CACAT LUKA

By matcharay_

2.5M 459K 541K

©2021 More

ZERO
CACAT LUKA || PROLOG
ONE
TWO
THREE
FOUR
FIVE
SIX || MEMORIES
SEVEN || MEMORIES
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
TWELVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
SIXTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
THIRTY ONE [FLASHBACK]
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FORTY
FORTY ONE
FORTY TWO [MEMORIES]
FORTY THREE
FORTY FOUR
FORTY FIVE
FORTY SIX
FORTY SEVEN
FORTY EIGHT
FORTY NINE
FIFTY
FIFTY ONE
FIFTY TWO
FIFTY THREE
FIFTY FOUR
FIFTY FIVE
FIFTY SIX
FIFTY SEVEN
FIFTY EIGHT
FIFTY NINE
SIXTY
SIXTY ONE
SIXTY TWO
SIXTY FOUR
SIXTY FIVE
SIXTY SIX [FLASHBACK]
SIXTY SEVEN
SIXTY EIGHT
SIXTY NINE
SEVENTY [FLASHBACK]
SEVENTY ONE
SEVENTY TWO
SEVENTY THREE
SEVENTY FOUR
SEVENTY FIVE
SEVENTY SIX
SEVENTY SEVEN
SEVENTY EIGHT
SEVENTY NINE
EIGHTY
EIGHTY ONE
EIGHTY TWO
EIGHTY THREE [FLASHBACK]
EIGHTY FOUR
EIGHTY FIVE
EIGHTY SIX
EIGHTY SEVEN
EIGHTY EIGHT
EIGHTY NINE
NINETY
NINETY ONE
NINETY TWO
NINETY THREE
NINETY FOUR
NINETY FIVE
NINETY SIX
NINETY SEVEN
NINETY EIGHT
NINETY NINE
ONE HUNDRED
ONE HUNDRED AND ONE
ONE HUNDRED AND TWO
ONE HUNDRED AND THREE
ONE HUNDRED AND FOUR
ONE HUNDRED AND FIVE
ONE HUNDRED AND SIX
ONE HUNDRED AND SEVEN
ONE HUNDRED AND EIGHT
ONE HUNDRED AND NINE
ONE HUNDRED TEN
ONE HUNDRED ELEVEN

SIXTY THREE

9.8K 2.6K 450
By matcharay_

Terkadang dia terlihat begitu kesepian. Seperti terperangkap dalam satu lubang yang digalinya sendiri. Sadar maupun tidak, seakan terang membuatnya takut. Kesan itulah yang ditangkap Zero pada detik pertama dia menginjakkan kaki di atas darah Altezza.

Anggota TRIGGERBLACK yang berjumlah tujuh belas orang kompak turun dari atas motor dan tercekat usai melihat banyaknya darah yang tergenang di bawah kaki Zero. Dua tahun lalu, mereka pernah melihat kejadian serupa yang membuat salah seorang seniornya meninggal dunia setelah insiden berdarah di atas tanah yang digenangi darah Altezza. Filosofi meraih ponselnya dan menekan tombol utama. Layar menyala, menampilkan waktu dan tanggal yang sama di hari kematian ketuanya.

"Damn it. Not now."

Zero bergegas mengikuti jejak darah Altezza yang mengarah ke sebuah toilet tua di belakang Bar.

Filosofi dan Meteor memberikan instruksi kepada teman-temannya agar tetap diam di tempat dan membiarkan Zero bergerak sendirian. Mereka menajamkan tatapannya, mengawasi keadaan sekitar. Zero menendang pintu toilet hingga terbuka. Dia masuk ke dalam tanpa hambatan dan mendesis geram saat melihat Altezza sudah tidak ada disana.

Fuck.

Zero memutuskan kembali ke tempat awal. Dia kehilangan jejek Altezza dan- tunggu. Zero mengerutkan keningnya, terlihat sedang berpikir keras. "Jejak terakhirnya putus di toilet Bar. Dan motornya," Zero menatap sekitar, lalu menggertakkan giginya setelah sadar jika Altezza mengendarai motornya dengan kondisi tubuh berdarah, terluka parah.

Filosofi dkk memejamkan mata. Dan semuanya mulai mati rasa.

_LUKA_

Ergazza mendesis ketika merasakan perih pada ujung lidahnya yang tanpa sengaja tergigit.

Cadenza yang baru muncul dari pintu utama rumah berjalan melewati cowok itu. "Apa?" Dia memberikan tatapan permusuhan yang jelas. Detik selanjutnya, Cadenza merasakan tangannya seperti digenggam oleh Ergazza. Dia menahan napas ketika Ergazza kembali menautkan jari-jari tangan keduanya.

