Five or Nothing (Yeri x 99l N...

By starofmilkyway

212K 44.7K 17.5K

Punya temen seperkoncoan kayak Mark, Lucas, Xiaojun dan Hendery itu gak seindah seperti yang orang-orang kata... More

Prolog: Pancabintang
Aud dan Empat Begundal
Mr. Can-Do-It-All dan Tetangga Tiga Rumah
Si Musisi dan Ikon Baru Sekolah
Kuda Tomplok dan Warjok
Kapten Basket dan Teman Berjuang
Saatnya bersinar
Bukan Anak Indie
Ada Yang Baru
Menolak Tawaran
Lomba Esai
Kehidupan Normal
Dasar Netizen
Pasca UAS dan Liburan
Kembalinya Yerikha
Almost Paradise
Kado
Yanuar
Turnamen
Akhirnya!
Dipanggil Terus
Her Top Secret
Brother
Trio Sedang Rapuh
Vila Aheng - BYUURR
Vila Aheng - Terkuak
Vila Aheng - Keluhan Batin
"Pernah, Gak?" - Mark
The Lontong Sayur Guy
Salah Satu Alasan Kembali
Habis Makan Nyamuk
Kesal Tanpa Alasan
Kepikiran
Yang Sebenarnya Cemburu
Bukan Berantem
"Pernah gak?" - Dejun
Tapi Baikan
Lucas Labil
Di Ruang BK
Deadpool dan Chris Evans
Saya Tertarik
Yang Mana?
Butuhnya Satu Hendri
Huru-hara Lomba Tari Saman
First Love Atau Bukan?
"Pernah gak?" - Lucas
Keputusan Untuk Sebuah Pilihan
"Update Barengan Yuk"
Curhat Bersama Leon
Gak Normal
Semuanya Dekat
Pelik Yang Ini, Pelik Yang Itu
Garis Terdepan
Satu Lagi Pemendam Perasaan
Study Tour
SKJ (Studytour Kagak Jelas)
Agit dan Perubahan
Rasanya Ada Yang Kurang
Pertemuan Singkat
Salah
Menerka-Nerka
If I Bleed, You'll Be The Last To Know
"Pernah gak?" - Hendri
Little Chit-Chat
Bu Lala dan Pak Lili
5/5
Two Sides
Boys Corner
"I'm Sorry."
Karena Bakiak, Jatuh Cinta
Onederful Fest
It Is Pancabintang!
Another Liar
How A Wallflower Has Turned Into A Lion
Si Pengamat dan Pendengar
Everything Has Changed
Should He Regret It?
Nosebleed
Memperbaiki dan Memulai Kembali
Penghujung SMA
Epilog: Five Or Nothing
The Fifth Season

The Elephant In The Room Between The Two of Us

1.4K 411 166
By starofmilkyway







Karena badannya masih sakit-sakitan akibat berkelahi sama Jalu kemarin, Hendri hari ini ke sekolah tanpa motor, tadi pagi nebeng Dejun. Begitu pulang sekarang bingung mau naik apa soalnya gak install ojek daring juga.

"What's with your face?!" Mark yang berpapasan dengan Hendri berseru begitu melihat wajah Hendri banyak luka.

"Jatoh dari motor kemarin," jawab Hendri seadanya.

"Oh my god! Are you okay? Those wounds look so bad," kata Mark lagi.

"I'm okay now." kata Hendri seraya tersenyum. "Eh lo ada urusan OSIS gak?"

"Today? Nope. Tapi nanti malem rapat OF dan demis di rumah Ucup. Kenapa?"

"Nebeng dong, gak bawa motor gue,"

"Oh, of course. Let's go!"

Hendri pun menumpang motor Mark untuk pulang. Mereka ke parkiran untuk mengambil motor Mark dan bergegas pulang.

"Gak bareng Yeri?" tanya Mark ketika mengeluarkan motornya.

Hendri tersenyum hambar mendengar nama Yeri. Mendengar nama perempuan yang menolak cintanya semalam.

