Stand by Me - Stray Kids Fanf...

By clvrxxmnky

28.7K 5.6K 536

Chan hanya mempunyai satu keinginan. Yaitu tidak datang terlambat. Karena dia ingin ada di sisi gadisnya samp... More

STARTING.
PRESENT : Zero.
PRESENT : One.
PAST : Two.
PAST : Three.
PRESENT : Four.
PAST : Five.
PAST : Six.
PAST : Seven.
PAST : Eight.
PAST : Nine.
PAST : Ten.
PRESENT : Eleven.
PAST : Twelve.
PAST : Thirteen.
PAST : Fourteen.
PAST : Fifteen.
PAST : Sixteen.
PAST : Seventeen.
PAST : Eighteen.
PAST : Nineteen.
PAST : Twenty.
PAST : Twenty One.
PAST : Twenty Two.
PAST : Twenty Three.
PAST : Twenty Four.
PRESENT : Twenty Five.
PAST : Twenty Six.
PAST : Twenty Seven.
PRESENT : Twenty Eight.
PAST : Thirty.
PRESENT : Thirty One.
PRESENT : Thirty Two.

PAST/PRESENT : Twenty Nine.

328 80 26
By clvrxxmnky

Hi? Udah lama, ya? Semoga masih ada yang mau menikmati cerita ini^^

Oh ya bab kali ini part Past sama Presentnya digabung, untuk membedakan part Past adalah yang diitalic, semoga temen-temen gak bingung ya hehehehe

Jadi, selamat menikmati~!

×××

"Chris."

Pemuda yang namanya dipanggil itu terus bergeming. Tak kunjung beri sahutan atau sekedar tanda bahwa ia mendengar panggilan tersebut. Matanya fokus pada layar monitor serta lembar-lembar dokumen yang menumpuk di mejanya.

"CHRIS!"

Panggilan yang entah sudah keberapa kalinya itu kini meninggi. Yeeun yang merupakan pelaku pemanggilan yang berada di ambang pintu mendengus sebal karena tak jua mendapat sahutan.

"Jangan sampai aku pukul ya, Chris."

Chan tetap bergeming di tempatnya. Membuat gadis dengan sumbu pendek itu menghitung mundur dari tiga sampai satu sebelum tangannya meraih susunan lego yang ada di sekitar sana kemudian melemparkannya ke arah Chan.

BUGH! "Akh!"

Berhasil! Lemparannya telak mengenai pelipis Chan hingga sang pemuda memekik dan--akhirnya--menoleh.

"Aku lagi sibuk." Ucapnya. Nada bicaranya terdengar begitu dingin.

"Tapi kita belum selesai bicara."

"Kita bicarakan itu lagi nanti karena sekarang aku sibuk. Kamu bisa main sama Berry dan Lucas di halaman belakang atau minta Hannah mengantarmu pulang kalau kamu bosan di sini." Tutur Chan yang kembali mengalihkan pandangan ke layar monitor di depannya.

"Aku bilang kita belum selesai bicara."

"Iya, tapi aku sibuk--"

"Aku bukan anak kecil yang bisa kamu bohongi, Chris! Aku tahu kamu daritadi cuma pura-pura sibuk."

Chan menghela napas panjang kemudian memejamkan matanya. Apa yang dikatakan Yeeun memanglah benar. Dia hanya berpura-pura. Dia tidak sibuk. Tidak ada lagi yang bisa dia kerjakan. Semuanya sudah selesai.

Namun, Chan ingin menghindari topik pembicaraan yang Yeeun bahas di ruang tengah beberapa saat lalu sebelum ia berpamitan dengan alasan pekerjaan.

CTAK!

Chan sontak membuka matanya dan menengok ke arah Yeeun yang terlihat berusaha menaiki undakan ruang kerja Chan dengan kursi rodanya.

