik untuk menghindari masalah yang masih abu-abu ini, juga untuk ending cerita yang sesuai dengan tema dan judul buku ini. ❤

Maaf ya kalau kesannya gak professional dan gak jelas banget jadi penulis, saya juga bingung banget. Mau nulis nama dia tapi sayanya menghindari apapun yang berkaitan dengan 'masalah' dan gak bisa tutup mata dengan isu ini, mau gak nulis juga malah bikin cerita jelek dan kurang rapi wkwkwkwk

Kalau dipikir-pikir ini jalan tengah terbaik (in my opinion) untuk menghargai berbagai pihak. Should've done it earlier on previous chapters instead of not writing his name sih😂 tapi ya udahlah, udah terlanjur dan gak ada waktu revisi hahahaha

Oke makasih banyak, semoga ini keputusan yang dapat diterima (gak diterima pun gak apa-apa. again, saya gak maksa.)

salam damai ya kawan-kawan. 🙏

happy reading! ✨💗

▪︎▪︎▪︎▪︎














"APEEEEE?! ELU BERDUA JADIAN?!!!!" seru Yanuar di Area 51 rumah Hendri.

"Biasa aja muka lu kagak usah monyong-monyong!" sahut Dejun seraya mendorong wajah Yanuar.

"GIMANA BISA GUA BIASA AJA COOOOOOK?!!!" kata Yanuar berapi-api. "LU PADA KAGAK KAGET APA?!"

"Kagak," jawab Dejun.

"Nope." timpal Mark.

"PARAH BANGEEEEEEEEEET!!!" seru Yanuar merasa didzolimi. "MASA GUA DOANG YANG KAGAK TAHU?!!?!?!"

"EMANG." seru Hendri, Mark dan Dejun berbarengan. Yeri cuma geleng-geleng.

Setelah UAS semester ganjil kelas 12 ini selesai, akhirnya mereka berlima berkumpul lagi karena baru ada waktu.

"Lu kemana aja emang di grup jarang muncul?" tanya Mark.

"Menyelesaikan masalah gitu dah," jawab Yanuar.

"Masalah apa?"

"Itu, gua abis lulus SMA bakalan linjur kayaknya." jawab Yanuar, menjelaskan alasan kenapa dirinya akhir-akhir ini jarang muncul.

Semuanya lantas mengangguk mengerti yang disusul memberikan semangat ke Yanuar.

"Semangat! Semoga masalah lo cepet selesai dan ketemu jalan keluarnya!" kata mereka berempat serempak ke Yanuar.

"Mau itu tetap IPA atau linjur atau bahkan gak kuliah! Gue harap itu pilihan yang terbaik!" kata Yeri yang disusul anggukan ketiga lainnya.

Yanuar menyinggungkan senyuman, "Thanks," katanya lalu mengalihkan pembicaraan. "SOOOOOO, bisa diceritakan ini darimana ya Bapak Hendri dan Ibu Yeri KENAPEEEE LU BERDUA BISA TIBA-TIBA JADIAN KAYAK BEGINIIIII?!!"

Yeri yang merasa malu dan enggan bercerita kemudian menggigit jarinya dan memainkan ponselnya. Sedangkan Hendri yang sadar Yeri salah tingkah malah terkekeh.

"Kok lu kagak pernah cerita si lu berdua ada demen-demenan?!?!!" kata Yanuar menghakimi Yeri dan Hendri. "TERUTAMA ELUUU HERI APA-APAAN MARK SAMA ODE TAU TAPI GUA KAGAK?!"

Hendri mengangkat tangannya. "Lah? Gue kagak pernah cerita ke siapa-siapa kok,"

Mark mengangguk. "Gua tahu sendiri."

Dejun menimpal. "Gua apa lagi."

"Lo yang gak peka sih, Yan." kata Hendri sembari tertawa.

"Sama perasaan sendiri aja gak peka gimana mau—"

"OKE STOP SINDIR GUA!" kata Yanuar menghentikan ucapan Yeri yang membuat semuanya tertawa. "Lu sejak kapan naksir Yeri anjir?! Jadi waktu lu bilang lu naksir yang lebih tua itu akal-akalan lu doang, Heng?!"

"Enggak kok. Kan Yeri emang lebih tua dari gue. Ya kan?" kata Hendri.