"Enggak," jawab Hendri yang disertai anggukan Mark.

"Anyway gua mau ambil duit dulu di ATM ya, Heng. Nanti berenti sebentar,"

"Siap, Bapak Besar!" kata Hendri yang membuat Mark tertawa.

Setelah Hendri menaiki motor Mark, Mark mengendarai motornya keluar sekolah dan melaju ke jalan pulang. Sesuai dengan perkataan Mark, Mark berhenti sesaat di sebuah ATM untuk mengambil uang.

Setelah selesai mengambil uang, Mark tak sengaja melihat kakek-kakek pemulung yang sedang duduk bersandar dan meneduh di atas pohon tanpa alas kaki. Wajah kakek itu sangat kelelahan yang membuat Mark menatapnya nestapa.

Mark kontan mencari Hendri yang ternyata tak ada di motornya. Dirinya mendapati ternyata Hendri sedang membantu seorang wanita tua untuk menyebrang jalan raya. Mark di sana menunggu kedatangan Hendri setelah selesai menyebrangi wanita tua itu.

"Udah?" tanya Hendri begitu kembali dan selesai membantu wanita tua itu menyebrang.

"Udah," kata Mark. "Heng, lu gak buru-buru kan?"

"Enggak sih, kenapa?"

"Itu, kakek di sana kasihan kayaknya belum makan. Mumpung itu ada jual makanan gua mau beliin dulu buat kakeknya. Gapapa kan nunggu?" kata Mark seraya menunjuk sebuah kedai makanan.

Hendri kemudian menoleh ke arah kakek yang Mark tunjuk, lantas Hendri mengangguk. "Gapapa banget lah gilaaa! Langsung kasih yang banyak aja, Mark. Mana tahu punya istri sama anak juga,"

"Yup, good idea!" Mark menyetujui. "Lu tunggu sini ya, takut dia pergi."

"Siap, Komandan!"

Hendri lantas duduk di motor Mark seraya main hp, sementara Mark ke kedai makanan yang menjual nasi dan chicken katsu di dekatnya untuk membelikanya untuk si kakek. Setelah beberapa menit akhirnya Mark sudah kembali dan membawa satu plastik yang berisi lima porsi nasi dan ayam serta lima botol air.

Mark dan Hendri kemudian menghampiri kakek itu, menyapanya ramah dengan senyuman di wajah mereka.

"Selamat sore, Pak. Punten," kata Hendri kemudian berjongkok.

Kakek tersebut kemudian menatap kedua pemuda di hadapannya yang sedang tersenyum.

"Bapak udah makan?" tanya Hendri dengan suara lembut.

Kakek tersebut menggeleng lemah. "Saya belum makan dari pagi. Uang juga ndak ada sepeserpun. Kalaupun ada, pasti buat anak Bapak. Kasihan anak Bapak ndak bisa sekolah."

Mendengarnya, baik hati Mark dan Hendri terasa tersayat.

"Bapak, ini kami ada sedikit makanan buat Bapak. Buat anak Bapak juga di rumah," kata Mark seraya menyerahkan plastiknya. "Maaf ya Pak saya cuma bisa bantu segini,"

Melihatnya, kakek itu menangis dan menerima makanan yang diberikan Mark. "Terima kasih banyak ya, Nak. Kalian membuat saya percaya bahwa masih banyak orang baik di dunia ini,"

Mark tersenyum seraya mengangguk dan menahan tangisnya. Sedangkan Hendri mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

"Pak, punten. Kebetulan keluarga saya punya yayasan, yang megang kakak saya," Hendri menyerahkan sebuah kartu ke kakek itu. "Ini ada alamatnya ya Pak, silahkan kalau butuh bantuan ke yayasan ya Pak, Inshaa Allah kami bantu. Kami bantu juga biar anak Bapak bisa sekolah."

Bapak itu semakin mengalirkan air matanya yang membuat Mark ikut meneteskan air matanya pula.