"Kamu enggak mau bantuin?" satire Yeeun yang membuat Chan mau tak mau bergerak untuk membantu sang tunangan. Sekesal dan seburuk apapun suasana hatinya, Chan tetap tak bisa melihat Yeeun kesusahan dan akan menuruti apapun keinginannya.

"Sakit?"

Chan menghentikan gerakannya saat tiba-tiba Yeeun ajukan tanya dengan salah satu tangannya mengusap pelipis Chan.

"Merah. Aku lemparnya terlalu keras, ya?"

Chan tersenyum kecil. Ia beri gelenggan kepala dan kembali melanjutkan kegiatannya sampai kursi roda Yeeun berhasil masuk ke ruang kerjanya.

"Bohong. Kalau merah pasti sakit. Sakit, 'kan?"

"Tadi sih iya, tapi sudah hilang sakitnya."

"Serius?"

"Sebenarnya masih sedikit terasa sih," ujar Chan yang kembali duduk di kursinya,"Coba deh kamu cium, nanti pasti sakitnya langsung hilang."

"Kupukul saja biar sakitnya tambah banyak, gimana?"

Chan tergelak sementara Yeeun mendengus. Selama beberapa saat atmosfer di ruangan itu mencair. Chan terus-terusan menggoda sang tunangan yang beberapa kali layangkan pukulan ringan ke lengannya karena sebal.

Atmosfer menyenangkan itu berubah ketika ponsel Chan yang tergeletak di atas meja tiba-tiba saja menyala. Sebuah pesan singkat singgah di sana. Dengan gerakan cepat, Chan membalikkan ponselnya, mengabaikan pesan singkat tersebut dan berusaha mengembalikan suasana seperti sebelumnya.

Sayang, usaha Chan tak berhasil karena Yeeun sempat membaca nama pengirim pesan singkat tersebut.

"Kenapa enggak dibalas? Bukannya kakekmu membutuhkanmu?" tanya Yeeun.

"Enggak. Di sana sudah ada Paman Sam yang bisa membantunya."

"Tapi beliau juga membutuhkanmu."

"Yeeun--"

"Pergilah, Chris. Aku akan baik-baik saja."

Chan menghembuskan napas kasar. Inilah topik pembicaraan yang mati-matian Chan hindari dengan semua orang.

"Sudah kubilang aku enggak akan pergi. Aku akan tetap di sini dan--"

"Kalau alasanmu enggak pergi adalah aku, itu sama sekali enggak masuk akal, Chris. Kamu tahu, dengan kamu bersikap seperti ini kamu malah membuatku merasa bersalah karena menahanmu di sini."

"Aku enggak pergi karena aku emang enggak mau pergi."

"Sekarang kutanya, kenapa kamu enggak mau pergi? Kamu bakal punya karir yang bagus di sana. Kamu bakal tinggal di kampung halamanmu yang setiap saat kamu banggakan. Kamu bakal ketemu keluarga besarmu yang kamu rindukan. Jadi kenapa kamu enggak mau pergi?"

Chan terdiam. Tak dapat sedikitpun beri sanggahan sebab ia memang tak menyiapkan jawaban apapun atas apa yang Yeeun tanyakan.

"Karena aku, 'kan? Karena aku makanya kamu enggak mau pergi, 'kan?"

"Yeeun,"

"Jawab iya atau tidak!"

Chan kembali menghela napas panjang sebelum menjawab, "Iya," dengan pelan.

"Chris!"

"Aku enggak mungkin ninggalin kamu sendirian di sini, Yeeun."

"Tapi aku enggak akan sendirian. Ada Deokmi Ajhumma. Ada kedua orang tua dan adik-adikmu. Ada Sangyeon, Changbin, Yugyeom, dan teman-teman yang lain."

"Tapi tetep aja aku enggak bisa."

"Kenapa?"

"Karena aku takut," cicit Chan pelan. Kepalanya seketika ditundukkan untuk sembunyikan wajahnya yang penuh ketakutan saat bayang-bayang yang kerap kali menghantuinya bagai mimpi buruk datang.