"Bisaan aja si tai emang," sahut Dejun sambil menimpuk Hendri pakai keripik singkong.

Bermenit-menit berlalu membahas bagaimana hubungan Hendri dan Yeri bisa berlangsung. Hendri serta Yeri menceritakannya ke teman-teman mereka. Dimulai dari Hendri yang suka Yeri sejak kelas 10 sampai akhirnya kemarin Yeri uring-uringan ditinggal Hendri dua bulan di kelas 12 ini. Huft, genrenya slowburn banget deh.

Mereka membahas preferensi Yeri dan Hendri yang menjalankan hubungan seperti biasa saja, gak mau diumbar di media sosial ataupun publikasi hubungannya untuk beberapa alasan. Sampai akhirnya mereka membahas tentang pilihan mereka setelah lulus SMA.

"Gua masih bimbang sih mau ke institut teknologi di Bandung atau Surabaya," kata Dejun.

"Surabaya aja," jawab Yanuar.

"Kenapa tuh?"

"Muka lu keliatan cocok ngomong 'jancok' soalnya,"

"Ah, tolol." sahut Dejun.

Setelah tawa mereka reda akibat ucapan Yanuar, Dejun pun menanggapinya lagi. "Intinya gua tetep ambil mau teknik mesin, cuma masih bimbang mau apa di antara dua kampus itu."

"Kenapa bingungnya emangnya, De?" tanya Hendri.

 "Gua sih tetep pengennya teknik mesin ya, cuma kalo di ITB kan gak langsung masuk teknik mesinnya, mesti penjurusan dulu. Takut gua nanti not good enough aja buat masuk teknik mesinnya," jelas Dejun.

Semuanya mengangguk mengerti. Kemudian Dejun bertanya ke Mark.

"Kalo lu Mark? Jadi tetep mau teknik industri uwiw uwiw?" tanya Dejun.

"Hahahahahaha," Mark tertawa atas ucapan Dejun. "Jadi sih, udah dapet pencerahan kemarin akhirnya,"

"Wuidiiiihhh," sahut Hendri. "Pilihan kedua ada?"

"Masih ragu di antara arsi sama teksip, tapi pokoknya pilihan satu tetep teknik industri," 

Pertanyaan beralih ke Yeri sekarang. 

"Lu apa, Yer?" tanya Dejun.

"Ilkom sama HI sih," jawab Yeri.

Hendri menoleh, "Di mana?"

Yeri nyengir, "Gue gak pede sih kalo ambil UI walaupun pengen, paling kayaknya ambil UB." jawab Yeri. 

"Kenapa gak coba aja UI? Kan lu di kelas masih masuk 10 besar," tanggap Mark. Emang bisa ngomong gitu ya kalau gak pernah keluar dari 3 besar.

"Iya tuh mana tahu lu berdua sekampus kan," kata Dejun ke Yeri dan Mark. Hendri NINU NINU NINU.

Yeri menggeleng. "Temen-temen gue yang nilainya lebih gede dari gue, udah banyak yang mau ambil Ilkom sama HI UI. Enggak deh hehehe," 

Nah itu percakapan warga Pancabintang yang selalu masuk peringkat 10 besar di kelas, bisa ngomongin strategi masuk perguruan tinggi lewat nilai rapot (SNMPTN). 

Yanuar sama Hendri yang selama ini sekolah haha-hehe bagian nyimak aja. Mau optimis masuk 'kuota' SNMPTN juga enggak bisa. Mereka mah selama sekolah gak remed aja udah syukur. (curhatan penulis selama sekolah terselubung di paragraf ini)

"Lu kalo linjur mau apaan, Yan?" tanya Mark.

"Aslian gua masih gak tahu sumpah jangan tanya gua, gua beneran tertekan," cerocos Yanuar sambil menutup telinga yang diiringi tawa keempat lainnya.

"Lu Heng gimane?" giliran Dejun bertanya ke Hendri.

"Bokap suruh ambil manajemen," kata Hendri.

Mark menaikkan alisnya, "Lo minat manajemen?"

Hendri menyinggungkan senyuman, lalu mengangkat bahunya. "Gue gak pernah tahu gue mau apa, so... nurut aja...."

"Jangan gitu lah, lo harus kejar yang lo mau. Kan yang jalanin elo," sambung Yeri.