"Ah, kalau misalnya Bapak kesulitan mencari alamat yayasannya, silahkan datang ke SMAN 01 di situ ya Pak dan cari saya, biar saya yang anterin. Nama saya Hendri dan kalau teman saya ini Mark. Kalau Bapak lupa nama kami tanya aja Bapak cari ketua OSIS ya, kebetulan Mark ketua OSIS-nya."

Mark mengangguk. "Iya Pak, silahkan ya. Kami terbuka kok,"

Kakek itu kemudian tak henti-hentinya berterima kasih ke Mark dan Hendri yang tentunya dibalas dengan senyuman ramah yang membuat orang di sekitar mereka tersenyum melihat mereka.

Benar kata kakek itu, orang baik di dunia ini masih banyak.

●●●●●

Mark dan Hendri sedang duduk di kedai chicken katsu yang dekat ATM tadi. Jadi ikut-ikutan lapar begitu melihat si kakek tadi makannya terasa nikmat dan sangat mensyukurinya.

Setelah makanan mereka datang dan bersiap untuk makan, masing-masing dari mereka berdoa. Mark mengepalkan kedua tangannya di depan dada sedangkan Hendri menengadahkan tangannya sebagai rasa syukur kepada Yang Maha Esa karena telah diberikan segalanya yang mereka punya.

"Lu pernah ngeluh gak karena lu terlalu kaya dan hampir punya segalanya?" kata Mark out of the blue saat mereka makan.

Hendri terkekeh mendengarnya. "Nggak sama sekali. Lo tahu kan dari kecil gue tiap bulan ke yayasan dan selalu bikin gue sadar kalo gue beruntung jadi gue selalu merasa bersyukur."

Mark mengangguk mendengarnya. "So glad you are a best friend of mine."

Keduanya lanjut makan sampai akhirnya Hendri tampak berpikir lalu ia membuka percakapan kembali.

"BTW gue bohong, ini bukan luka jatoh dari motor." kata Hendri.

Mark menautkan alisnya. "Huh? Terus gara-gara apa? Why'd you lie?"

"Berantem sama anak Falcon." kata Hendri seraya menunjukkan lengan atas kirinya, tempat dimana ada badge gambar burung elang yang merupakan simbol Falcon di jaket tongkrongan sekolahnya yang sedang ia kenakan.

"Kok bisa?" Mark terkejut.

"Ya... ada anak Falcon yang mulutnya sampah dan bikin gue emosi. Gue gak pake mikir langsung mukul dia padahal lo tahu gue gak suka dan gak bisa berantem. Unfortunately dia emang jago adu jotos makanya gue kalah telak,"

"What was he saying that made you so angry about?"

Hendri terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Dia jelek-jelekin Yeri di depan Yerinya sendiri dan bikin Yeri nangis."

Mark langsung berhenti mengunyah. Matanya terbelalak dan langsung menyahut. "Jelek-jelekin gimana?!"

"He... slutshamed her... in front of everyone, in front of herself. Gue sampe-"

"WHO THE FUCK IS HE?! WHO DOES HE THINK HE IS THAT MADE HIM HAD THE AUDACITY TO DO THAT?!"

Sorot mata Mark spontan terlihat marah. Bahkan ia langsung memukul meja sambil berkata dengan keras yang menarik perhatian pengunjung lainnya.

"Sabar, sabar! Tenang dulu Mark!" kata Hendri ikutan panik dan meminta maaf ke pengunjung lain.

"Tell me, who is he?" kata Mark dengan lebih tenang tetapi masih dengan emosi di wajahnya.

"Ada, alumni sekolah kita namanya Jalu."

"Jalu, I'm going to kill you." kata Mark menggebu-gebu.

Hendri tertawa pelan. "Tenang aja, orangnya hari ini udah dilaporin ke polisi kok. Soalnya dia dulu juga ngedarin narkoba ke Falcon waktu kita kelas 11 itu. Terus tuntutannya double deh sama pelecehan."

"Wait, what? Really?!"

