CACAT LUKA

By matcharay_

2.5M 459K 541K

©2021 More

ZERO
CACAT LUKA || PROLOG
ONE
TWO
THREE
FOUR
FIVE
SIX || MEMORIES
SEVEN || MEMORIES
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
TWELVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
SIXTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
THIRTY ONE [FLASHBACK]
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FORTY
FORTY ONE
FORTY TWO [MEMORIES]
FORTY THREE
FORTY FOUR
FORTY FIVE
FORTY SIX
FORTY SEVEN
FORTY EIGHT
FORTY NINE
FIFTY
FIFTY ONE
FIFTY TWO
FIFTY THREE
FIFTY FOUR
FIFTY FIVE
FIFTY SIX
FIFTY SEVEN
FIFTY EIGHT
FIFTY NINE
SIXTY
SIXTY ONE
SIXTY TWO
SIXTY THREE
SIXTY FOUR
SIXTY FIVE
SIXTY SIX [FLASHBACK]
SIXTY EIGHT
SIXTY NINE
SEVENTY [FLASHBACK]
SEVENTY ONE
SEVENTY TWO
SEVENTY THREE
SEVENTY FOUR
SEVENTY FIVE
SEVENTY SIX
SEVENTY SEVEN
SEVENTY EIGHT
SEVENTY NINE
EIGHTY
EIGHTY ONE
EIGHTY TWO
EIGHTY THREE [FLASHBACK]
EIGHTY FOUR
EIGHTY FIVE
EIGHTY SIX
EIGHTY SEVEN
EIGHTY EIGHT
EIGHTY NINE
NINETY
NINETY ONE
NINETY TWO
NINETY THREE
NINETY FOUR
NINETY FIVE
NINETY SIX
NINETY SEVEN
NINETY EIGHT
NINETY NINE
ONE HUNDRED
ONE HUNDRED AND ONE
ONE HUNDRED AND TWO
ONE HUNDRED AND THREE
ONE HUNDRED AND FOUR
ONE HUNDRED AND FIVE
ONE HUNDRED AND SIX
ONE HUNDRED AND SEVEN
ONE HUNDRED AND EIGHT
ONE HUNDRED AND NINE
ONE HUNDRED TEN
ONE HUNDRED ELEVEN

SIXTY SEVEN

9.2K 2.3K 219
By matcharay_

Satu Minggu berlalu setelah hari itu. Altezza menjadi bahan pembicaraan di seluruh sekolah. Begitu akhirnya lukanya sembuh, cowok bermarga Gillova itu kembali masuk untuk mengikuti latihan terakhirnya sebelum pertandingannya melawan team basket dari sekolah lain. Dua pelatih di sekolahnya sudah menahan anak itu agar berhenti. Tapi Altezza bersikeras dan mengancam akan berhenti dari ekskul basket dan melepaskan kedudukannya sebagai Kapten tim.

"Sudah cukup. Istirahatlah, Ezz."

Altezza merotasikan bola matanya, jengah. "Sudah selesai?"

Pelatih mengangguk, dan menghela napas panjang. Mereka kecewa.

Saat Altezza memutar mata, sesuatu menarik perhatiannya di ujung lorong. Grace berdiri. Dia menatap matanya dan memiringkan kepalanya ke belakang, mengisyaratkan agar cowok itu datang. Altezza menjatuhkan tasnya dan berjalan santai menghampiri Grace dan berhenti tepat di depannya, bersandar di dinding yang sama -berhadapan. "Apa?"

Grace memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Dia menunduk, memperhatikan perban yang menutupi luka cowok itu. "Berapa umur lo ketika pertama kali berkelahi?"

Alis Altezza bertaut. "Kenapa lo tiba-tiba menanyakan itu?"

"Ada seseorang yang mencoba mencelakai lo," kata Grace dengan sedikit lebih pahit dalam suaranya kali ini.

"Gue tau. Dan gue harap, orang itu bukan orang terdekat gue."

Grace tertawa tanpa humor. Dia menggeleng dan menepuk pundak sang kapten. "Lo tau siapa Ero, Ezz."

Altezza tidak mengatakan apapun. Dia melihat punggung Grace yang perlahan menjauh. Cewek itu terlalu misterius.

Filosofi yang baru datang dari arah berlawanan menyandarkan punggungnya di dinding yang sama, berhadapan. "Apa lo percaya jika orang yang menjebak lo di Bar waktu itu adalah Ero?" Altezza hanya menatap Filosofi, bibirnya terangkat ke atas. "Semua orang tau Zero." Filosofi terkekeh. "Lo dijebak," dia melirik ke lapangan basket. Matahari mengintip ke bawah lapangan, menghangatkan kulit, jeda dari hujan sebelumnya.

"Kenapa?"

"Sederhana. Kita bersahabat."

Altezza tertawa, yang membuat bahunya sedikit bergetar saat dia berbalik dan berjalan kembali ke pinggir lapangan. Dia membungkuk, meraih tasnya. Filosofi mendekat. Tanpa diduga, dia mengangkat kaos Altezza sedikit ke atas, memperlihatkan perban yang menutupi lukanya yang masih membuka. Altezza mendesis. Perutnya terasa perih ketika Filosofi menekannya. "Ini perlu dijahit."

"Nggak sedalam yang lo kira. Hanya goresan," kata Altezza.

Filosofi menggeleng. Dia kembali menekan lukanya. Kali ini cukup kuat, membuat perbannya bergesekan setiap beberapa detik. Altezza tersentak. Dan luka di bawahnya terasa semakin sakit. "Ini lebih dari sekedar goresan."

Altezza tidak menjawab dan hanya mundur selangkah menjauhi Filosofi. "Gue nggak apa-apa. Jangan berlebihan."

"Berlebihan?" Filosofi menggeleng. "Bukan gue yang berlebihan. Tapi lo yang selalu memanipulasi keadaan supaya terlihat baik-baik saja padahal disini..." Filosofi menyentuh dada Altezza, setengah menghajar. "Berdarah."

"Sial. Omong kosong juga ada batasnya," kali ini pernyataan itu seakan merobek leher Filosofi, seperti geraman. Altezza melangkah melewatinya dan berkumpul bersama anak basket lainnya yang sejak tadi memperhatikan cowok itu dari kejauhan. Mereka tidak mengatakan apa-apa. Sadar jika suasana hati Altezza saat ini sedang begitu berantakan.

Sebuah kursi menggores lantai. Lalu terdengar suara hantaman keras dari arah belakang. Mereka semua menoleh kompak. Seseorang menarik perhatian Altezza di ujung lorong. Matanya sedikit menyipit. Gadis dengan hodie abu berjongkok sambil memegangi kakinya yang sedikit terkilir. Lalu tanpa di duga, dia mendongak dan mengangkat satu alisnya seolah berkata, 'apa?'

507 word.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 136K 36
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Jika KITA begitu kelabu. Apakah bisa menjadi satu?" -Miserable 2 21/05/20 Note : Disarankan baca Miserable 1 dulu, biar pa...
24.6M 1.9M 54
[SUDAH TERBIT - sebagian part sudah dihapus] #1 in Teen Fiction [11-02-18] "Karena beku adalah cara gue bertahan" _________ "Kalo si Kutub Es itu nat...
5.1M 216K 52
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
27.5M 1.5M 68
#1 in Teenfiction # 1 in Fiksiremaja #1 in Fiksi #1 in Love (SELESAI) FOLLOW DULU SEBELUM BACA Dia Kenneth Aldebaran Soller. The Angel sebutannya, si...