Hendri mengangkat bahunya lagi. "Gapapa kok, gue gak keberatan juga. Soalnya gue beneran gak tahu minat gue apa dan gue juga gak mengeluh selama gue di IPS. Just let it flow,"

"Mau manajemen mana emangnya?" tanya Yanuar kali ini. Karena dia gak relate sama Hendri walaupun posisinya agak mirip, yaitu sama-sama gak tahu mau kemana tapi Yanuar merasa tertekan sedangkan Hendri biasa saja.

Hendri yang sebenarnya belum memikirkannya sejauh itu kemudian menjawab, "UB paling,"

"Lah kirain mau UNPAD biar deket kota bokap lu. Kok bisa UB?" tanya Dejun.

"Au, pengen aja," kata Hendri nyengir.







"Balik yeee, awas lu berduaan mulu nanti orang ketiganya setan," kata Dejun sebagai orang terakhir yang berpamitan ke Yeri dan Hendri.

"ELUUU setannyeeee," seru Hendri sambil meninju punggung Dejun seraya tertawa bersama.

Mark, Yanuar dan Dejun sudah pulang dari rumah Hendri. Menyisakan Yeri yang masih berada di sana. Biasa lah.

"Belakang aja yuk, deket kolam," kata Hendri.

Yeri mengangguk menurut. Paham dia ini mah Hendri mau merokok. "Mau Milo tapi,"

Setelah mengambil sekotak susu yang ada di kulkas Hendri, akhirnya mereka berdua duduk di teras rumah Hendri yang dekat kolam renang, di atas kursi yang di tengahnya ada meja berbentuk lingkaran. 

"Gue baru tahu lo mau lanjut manajemen UB abis ini," kata Yeri membuka percakapan.

Hendri menghembuskan asap nikotinnya, setelah itu menjawab. "Gue juga baru tahu tadi kok,"

"Hm?" Yeri menaikkan alisnya.

Hendri kemudian menoleh ke Yeri, seraya tersenyum manis. "Karena lo mau ke sana, jadi gue mau di sana biar sama lo."

Wajah Yeri seketika gusar. "Kok lo jadi ngikutin gue gini sih?!"

Hendri yang terkejut karena nada bicara Yeri yang terkesan ketus kemudian membalas. "Loh kok lo kesel...? Apa lo gak mau sama gue...?"

"Nggak gitu maksud gue." Yeri dengan cepat menggeleng. "Maksud gue kayak... kan kuliah itu buat masa depan lo, buat hidup lo kedepannya. Jadi yang harus tentuin itu lo sendiri lo maunya apa. Bukan karena ngikutin gue,"

"Loh? Kan lo bilang kejar yang lo mau. Nah itu gue maunya lo, gimana?" sahut Hendri enteng lalu menghisap rokoknya.

"CK...." Yeri berdecak dan tampak kesal. Hendak mau berbicara tapi seperti menahannya.

"Kenapa sih Sal kok lo kesel banget? Kan hidup juga hidup gue maunya kemana lagian kan asal lo—"

"NGGAK GITU, AHENG, LO NGGAK NGERTI." Yeri memotong ucapan Hendri. "Kenapa sih lo gak pernah mikir panjang?" lanjut Yeri yang tampak frustasi.

Yeri kemudian menarik napasnya panjang karena baru saja berbicara dengan nada tinggi. Hendri yang sadar akan perasaan Yeri di hadapannya yang benar-benar sedang gusar sejenak menatap kekasihnya itu, lalu mematikan rokoknya dan membuangnya ke asbak.

Hendri lantas menggeser bangkunya menjadi lebih dekat dengan Yeri. 

"Hey...." ucap Hendri seraya meraih tangan Yeri. "Apa yang gak gue ngerti? Sini coba bilang baik-baik," lanjutnya dengan nada pelan.

Yeri terdiam beberapa saat. Mencoba menguasai dirinya untuk merangkai kata-kata yang tepat agar dapat mengutarakan perasaannya.

"Heng, ini kan kuliah. Selain karena waktunya bertahun-tahun, ini juga memengaruhi masa depan lo. Bukan sebatas liburan yang singkat dan lo bisa pilih asal," kata Yeri dengan lebih tenang dari sebelumnya.

Hendri mengagguk, "Iya, Saaal. Tahu kok."