Hendri mengangguk kemudian menyerahkan isi chat grup Falcon yang benar-benar tentang kasus Jalu.

"So glad to know that. I hope he rot in hell too." kata Mark.

Hendri ketawa. "Jangan dendam, Mark. Gak baik,"

Lalu Mark protes. "Hendri, if you know you're not a good fighter, then why you joined this gang in the first place? Bukannya ini geng isinya suka ribut?"

"I know. Tapi ya... dulu gue merasa pas kelas 10 gue akan kesepian karena gue beda jurusan sendiri sama kalian bertiga soalnya cuma kalian temen yang gue punya, dulu juga belom deket sama Yeri. So maybe joining this gang was the way to get rid of my loneliness... at least that was what I thought back then. Dan ya... sekarang gue terjebak di sini.

"Tapi gue beneran gak pernah ikut-ikutan bagian berantem kok. Bener-bener cuma ngobrol, main dan biasa-biasa aja walaupun akhirnya gue dicap paling cupu terus sama orang-orang sana. But I have no problem with that. Bener kok mereka gue emang cupu dan gue gak suka berantem,"

Mark mengangguk. "Lu gak belajar bela diri gitu? Biasanya orang kaya kan suka belajar bela diri buat melindungi diri kalo misalnya ada musuh bisnis atau musuh darimana gitu,"

Hendri ketawa. "Tadinya iya tapi gue gak betah aja. Terus biar hidup selamat, gue gak pake nama keluarga besar gue, biar gak ada yang tahu gue keturunan keluarga terpandang di Asia dan hidup sebagai orang biasa."

"Wow, gua baru tahu alasan lu gak pake nama keluarga besar lu," kata Mark akhirnya mengerti.

"Ya, begitu lah,"

Mereka lanjut makan sampai akhirnya Mark berkata lagi.

"I feel bad for Yeri sometimes. Because we befriending with her, people could easily judge her." kata Mark menerawang.

Hendri mengangguk. "Yeah, me too. Jadi dia yang harus nanggung semuanya. Padahal kan kita yang butuh dia."

"She is really a good friend for the four of us."

"And... an amazing crush for both of us."

Mark sontak menoleh dan menatap Hendri yang juga menatapnya di sana. Hendri mengatakan hal yang selalu menjadi elephant in the room di antara mereka berdua apabila sedang bersama, yang membuat Mark sedikit terkejut namun juga menduga bahwa mereka akan membahas hal ini cepat atau lambat.

Mereka berdua terdiam. Sama-sama menghabiskan makanan mereka sore itu.

"I already confessed to her." kata Hendri memecahkan keheningan.

Mark kembali menatapnya. ".... When?"

"Abis UAS kelas 11, udah beberapa bulan yang lalu."

"Wait, what?" Mark terkejut. "H-how...?"

"Dia waktu itu hancur banget pas tahu lo beneran naksir Yessy jadi... dia memutuskan buat berhenti naksir lo dan gue coba bantu buat ngehibur dia. Tapi... malah berakhir gue jadi confess gara-gara gue gak tahan sendiri."

"Oh...." Mark bingung mau merespon apa.

"But she rejected me. Last night." kata Hendri yang lagi-lagi membuat Mark kaget.

"Really?"

Hendri mengangguk dan tersenyum pahit. "Dia bilang dia gak siap. She's not ready to like someone else, maybe."

Hening melanda lantaran Hendri masih merasakan sakitnya cinta ditolak sedangkan Mark masih kebingungan mau memberikan reaksi seperti apa.

"Seems like she's still into you." kata Hendri. "Dia bilang move on dari lo gak mudah."

Mark menghela napas. Rasanya campur aduk di batinnya.

"Moving on from her ain't easy either." kata Mark. Hendri hendak bertanya apakah maksudnya Mark belum move on namun Mark sudah berkata duluan. "Tapi, sulit bukan berarti gak bisa."

Hendri bertanya. "Lo... udah beneran move on?"