"Aku ... aku takut sesuatu terjadi padamu dan saat itu aku tidak ada di sampingmu."

Tubuh Chan bergetar pelan. Kedua tangannya mengepal begitu erat di atas pahanya. Dengan sekuat tenaga pemuda itu berusaha untuk tetap terlihat biasa. Meski semuanya sia-sia karena Yeeun menyadarinya.

Itu sebabnya gadis itu dengan segera ulurkan tangan untuk menggenggam tangan Chan.

"Aku sudah janji untuk enggak ninggalin kamu. Aku sudah janji untuk selalu ada di sisimu. Dan kamu sendiri tahu kalau--"

"Seorang laki-laki enggak bisa mengingkari janjinya. Aku tahu itu, Chris. Tapi kamu pergi bukan untuk meninggalkanku."

"Tapi ..."

"Aku janji aku akan menghubungi setiap hari. Aku juga janji aku enggak akan pernah melewatkan jam makan. Aku akan minum obat tepat waktu dan pergi kemoterapi sesuai jadwal. Aku akan dengarkan semua ucapan dokter. Aku akan istirahat dan tidur dengan cukup. Aku enggak akan melakukan hal yang aneh-aneh apalagi hal-hal yang buat kondisiku menurun. Aku akan menjaga kondisiku sebaik mungkin. Aku janji!"

Chan terperangah. Ini kali pertama ia mendengar Yeeun mengucapkan kalimat panjang dalam satu waktu dengan sangat antusias.

Kedua mata gadis itu berbinar. Senyum lebar pun ia tunjukkan. Jari kelingkingnya yang mungil teracung tepat di hadapan Chan yang entah sejak kapan sudah mengangkat kepalanya untuk perhatikan semua itu.

"Pinky promise, Chris," ucap Yeeun selagi menggoyangkan jari kelingkingnya.

Bayang-bayang yang sempat menyinggahi kepalanya hilang. Perasaan takut yang semua menyelimutinya menguap tak bersisa.

Chan kini tersenyum, tunjukkan kembali eksistensi lekungan manis di pipinya. Ia angkat salah satu tangannya untuk tautkan jari kelingkingnya dengan milik sang tunangan.

"Janji kamu enggak akan ninggalin aku sampai aku kembali dan menikahimu?"

Tanpa ragu Yeeun mempertemukan ibu jarinya dengan milik Chan, "Aku janji."

×××

Tangis Chan menggema di sepanjang koridor rumah sakit. Tak ada satu pun orang yang berani menyuruhnya berhenti karena semua orang pun tahu mereka akan melakukan hal yang sama saat orang yang mereka cintai tak dapat mengingatnya.

Dokter bilang itu bisa saja terjadi sebab efek kemoterapi yang selama ini Yeeun jalani. Dokter tak mengatakan berapa persen kemungkinan Yeeun dapat kembali mengingatnya, tapi dari raut wajah yang dokter itu tunjukkan, Chan tahu kemungkinannya tidaklah besar.

Chan pun tahu kondisi Yeeun tak lebih baik dari kali terakhir gadis itu sadarkan diri.

"Chris,"

"Ini semua salahku, 'kan, Pa?"

Tuan Bang yang baru saja menghampiri dan berniat menenangkan sang sulung seketika terdiam saat Chan mengangkat wajahnya yang terlihat sangat kacau.

"Aku harusnya tetap di samping Yeeun. Aku harusnya enggak ninggalin Yeeun. Aku harusnya enggak pergi."

"Sudah Papa bilang kalau semua ini bukan salahmu, Chris?"

"Lalu salah siapa, Pa?" Chan berdiri. Berhadap-hadapan langsung dengan sang ayah. "Katakan salah siapa!"

Dari kedua matanya yang memerah dan basah oleh airmata, Tuan Bang temukan banyak sekali emosi yang selama ini berusaha Chan sembunyikan. Emosi-emosi itu sebelumnya berada jauh di dalam diri Chan tanpa pernah keluar.