"Lidah gue kegigit." Ergazza menjulurkan lidahnya, memarkan luka gigitannya pada Cadenza. "Tiupin."

"Nggak mau. Lepas." Bukannya melepaskan Cadenza, Ergazza justru semakin mengeratkan genggamannya dan menarik Cadenza menuju sofa di ruang tengah. "Lepas, nggak?" Cadenza tidak memberikan Ergazza waktu untuk menjawab dan langsung menghajar wajah cowok itu dengan kepalan tangan.

Tanpa di duga, Ergazza menarik jatuh Cadenza ke atas pangkuannya. Untuk beberapa saat, hening. Kedua remaja itu hanya saling bertatapan tanpa sepatah kata yang keluar dari bibir.

"Elga, Denza!"

Teriakan anak kecil dari arah pintu utama rumah memutuskan tatapan Ergazza dan Cadenza. Mereka menoleh dan tercekat saat mendapati seorang anak laki-laki berdiri gagah di samping Papanya. Dia, Lautan. Anak itu membuka tudung hodienya dan mengikat dahinya dengan headband hitam, menutupi bekas luka. Dia terlihat seperti Altezza.

Erlangga terbatuk, membuat Cadenza segera melompat turun dari pangkuan Ergazza.

"Kak Altez mana?"

"Mati," jawaban Ergazza tanpa sadar membuat mata Lautan berkaca-kaca. "Ma-ti?" Bibir Lautan bergetar, menahan tangisan. "Apa itu mati?"

"Lo serius nggak tau arti kata, 'mati'?"

Lautan menggeleng lemah. "Aku nggak tau artinya sampai mau nangis."

Ergazza mendecih.

Lautan mengabaikannya. Dia berlari menaiki undakan tangga menuju kamar Altezza di lantai dua. Anak itu mendorong pintu kamar Kakaknya sekuat yang dia bisa hingga membuka. Bukannya mendapati Altezza, anak itu justru mendapati genangan darah Altezza di bawah lantai. Warnanya sepekat arang.

Lautan menunduk, berjalan gamang mengikuti jejak darah tersebut. Dia berjalan keluar balkon dan berhenti saat jejak terakhirnya putus. Sebuah kaki tinggi menutupi penglihatan anak itu. Ragu, Lautan mendongak dan tercekat saat melihat mata Altezza menatapnya penuh permusuhan. Dengan hidung patah, wajah bengkak, dan memar karena cedera.

"Al-tez." Lautan menyentuh tangan Kakaknya yang dipenuhi cairan merah. Dia memajukan bibirnya, cemberut. "Kamu mati?"

Altezza menarik napas dalam-dalam. "Nggak lama lagi."

"Sebentar lagi?" Lautan menggeleng. "Kamu kan udah mati. Lihat?" Lautan dengan polosnya memarkan bercak darah Altezza yang menempel di tangannya. "Ini mati, kan?"

Altezza merotasikan bola mata, malas.

Lautan melihat turun ke bawah balkon kamar Altezza dan melihat banyaknya darah yang menempel di tembok rumah, sepanjang balkon. Lautan menoleh, menatap Altezza yang juga sedang menatapnya. "Keren," hanya kata-kata itu yang mampu keluar dari bibir mungilnya. "Aku juga mau mati seperti Altezza."

Altezza kehabisan kata-kata. Dia tidak mati. Setidaknya, belum. Lalu tatapan cowok itu terjatuh pada seorang cewek yang menatapnya tajam dari bawah balkon. Dia mengawasinya dalam gelap. Cewek itu tidak berkata apa-apa. Tapi tatapannya terlalu tajam. "Luka."

675 word.

Continue Reading

You'll Also Like

24.6M 1.9M 54
[SUDAH TERBIT - sebagian part sudah dihapus] #1 in Teen Fiction [11-02-18] "Karena beku adalah cara gue bertahan" _________ "Kalo si Kutub Es itu nat...
79K 5.6K 48
"Gue bisa ngelakuin sesuatu yang nggak gue mau demi dapetin apa yang gue mau." Alysa Keyra "Bisa gak, lo berhenti jadi orang yang nggak gue suka!?" A...
10.2K 3.8K 65
WARNING!! PART LENGKAP DAN SIAP-SIAP PATAH HATI! 𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓰𝓪𝓷𝓽𝓾𝓷𝓰𝓴𝓪𝓷 𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓴𝓪𝓻𝓮𝓷𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹...
Lintang By cell.

Teen Fiction

20K 3.3K 10
"Ra, nasi goreng Pak Mamat, gas?" "Samper sambil bawain cimory squeeze." "On my wa-" "Coklat sama lays rumput laut juga ya hehe." "NGGA JADI, RA. PAK...