Mark mengangguk. "My feeling for Yessy is real. Gua udah lelah buat ngejar hal yang gak bisa digapai."

Hendri menghela napas. Kenapa ya di saat dia memutuskan buat menyerah dan pasrah untuk membiarkan Yeri bersama Mark, tetapi malah ternyata Mark-nya yang udah menyelesaikan perasaannya? Bercanda banget dunia ini.

"You deserve her more than I do, Heng." kata Mark. "Would you please wait a little longer so that she will be ready to open her heart for you?"

Hendri terdiam.

"Gua juga rencananya... mau nembak Yessy."

"Serius?!"

"Uh-hum...."

"Jadi lo beneran udah give up?"

"Heng, mau sampai kapan pun, gua gak akan bisa bersama dengan Yeri kalau gak ada yang 'ngalah'. You exactly know that."

Hendri mengangguk. Paham apa yang Mark maksudkan. "Mark, menurut gue lebih baik lo ngaku dan confess juga ke Yeri. Biar ini semua adil buat dia."

Mark tampak ragu. "Should I?"

"Yes.... She already suffered. Mungkin akan lebih adil buat dia untuk tahu perasaan lo juga."

"Kenapa lo bisa berpikir itu adil?"

"Menurut gue biar jelas aja kalo walaupun lo suka sama suka, lo gak bisa ngelewatin boundary lo jadi dia bisa mengakhiri perasaannya tanpa ragu lagi. Soalnya dari kapan tahu anaknya bilang dia gak tahu sama perasaannya sendiri. Mungkin karena dia masih berharap sama lo."

Mark tampak berpikir dan menjawab. "Okay, maybe you're right."

Hendri tersenyum mendengarnya. "She's just like a butterfly, isn't it?"

Mark tertawa hambar. "Yeah,"

"Beautiful but hard to catch."

"Yup. Also she's just like what Elvis Presley said, so close yet so far."

●●●●●

Hendri datang menghampiri Mark yang masih terduduk di taman selepas menyatakan perasaannya yang sudah usai ke Yeri. Hendri datang dengan bola basket di tangannya.

"Mark,"

Mark menoleh dan mendapati Hendri mendekatinya.

"Ayo sparing." kata Hendri dengan wajah serius.

"Sparing?"

"Sparing basket. Gue mau berantem sama lo tapi gue gak jago adu jotos. Jadi kita adu basket aja." kata Hendri seraya melempar bola basket ke wajah Mark yang untungnya bolanya dapat Mark tangkap.

"Kenapa?"

"For making her cry. Ayo berantem." kata Hendri sungguh-sungguh.

Mark tertawa pelan, ia menuruti permintaan Hendri untuk sparing 1-on-1 di lapangan dengan Dejun yang menonton mereka di balkon kamarnya sambil memakan cheetos.

Mereka lantas tanding basket di malam itu. Baik Hendri dan Mark sama-sama serius dalam memainkan bolanya. Namun, walaupun Hendri yang membuat sekolahnya juara turnamen basket lalu, walaupun Mark sudah jarang bermain basket sejak tahun lalu, tanding basket satu lawan satu di antara mereka kali ini memiliki hasil akhir Mark yang mengalahkan Hendri.

Hey! Mark dulu dicalonin jadi ketua ekskul basket bukan tanpa alasan!

Hal itu kontan membuat Hendri langsung terkapar di lapangan dan berkali-kali menarik napas, Mark pun ikut berbaring di samping Hendri dan sama terengah-engahnya dengan Hendri. Hal itu kerap membuat Dejun sebagai penonton gelap bertepuk tangan di atas balkonnya tanpa disadari kedua pemain basket itu.

"Bahkan di hal yang gue suka aja, gue tetep kalah dari lo Mark." kata Hendri masih tersenggal-senggal.

Mark tertawa mendengarnya yang membuat Hendri ikut tertawa.

"Hati Salsa juga elo yang menang." kata Hendri langsung right in the kokoro.