"Haruskah kusalahkan para dokter yang selama ini enggak bisa bekerja dengan becus? Mereka selalu bilang Yeeun akan baik-baik saja. Mereka bahkan pernah bilang Yeeun memiliki kesempatan untuk sembuh jika menjalani kemoterapi, tapi mana hasilnya sekarang?!"

Namun hari ini, semua emosi itu berlomba-lomba untuk tunjukkan eksistensi mereka yang selama ini tersembunyi.

"Yeeun berkali-kali masuk ruang ICU! Yeeun berkali-kali berada di ambang kematian! Yeeun bahkan sudah dua kali mengalami kebotakan, tapi mana kesembuhan yang semua dokter janjikan?!"

Napas Chan terlihat begitu berantakan. Keadaannya semakin kacau saat Chan yang frustasi mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Airmatanya masih tak mau berhenti keluar berapa kali pun Chan menyekanya dengan gusar.

"Atau ..." kali ini nada yang Chan gunakan lebih rendah dari biasanya. Meski begitu raut wajahnya tetap tak berubah. Tetap frustasi. Tetap putus asa. "... haruskah kusalahkan Tuhan yang menurunkan penyakit sialan ini pada Yeeun?"

"Chris!"

"Sebenarnya apa salah Yeeun sampai ia harus menanggung penyakit ini, Pa? Dulunya dia hanya anak kecil yang kesepian, dia anak yang tak tahu apapun, tapi kenapa Tuhan justru memberikannya penyakit mematikan? Kenapa juga penyakit ini harus Tuhan ciptakan? Dan kenapa harus Yeeun? Kenapa bukan aku saja?"

"Cukup, Chris! Kamu enggak boleh ngomong kayak gitu!"

"Jadi aku juga enggak boleh menyalahkan Tuhan? Kalau begitu semua ini salahku. Salahku yang lalai! Salahku enggak becus! Salahku yang memutuskan pergi! SEMUANYA SALAHKU!"

"PAPA BILANG CUKUP, CHRIS!"

Tuan Bang menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk ikut masuk ke dalam emosi yang Chan ciptakan.

"Enggak ada satu pun orang yang menyalahkanmu jadi berhenti menyalahkan dirimu sendiri! Percayalah Yeeun akan baik-baik saja."

"Tapi aku enggak, Pa! Aku enggak baik-baik saja! Hiks ... Aku sama sekali enggak baik-baik saja, Pa ..."

Tangis Chan yang sempat mereda kembali menggema. Tubuhnya yang telah kehilangan tenaga kembali turun ke lantai. Chan kembali menyembunyikan wajahnya yang kacau di balik lipatan tangan di atas lututnya yang tertekuk.

"Kenapa, Pa?" di sela-sela isak tangisnya yang memilukan, Chan kembali bersuara, "Kenapa Yeeun dapat mengingat semua orang tapi tidak denganku? Kenapa hanya aku yang tidak bisa diingat?

"Kenapa hanya aku yang dilupakan?"

Soon banget cerita ini bakal tamat :((
semoga temen-temen masih bersedia menantikan akhir dari perjalanan buku ini ><

ih kok jadi melow ya, ya pokoknya thanks for reading, voting, and commenting karena semua itu berharga banget buat aku

SEE YOU NEXT CHAPTER ON NEXT WEEK!
HAVE A GOOD DAY EVERYONE!

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 65.5K 96
Highrank πŸ₯‡ #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
160K 11.8K 86
AREA DILUAR ASTEROIDπŸ”žπŸ”žπŸ”ž Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
415K 30.7K 40
Romance story🀍 Ada moment ada cerita GxG
74.7K 12.3K 34
Kisah dimana seorang jo yura mendapatkan cinta dan kasih sayang tak terduga dari kakak ketos ganteng idamannya. ciaa. Start: May 6, 2019. End: July 6...