CACAT LUKA

By matcharay_

2.5M 459K 541K

©2021 More

ZERO
CACAT LUKA || PROLOG
ONE
TWO
THREE
FOUR
FIVE
SIX || MEMORIES
SEVEN || MEMORIES
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
TWELVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
SIXTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
THIRTY ONE [FLASHBACK]
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FORTY
FORTY ONE
FORTY TWO [MEMORIES]
FORTY THREE
FORTY FOUR
FORTY FIVE
FORTY SIX
FORTY SEVEN
FORTY EIGHT
FORTY NINE
FIFTY
FIFTY ONE
FIFTY TWO
FIFTY THREE
FIFTY FOUR
FIFTY FIVE
FIFTY SIX
FIFTY SEVEN
FIFTY EIGHT
FIFTY NINE
SIXTY
SIXTY ONE
SIXTY TWO
SIXTY THREE
SIXTY FOUR
SIXTY FIVE
SIXTY SEVEN
SIXTY EIGHT
SIXTY NINE
SEVENTY [FLASHBACK]
SEVENTY ONE
SEVENTY TWO
SEVENTY THREE
SEVENTY FOUR
SEVENTY FIVE
SEVENTY SIX
SEVENTY SEVEN
SEVENTY EIGHT
SEVENTY NINE
EIGHTY
EIGHTY ONE
EIGHTY TWO
EIGHTY THREE [FLASHBACK]
EIGHTY FOUR
EIGHTY FIVE
EIGHTY SIX
EIGHTY SEVEN
EIGHTY EIGHT
EIGHTY NINE
NINETY
NINETY ONE
NINETY TWO
NINETY THREE
NINETY FOUR
NINETY FIVE
NINETY SIX
NINETY SEVEN
NINETY EIGHT
NINETY NINE
ONE HUNDRED
ONE HUNDRED AND ONE
ONE HUNDRED AND TWO
ONE HUNDRED AND THREE
ONE HUNDRED AND FOUR
ONE HUNDRED AND FIVE
ONE HUNDRED AND SIX
ONE HUNDRED AND SEVEN
ONE HUNDRED AND EIGHT
ONE HUNDRED AND NINE
ONE HUNDRED TEN
ONE HUNDRED ELEVEN

SIXTY SIX [FLASHBACK]

8.7K 2.3K 376
By matcharay_

Darahnya terasa seperti membeku dan Luka menahan napas, mencoba memperoses apa yang baru saja dia dengar. 'Aku suka kamu,' tiga kata yang mengutuk perasaannya terhadap anak itu. "Kamu..," Luka menelan ludah yang tercekat di tenggorokan. Dia menatap anak laki-laki di depannya tidak percaya. "..suka aku?"

Eh?

"Aku nggak serius." Jejak mengangkat bahu. Dia berjalan pincang di belakang teman-temannya, menuju lapangan bola.

"Tunggu." Luka menahan lengan Jejak. "Itu nggak lucu, tau."

Jejak menarik napas dalam-dalam. "Dengar. Aku nggak serius saat mengatakan 'aku suka kamu'. Jadi, lupakan saja. Okay?"

"Nggak bisa begitu." Luka memprotes. Dia membawa tangan Jejak ke dadanya. Anak itu mengangkat satu alisnya, tidak paham. "Apa maksudnya?" Luka tidak mengatakan apapun. Jejak lalu meletakkan tangannya yang bebas di atas dadanya sendiri. Dia tidak merasakan apapun. Detak jantungnya tidak secepat detak jantung gadis itu. "Suka itu, apa?"

"Kamu nggak tau?"

"Nggak." Jejak menggeleng polos. "Kamu?"

"Jelas." Luka mengangguk. "Nggak juga."

"Jejak, Ayo!" Dia dan Luka mengalihkan atensinya ke arah anak laki-laki yang berteriak memanggil Jejak. Anak itu memakai topi kupluk dengan kaos hitam tanpa lengan. Dia, Zero Earth Tyler; murid populer di sekolahnya.

Jejak menarik tangan Luka untuk berlari menghampiri Zero. Keduanya saling menggenggam. Mereka memasuki lapangan bola. Semua tim beranggotakan sebelas orang berkumpul di pinggir lapangan, menunggu kehadiran tim lawan. "Huft. Selalu seperti ini," Zero berjongkok -sebal. "Menunggu tanpa kepastian itu membosankan, tau."

"Biasa saja. Nggak ada rasanya," gumam anak laki-laki yang sedang memegang bola ditangannya. Dia, Meteor.

"Jelas lah. Kamu kan nggak punya perasaan," sahut anak cowok yang memakai topi seperti seorang idiot. Dia, Filosofi.

"Aku punya." Meteor menyangkal dengan bahasa isyarat.

"Oh, ya? Nggak ada tuh." Filosofi menjulurkan lidahnya, "wlee!"

"Berisik banget." Meteor melepaskan alat bantu pendengarnya. Semua ini karena siswi baru di sekolahnya. Namanya, Fana. Meteor dan Filosofi menyukainya. Tapi sayang, kedua anak itu berbeda keyakinan, antara rosario dan arah kiblat.

Luka mengeluarkan kalung salib yang selalu Jejak sembunyikan di balik kaosnya. Anak itu memajukan bibirnya, cemberut. "Kamu sama seperti Fana."

Jejak menggeleng dan menggenggam kalung salibnya. "Aku dan Fana hanya mempercayai Tuhan yang sama."

Luka menunduk, membuat sebagian wajahnya tertutupi rambut.

"Jangan menunduk." Jejak menarik dagu Luka dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. "Aku masih suka kamu."

"Bohong."

Jejak tidak menyangkal. Lalu tatapannya beralih pada seorang gadis yang duduk santai di bawah pohon yang tumbuh di pinggir lapangan. Wajahnya pucat dan matanya terlihat sembab. Di sebelahnya, seorang anak laki-laki seusianya berdiri sembari mengusap rambut gadis itu, sayang. "Mereka siapa?"

"Ah. Itu Gerrald dan adiknya, Gracia." Filosofi mengangkat satu alisnya. "Kenapa?"

"Hanya penasaran." Jejak mengangkat bahu. "Dia cantik."

427 word.

Continue Reading

You'll Also Like

5.5M 107K 11
[SUDAH TERBIT!] Denovano Dirta Derova adalah siswa SMA yang banyak kita temui di sekolah-sekolah lain. Badboy? Most-Wanted? Cool? Tampan? Karisma ya...
1.4M 136K 36
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Jika KITA begitu kelabu. Apakah bisa menjadi satu?" -Miserable 2 21/05/20 Note : Disarankan baca Miserable 1 dulu, biar pa...
79K 5.6K 48
"Gue bisa ngelakuin sesuatu yang nggak gue mau demi dapetin apa yang gue mau." Alysa Keyra "Bisa gak, lo berhenti jadi orang yang nggak gue suka!?" A...
Lintang By cell.

Teen Fiction

20K 3.3K 10
"Ra, nasi goreng Pak Mamat, gas?" "Samper sambil bawain cimory squeeze." "On my wa-" "Coklat sama lays rumput laut juga ya hehe." "NGGA JADI, RA. PAK...