"Menang tapi kalo gak ada jalannya juga percuma, Heng." balas Mark balik right in the kokoro.

"Oh iya." Hendri ketawa. "Jadinya seri nih kita?"

"Seri dalam menangin hati Myemim?" tanya Mark. "Yaaa karena gua sama dia gak bisa bersama walaupun dia suka gua ya anggep aja seri." kata Mark menekankan kata 'dia suka gua' langsung headshot.

"Sialan! Segala dia diperjelas dia naksir lo!" balas Hendri ketawa. "Oke yang penting dalam menangin hati Salsa kita seri jadinya ya, gue gak kalah!"

"Tapi kalo dalem basket tetep gua pemenangnya." kata Mark lagi jadi double kill.

"Sialan!"

"Terus kalo juara kelas, gua tetep menang." kata Mark jadi triple kill.

"Lo mau gue nyebut kata sialan berapa kali, sueee?" sungut Hendri.

Mark spontan tertawa. "Tenang, lo tetep juara satu dalam bikin orang sekitar lo bahagia. Gua selalu urutan terakhir dalam hal itu kok."

"Eits, jangan dipuji begitu dong saya jadi tersipu nih," balas Hendri malu-malu jangkrik.

"Terutama Myemim." Mark menoleh ke Hendri lalu menepuk dada Hendri pelan. "Thanks ya."

"Ngapain terima kasih, itu emang gue yang mau kok,"

Mark menangguk lalu kembali menatap langit malam. "Inget gak lu waktu UAS kelas 11, gua mau ngasih rincian study tour terus ada Yeri, Yessy dan Jeno?"

Hendri ketawa dan ingat persis soalnya pas itu lagi fase kencang-kencangnya mengejar Yeri. "Inget,"

"Pas di situ gua sadar dia pasti lagi terluka banget ngeliat gua sama Yessy. Tapi lu dateng ngerangkul dia dan ngebawa dia pergi dengan bilang mau belajar tenses bahasa Indonesia. I was glad you were there and I want to thank you for taking her away after I'd hurt her."

Hendri kepikiran. Dia langsung berpikir bahwa Mark tuh juga sadar kalau dia menyakiti Yeri. Tapi Hendri gak bisa marah juga sama Mark karena selama ini Mark gak menomorsatukan kebahagiaannya sendiri juga. Intinya mereka bertiga berkorban saat itu.

"Thanks, Heng." kata Mark tulus. "Jujur gua berharap suatu saat lu nikah sama dia."

"BUSET MASIH MUDA GUA!!! Masih ingin berleha-leha! Duit nikah darimane?!"

"Inget bapak lu punya rumah banyak, apalagi duit."

"Ya iye si tapi kan itu duit bapak gua yak bukan duit gua ya Paaaak,"

Mark ketawa mendengar ucapan Hendri yang menurutnya kocak itu.

"Ya walaupun gue kuliah nanti juga cuma formalitas biar dapet gelar aje si dan ujung-ujungnya nerusin Beliau." kata Hendri jujur.

"Kan," kata Mark sambil memukul Hendri yang membuatnya tertawa bersama. "Sometimes I really adore you so much, Hen."

"NAKSIR GUE LU??"

"NOOOO!!!" Mark menggeleng cepat. "Cuma tuh... gua iri banget sama lu. For a wallflower like me, I associate you with a unicorn. Colorful and rare, and could make your surrounding happy even if yourself isn't fine. Sometimes I just want to be you,"

"Anjir gak salah nih gue lo muji gue segitunya?" ucap Hendri yang sungguhan malu dipuji Mark.

"I'm just being honest! You're one of the greatest guy I've ever met."

"Thanks," kata Hendri sambil mencubit pipi Mark.

"Sampe kadang gua tuh pengen dah jadi lu." kata Mark lagi sembari menatap langit.

Hendri kembali terdiam.

Hahhh, gimana deh ini. Waktu itu Hendri bilang dia pengen jadi Mark. Eh sekarang Mark bilang dia pengen jadi Hendri. Tukar jiwa aja kali ya kayak di film-film?