"Gue mau lo gak nyesel nantinya. Gue mau lo hidup sesuai dengan diri lo sendiri maunya apa, bukan gara-gara gue. Karena kalo misalnya lo nanti milih kuliah karena gue, terus ternyata hidup yang lo jalanin itu gak sesuai dengan yang lo pengen; itu semua gara-gara gue. Dan gue gak mau jadi penyebab lo kehilangan arah hidup lo," kata Yeri serius.

Hendri menatap Yeri tepat di bola matanya yang sedikit berkaca-kaca itu.

"I don't want to see you sad. Especially, I don't want to be reason why you're sad."

"I'm never sad being with you, kok." kata Hendri dengan senyumannya.

"Heng—"

"Sal, gue gak masalah di mana aja. Sumpah. Bahkan pas gue tanya bokap juga itu cuma disaranin manajemen, but I took it seriously karena gue beneran gak tahu gue harus kemana." jelas Hendri seraya menggenggam tangan Yeri dengan kedua tangannya. "Tapi setelah gue liat lo, hal yang gue tahu tuh cuma satu. Gue mau sama lo. Dan asalkan sama lo, di manapun gue gak masalah."

"Tapi nanti kalo misalnya kita sekampus beneran karena lo maunya begitu, terus ternyata lo gak cocok sama apa yang lo jalanin gimana?" tanya Yeri. "Kan itu semua gara-gara lo cuma mau sama gue. Pasti lo nyesel karena bertindak begitu."

Hendri terkekeh. "Itu urusan nanti, okeee? Biar aja dipikirin nanti. Gue sekarang beneran dibebasin mau kemana aja kok,"

Yeri lalu tertunduk. Tak tahu mau berbicara apalagi.

"Dan gue gak bakal nyalahin lo kok! Ini kan keputusan gue sendiri mau dimana," kata Hendri meyakini lagi. "Apa lo mau ikut gue kuliah di UK aja?" tanya Hendri bergurau.

Yeri kemudian menatap Hendri dan menyikutnya. "Ngaco. Izin sama orang tuanya berdarah-darah dulu gue,"

Hnedri tertawa. "Gak usah dipermasalahin lagi oke? Emang gue yang mau," kata Hendri lalu mengangkat genggaman tangan mereka. "Sebelum gue denger dari lo kalo lo mau ke UB, gue sama sekali gak kepikiran gue mau ke mana. Orang tua gue ngasih terlalu banyak pilihan sampai-sampai gue gak tahu apa yang harus gue pilih. Entah itu negeri atau swasta atau dalam negeri bahkan luar negeri, mereka ngebebasin gue, dan mereka bilang, pilih apa yang bikin kamu senang.

"Dan gue sampai hari ini, gak tahu apa yang bikin gue senang selain bersama kalian, terutama lo, Sal. 

"Oleh karena itu, gue malah mau berterima kasih ke lo karena tadi lo bilang lo mau ke mana, yang buat gue sekarang jadi tahu gue harus ke mana juga.

"Ke lo, Salsa. Karena lo yang bikin gue bahagia."

Yeri diam sejenak hingga akhirnya mengangguk, mengundang senyuman dari Hendri. 

"Nah gitu dong," ujar Hendri seraya mencubit pipi perempuannya itu yang disambut dengan senyuman balik. "Gak usah dipikirin lagi ya? You know my future is somehow... already arranged.... So... kuliah for me is only for... yeah.... "

Yeri seketika langsung paham kenapa Hendri bisa dengan mudah memilih jalan hidupnya, berbeda dengan dia yang sudah belajar mati-matian demi mencapai cita-citanya. Karena pada dasarnya kehidupan mereka berbeda, dan satu sama lain gak bisa memaksakan apa pilihan hidup mereka ke kehidupan lainnya.

"Gue juga mau nanya lagi," ucap Yeri.

"Silakan, siap menjawab kapanpun dan dimanapun, Nyonya." gurau lelaki itu.

"Lo gapapa kan kita belom ngasih tahu selain dari temen-temen kita kalo kita jadian?" tanya Yeri. "Gue beneran gak mau lo diomongin macem-macem sama orang gara-gara macarin cewek kayak gue—"

"Kayak gimana maksud lo?" potong Hendri tajam.

