ROYALS

By amethystsnowie

135K 15.9K 1.1K

; royals means belonging or connected to a king or queen or a member of their family Menceritakan 4 bersauda... More

-royals
- royals
- royals
- royals
- royals
- royals
- royals
happy birthday sungchan!
- royals
- royals
- royals
-royals
-royals
-royals
- royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royalss
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals
-royals [epilog]
extra part 1
ekstra part 2 [last]

-royals

1.4K 170 3
By amethystsnowie

Happy reading!

Jika kalian mengira menjadi dokter itu mudah. Kalian salah besar. Sangat salah.


Contohnya saja, ini pukul tiga pagi dan ada jenazah yang baru saja datang dari unit gawat darurat. Dan sialnya jeno sedang jaga malam dan tengah tertidur di ruang jaga.



"Maaf dok mengganggu waktu tidur dokter, saya mau mengantar jenazah" ujar seorang perawat sambil mendorong ranjang dengan kain putih yang menutupi tubuh seseorang yang tengah terbaring tanpa nyawa.



"Masuk aja. Taruh di ranjang nya. Diambil besok pagi kan?" Jeno bergumam sambil memiringkan tubuhnya, ia berkata tanpa membuka matanya. Ia sungguh mengantuk dan beruntung pekerjaan nya tidak terlalu berat layaknya dokter dokter jaga yang berada di ugd.


"Anu dok" perawat itu malah berbisik kepada jeno.


"Hm"


"Anterin dok. Saya ngga berani masuk ke dalam sendirian" jeno berdecak. Ini salah satu alasan mengapa dia malas berjaga malam. Tidurnya tidak akan nyenyak karena pasti perawat perawat yang mengantarkan jenazah meminta dirinya untuk menemani.


"Kamu perawat senior kok masih takut" jeno berkata setengah meledek. Ia kemudian terduduk di kasur nya.  Kemudian bangkit sambil menguap. Ruangan jenazah cukup sepi dan sangat gelap karena hanya ada satu penerangan di tengah tengah karena tidak ada otopsi jadi lampu tidak semua menyala. Hemat energi, kata jeno.


"Diisi dulu. Saya tunggu di sini" ujar jeno sambil bersandar di pintu. Melipat kedua lengannya di depan sesekali mengigil kedinginan karena suhu udara pagi hari ini cukup dingin. Begitu dirinya hampir terlelap, suara perawat tadi memanggil dirinya.



"Dok, dengar sesuatu ngga?" Jeno langsung membuka matanya begitu perawat itu berkata sedikit ketakutan. Matanya bergerak ke kanan dan kiri dengan gelisah. Ayolah, selama empat tahun lebih dia menjadi perawat, tentu saja hal yang paling menyebalkan selain berjalan di lorong saat jaga malam yaitu mengantarkan jenazah di pagi buta seperti saat ini.


"Denger apa? Ngaco kamu. Udah cepetan diisi datanya dulu" bohong jika jeno tidak mendengar suara cekikikan perempuan. Itu bukan anna maupun elsa. Jeno paham suara cekikikan keduanya. Apakah ada hantu baru? Dimana anna? Harusnya dia berusaha mencegah adanya hantu baru di ruangan ini atau pekerjaan nya ajan terganggu.


Mata jeno melirik ke tempat dimana anna biasa berada. Anna menggeleng seolah mengatakan bahwa bukan dia yang tertawa.


"Usir hantunya" ujar jeno dalam hati. Anna menatap nya datar kemudian melayang dan berjalan menembus tembok.


"Dok, sedang apa?" Jeno menghela napas nya lega begitu ada satpam yang sedang jaga malam menyapa dirnya dengan senter di tangannya.

"Nemenin dia, pak. Malem malem begini ganggu tidur aja ya pak?" Satpam tersebut hanya tertawa. Tawanya cukup membuat indra pendengaran jeno tidak lagi mendengar suara cekikikan perempuan itu lagi


"Pak, denger?" Suara tawa yang dimaksud perawat tadi kembali terdengar membuat ketiga pria itu saling pandang.



"Udah yuk mas. Kita balik cari makan aja di depan" ujar satpam itu mengalihkan pembicaraan agar tidak membahas hal horror di tempat yang horor seperti ini.


Tak lupa mengunci pintu, mereka bertiga kemudian berjalan menyusuri lorong gelap dan panjang di bangsal bayi. Sering sekali terjadi tangisan bayi di sini menurut perawat perawat yang berjaga malam.


Jeno mencoba acuh dengan kehadiran 'mereka' yang terbukti dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan. Jeno mempercepat langkahnya hingga sampai di parkiran.



"Mas nya mau ikut makan di depan?" Perawat itu menggeleng sambil mengusa tengkuknya begitu sampai di halaman dekat tempat parkir ambulance. Setidaknya ini tidak semenyeramkan tempat tadi.


"Ngga usah, pak. Saya mau balik ke igd saja" jeno dan satpam itu mengangguk mengerti dan membiarkan perawat itu berjalan memutar melalui halaman rumah sakit untuk sampai di igd.



"Ayo dok, cari makan" jeno mengangguk kemudian berjalan menuju seberang jalan tempat penjual nasi goreng berada.


"Nasi goreng ati satu pak, pedes. Nanti di anter ke ruangan saya saja" ujar jeno sambil menyodorkan selembar uang berwarna biru. Ia tersenyum singkat sambil menepuk satpam yang tadi menemaninya.