"Kok gitu?" Hendri bertanya.

"Gua merasa, semua orang yang berada di sekitar lu selalu bahagia. Bertolak belakang sama gua yang bikin orang-orang sekitar gua kesusahan. Kayak waktu itu kalian repot-repot ngajak gua ke vila, apa coba kalo bukan nyusahin gara-gara kalian mikirin gua?"

"HEH! Gak boleh ngomong gitu! Lo itu temen kita! lo gak boleh susah sendiri!"

Mark senyum. "Tuh kan, lo considerate banget sama kebahagiaan orang. At this point lo di samping orang aja bisa bikin orang itu bahagia." ucap Mark. "Kayak sekarang, gua bahagia bisa rebahan di lapangan ini bersama lu."

Sumpah Mark ini kenapa sih manis banget. Hendri sampai malu sendiri mendengarnya.

"Hahahaha ya udah sini gue peluk lo aja biar lo makin bahagia." kata Hendri lalu menggeliat dan memeluk Mark. "Eh gak jadi dah, nanti disangka warga kita kumpul kebo." katanya langsung melepas pelukan dia, Mark refleks tertawa.

"Cuma ya gitu, lu suka lupa sama kebahagiaan lu sendiri karena terlalu sibuk bikin orang lain bahagia." ujar Mark.

"As if lo sendiri juga mengutamakan kebahagiaan lo." balas Hendri.

Malam itu rasanya campur aduk banget buat Mark dan Hendri. Entahlah, Mark sama Hendri emang sayang Yeri, tapi baik Mark sama Hendri juga sayang satu sama lain. Dan pada malam itu, semuanya terungkap di antara mereka bertiga.

"Lo keren, Mark. Lo orang paling keren yang pernah gue temui."

"Thanks, Brother." kata Mark menepuk pundak Hendri. "Lu juga orang paling keren yang pernah gua temui."

"Sini dah peluk lagi elah sayang amat gue ama lu," kata Hendri yang diikuti tawa Mark.

Lagi asik pelukan, mereka mendengar suara orang berteriak dan bertepuk tangan kencang.

"BRAVOOOO! BRAVOOOOOO! JADIAN! JADIAN! JADIAN!"

Dejun berseru dari balkon kamarnya dan bertepuk tangan. Tentu saja hal itu membuat Hendri dan Mark merutuki cowok itu.


























▪︎▪︎▪︎▪︎

chapter ini adalah my personal favorite soalnya MANIS BANGET AAAAAAA GIMANA CARANYA JADI YERIKHA DITAKSIR DUA COWO LUCU

mungkin banyak yang belum tahu, tapi ini arti elephant in the room yaaa.

jadi emang mark sama hendri dari dulu sama-sama tahu mereka suka sama yeri dan tahu juga yerinya suka sama mark. tapi mereka memilih buat tutup mulut masing-masing ke satu sama lain aja.

anyway scene yang atas itu flashback pas habis aheng berantem ya, terus scene yang 1 on 1 basket itu tepat pas mark abis confess ke yeri.

jadi, pas malam itu urutannya mark confess - tanding basket sama aheng dan pelukan ditonton dejun - pulang ke rumah dan ketemu ecan. semoga gak bingungggg!!

Continue Reading

You'll Also Like

374K 46K 97
[Completed] Bank book millenials ver seungrashy! Can be rest area if y'all tired with your real life. Just dormitory life 00-01line in a universityđź’«...
1.7M 64.9K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
13.2K 2.3K 30
[UP TIAP SABTU] "Tolong beli saya.." Satu kalimat berhasil membuat seorang Mahendra Cokrokusumo kaget sekonyong-konyong. Masa liburan yang memang su...
219K 27K 65
cerita random tentang jeno sama yeji dan 00 liners yang lainnya! ⚠️bahasa kasar dan non baku⚠️ °••°••°••°••°••°••°••°••°••°••°••°••° start : 2020...