Yeri sekilas menatap Hendri yang tatapannya tajam itu kemudian menunduk lagi. "Kayak yang Jalu bilang waktu itu, kalo gue itu cewek yang—"

Hendri lantas membungkam mulut Yeri dengan tangannya. "Diem. Gue gak mau denger."

Yeri yang kaget mulutnya dibungkam tangan Hendri lantas menepiskan tangan Hendri dari mulutnya. "Iiihh, bau rokok!"

"Rasain. Siapa suruh ngomong gitu, gue gak suka." kata Hendri galak yang diikuti Yeri mengerucutkan bibirnya.

"Sorry. It still leaves me trauma." kata Yeri.

"I understand." kata Hendri kembali menggenggam tangan Yeri. "But still, what he said was NOT TRUE AT ALL and don't matter. That was fully a bullshit, okay? Kan emang mereka sok tahu aja, berasa paling ngerti lo gimana padahal kenal aja kagak."

Yeri perlahan menatap Hendri.

"Lagipula lo kan artis internet, gue juga belom siap sih dapet exposure sebagai pacar lo. I still want to have a border from many people," ujar Hendri jujur, mengingat bagaimana kondisinya beberapa bulan lalu membuat dia gak mau terlibat ke banyak orang.

Yeri mengangguk mendengarnya, bersyukur karena apa yang dia inginkan sejalan dengan yang Hendri inginkan.

"I love you. That's it. Only it that matters.

Ucapan Hendri mengundang senyuman di wajah Yeri. Perempuan itu membalasnya, "I love you too."

Hendri ikut tersenyum dibuatnya. Kemudian keduanya saling bergenggam kedua tangan mereka lain karena merasa beruntung memiliki satu sama lain.

"Mau cium,"

"Gak mau,"

"Ih, kenapa?!?!!"

"Bau rokok,"

"Kalo udah gak bau rokok tetep mau cium gak?"

"Enggak juga,"

"Lah kenapaaaaaa?!"

"Lo wibu, bau bawang."

"SALSAAAAAAAAAAAA,"

Yeri: 😛😛😛

Hendri: 🙁🙁🙁






▪︎▪︎▪︎▪︎

AKWKAKWKAKW gak nyangka abis ini udah epilog :D

sorry for unsatisfied ending tapi gue beneran udah gatau lagi mau masukin apaan aja HAHAHA

eh sumpah ya sebuah trivia banget ini ya NIH YAAA NIHHH gue tuh awalnya SAMSEEEKKK gak berencana jadiin aheng x salsa karena gue sama sekali gak mau ada yang jadian di pancabintang sumpahhh ciyus deh gw✌️

tapi... gw korban tulisan sendiri.... #rip 💀 alias gw sendiri baper sama salsa x aheng HGSDJHGASGHJD ANEH BGT terus gw merasa gw akan terlalu kejam kalo aheng gak dibuat hepi T____T

soalnya gw jadiin aheng banyak peran karena gw merasa dia paling underrated di 99z waktu itu (setuju gak) dan dia juga bias gw sih jadi suka aja nulis dia banyak2 wkwkwkwk padahal ship gw yang sebenernya malah markri HAHAHAY🤪

DAAAAAAAANNNN..... untuk yang gue bilang.. untuk kelanjutan relationship salsa x aheng gak akan gue tulis di buku ini karena chapter buku ini udah banyak bangeeeet pegel gak si loe bacany klo kebanyakan chapter 🤯

sebegai gantinya, akan gw buatkan au twitter buat mereka HAHAHAYYYYY seneng dong loe semua🥳🥳🥳 #MAKSA 

au aheng x salsa nanti gue publish barengan sama epilog ya, semoga aja minggu depan udah jadi atau secepatnya kalo gw gak sibuk okeeeeh


see you on epilogue, guys!


with love, a💗

Continue Reading

You'll Also Like

109K 12.4K 61
"Have a good day all, god bless u all, and stay happy!!" Because we have another missing part, from our smile
499K 37.2K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
174K 16.3K 46
❝kita adalah dua hal yang saling terjerembab dalam satu bagian tentang suatu kesamaan, yaitu perasaan❞ Start : 1 April 2020 Finish : 19 June 2020
121K 19.8K 38
Human can't be perfect, Same as Giselle and Naresh (Local Name)