"Biar saya saja yang bayar, pak. Hitung hitung ucapan terima kasih udah nemenin saya tadi" ujar nya.


"Wah dok? Yakin nih? Ngerepotin malah. Saya mah beli sendiri juga ngga apa apa. Beneran deh" Jeno kemudian mengambil telur puyuh yang disediakan kemudian tersenyum.



"Ya, saya juga yakin. Ngga papa lah pak, sekali kali. Kan bapak udah jadi teman saya kalau jaga malam. Duluan ya pak? Ada yang harus dijaga di ruangan. Nanti di antar ke ruangan aja, pak. Terima kasih" ujar jeno sambil melambaikan tangannya, meninggalkan tempat itu sambil memakan sate telur puyuh kesukaannya.


Ia berjalan menyusuri lorong sepi sendirian, mencoba fokus pada makanannya sembari sesekali bersenandung kecil melewati jalanan panjang nan gelap. Ia melihat elsa tengah mengintip kamar kamar rawat. Sedikit tenang karena ada hantu  yang ia kenal menemani dirinya. Walau hantu itu terbang kesana kemari sesekali terkikik melihat bayi bayi yang menggeliat.


Ia sampai di ruangannya kemudian membuka komputer yang ada di ruangannya. Rasa ngantuknya seolah sirna digantikan dengan rasa lapar yang mendera dirinya di pagi buta. Ia kemudian mengambil oreo sisa dokter magang yang memang tidak sengaja tertinggal, tidak masalah. Dia bisa minta izin besok, atau membelikan oreo lagi asal dokter itu membantunya lagi.



Ia kemudian menyalakan komputer di hadapannya, menyambungkan dengan wifi rumh sakit kemudian mencari film yang bagus di tonton, pilihannya jatuh kepada captain America, ia akan menonton film itu kembali sambil memakan oreo sembari menunggu nasi goreng pesanannya datang.


Baru lima belas menit jeno menonton, pintu ruangan diketuk. Ternyata ada dua orang penjual, karena ia sendiri yakin mereka tidak berani berjalan ke sini sendirian.


Tak lupa mengucapkan terima kasih, jeno kemudian membawa nasi goreng pesanannya masuk. Ia kemudian menurunkan suhu pendingin ruangan, membiarkan dirinya sendiri nyaman di ruang jaga.


"Loh online? Kok belum tidur?" Ujar jeno saat melihat istrinya tengah online. Ia kemudian memilih untuk melakukan video call bersama sang istri. Benar saja, tak butuh waktu lama yeji mengangkat panggilan video darinya.


"Kok belum tidur?" Jeno menyuap nasi goreng nya sementara yeji mengambil sesuatu di dapur, membiarkan handphone nya menyala sementara dia mengeluarkan sesuatu dari microwave. Ia memilih menghangatkan pasta.


"Kebangun gara gara laper. Kamu juga lagi makan?" Jeno mengangguk. Menatap yeji yang tampak lebih lesu dari biasanya, istrinya juga tampak terdiam. Tidak banyak omong.


"Kamu lagi sibuk banget ya, mas?" Jeno berdehem seadanya. Menenggak air minum botolan yang ia punya.


"Kamu kenapa? Ada yang ganjel? Kayanya lagi banyak pikiran" yeji menggeleng sambil mengaduk aduk pasta miliknya. Ia nampak terlihat tidak nafsu makan


"Kamu pake bajuku? Tumben?" Tanya Jeno mencoba mengalihkan pembicaraan. Yeji tertawa kecil.


"Emang ngga boleh?" Tanya yeji. Jeno menggeleng.


"Pake aja kalau mau. Aku masih punya banyak" ujar Jeno sambil membereskan bekas makanannya.


"Mas" ujar yeji setelah sekian lama hening.


"Kenapa, sayang?"


"Temenin tidur ya? Ngga keberatan kan?" Jeno mengangguk walaupun dalam hati merasa kebingungan. Apa ada hantu di rumah mereka?



Jeno kemudian menyaksikan sang istri tidur dengan menyelimuti dirinya hingga leher. Memeluk bantal yang biasa dipakai oleh Jeno. Walaupun badannya tertutup selimut serta mata yang terpejam, tapi Jeno tahu tubuh sang istri bergetar ketakutan. Ia tidak mau bertanya lebih lanjut, mungkin besok pagi saja karena istrinya nampak mulai tidur kembali dengan nyenyak sambil memeluk bantal miliknya.

=================================

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini teman teman 💗

Continue Reading

You'll Also Like

81.2K 8.2K 35
FIKSI
3.6M 654K 84
Sequel [Because, Daddy Say So]
100K 17K 48
-; perihal Jeno dan Giselle si kembar tidak serupa yang currently struggling their life out to get over their loved one(s). or not. notes : contain l...
87.6K 12.6K 25
𝘈𝘡 𝘧π˜ͺ𝘳𝘴𝘡, π˜ͺ𝘡 𝘸𝘒𝘴 π˜›π˜°π˜° 𝘠𝘰𝘢𝘯𝘨. π˜‰π˜Άπ˜΅ 𝘯𝘰𝘸, π˜ͺ𝘡 π˜ͺ𝘴 𝘠𝘰𝘢𝘯𝘨 𝘌𝘯𝘰𝘢𝘨𝘩. Cover by @grapicvii