Gimme Love [END - Revisi]

By alitajung

7.3K 4.1K 7.8K

☃️ About Alice Quinza Hilary, Diego Alexander Gultom, & Yudha Michael Sanders ⛄ "Kamu itu tanggung jawabku."... More

Part 1. Pulang Kerja dari Kafe
Part 2. Cokelat Batangan
Part 3. Kenangan Pahit
Part 4. Weekend
Part 5. Bad Day
Gimme Love Cast
Part 6. Khawatir?
Part 7. Finding Alice
Part 8. Maaf, Yudha
Part 9. The Refour Band
Part 11. Alice Kecelakaan?
Part 12. Mengapa?
Part 13. Masalah dan Bersalah
Part 14. Terima Kasih
Part 15. Harusnya Aku
Part 16. Tentang Rasa
Part 17. Rasa Suka?
Part 18. Mencoba Asing
Part 19. Siapa yang Salah?
Part 20. Cafe Time
Part 21. Eternal Cafe
Part 22. Diego, Aneh!
Part 23. Dilemma
Part 24. Friendzone, Damn it!
Part 25. Heart Attack
Part 26. Keluar dari Kafe
Part 27. Cemburu?
Part 28. Coffee Paste Cafe
Part 29. Dua Pengakuan
Part 30. Fakta yang Terungkap
Part 31. Congrats, The Refour Band
Part 32. Diego Hilang?
Part 33. Club Malam
Part 34. Crazy Alarms
Part 35. Deal?
Part 36. Mission Failed
Part 37. Confession
Part 38. You, My Responsibility
Part 39. Long Way Down
Part 40. Kiss You
Part 41. About Forgiveness
Part 42. You're My Home
Part 43. Sorry, I Love You!
Part 44. Yes or Yes?
Part 45. Your Last First Kiss

Part 10. Salahkah jika Bertanya?

255 205 260
By alitajung

🌹 HAPPY READING 🌹
❤️ GIMME LOVE ❤️

🗼🥀 ¦Salahkah jika Bertanya?¦ 🥀🗼

•♫•♬• •♫•♬• •♫•♬•

𝐇𝐞𝐥𝐥𝐨, 𝐝𝐞𝐚𝐫! 𝐇𝐨𝐰 𝐚𝐫𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐨𝐝𝐚𝐲? ♬
𝐀𝐤𝐮 𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚! ^▽^

𝐇𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐏𝐎𝐕 𝐀𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫 ⋆

𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 "𝐆𝐢𝐦𝐦𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞"! ^▽^

𝐓𝐡𝐚𝐧𝐤 𝐲𝐨𝐮! 𝐓𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡! ♡♡♡

█▓▒░ ⋆♔♔♔⋆ ░▒▓█

Alice meletakkan ponsel di tasnya lalu mulai melangkahkan kaki hendak keluar dari kafe.

"Eh, Lice. Kamu mau kemana? Makan siang bareng yuk," panggil Chelsea, teman kerjanya di kafe yang juga bekerja sebagai barista.

Alice menoleh ke belakang dan tersenyum pada Chelsea. Ia dan Chelsea sering makan siang bersama ketika waktu istirahat tiba. Tidak hanya bersama Chelsea, tapi juga bersama Haru yang juga sebagai barista. Mereka bertiga partner kerja dan berteman cukup dekat.

"Ehm aku mau pergi keluar sebentar. Maaf ya, kamu makan siang duluan aja sama Haru," ujar Alice.

Chelsea menatap Alice sejenak lalu tersenyum.

"Baiklah kalau begitu. Hati-hati ya," ujar Chelsea.

Alice mengacungkan jempolnya sembari tersenyum manis.



◦•●◉✿✧✿◉●•◦

Tadi malam, Alice duduk merenung setelah menangis sebentar di kamar karena sakit hati dengan ucapan Yudha. Ia benci terjebak dalam rasa ini. Pikirannya melayang jauh. Dan, di tengah-tengah pikirannya yang kacau, gadis itu teringat tentang kecelakaan yang menimpa ibu Diego.

Setelah lelah berpikir dan menebak-nebak, Alice bertekad akan bertanya lebih detail tentang kecelakaan yang menimpa ibu Diego. Entah mengapa ia sangat penasaran. Dan mungkin saja ini ada hubungan dengan kecelakaan orang tuanya.

Gadis itu sekarang telah tiba di tempat tujuannya untuk bertemu dengan Diego.

Alice memarkirkan motornya di dekat supermarket, lalu bergegas mencari Diego. Gadis itu menghela napas lega saat melihat seorang pria berjaket hitam sedang duduk di deretan bangku putih panjang di depan supermarket.

Alice berjalan menghampiri Diego yang tampak sibuk dengan ponselnya.

"Go," sapa Alice.

Diego mengalihkan pandangan dari ponsel dan melihat Alice sedang tersenyum padanya.

Diego balas tersenyum dan beranjak berdiri.

"Mari bicara di sana saja," ujar Diego sembari menunjuk taman bermain di seberang supermarket.

Alice mengangguk setuju lalu mengikuti langkah Diego.

Taman bermain sedikit lengang. Mungkin karena sedang jam makan siang.

"Jadi, apa yang mau kau bicarakan?" tanya Diego saat mereka berdua telah duduk di bangku taman bermain.

Alice berdehem pelan.

"Begini, aku ingin menanyakan perihal kecelakaan yang menimpa ibumu beberapa tahun lalu," jawab Alice.

Diego terdiam.

"Kenapa kau ingin tahu?" tanya Diego lagi.

"Ehm, aku penasaran. Lagipula aku ingin mencari tahu sesuatu. Maka dari itu, aku bertanya," jawab Alice.

"Kau tahu, menjawab itu tidak semudah bertanya," ucap Diego.

Alice memandang Diego yang menatap lurus ke arah depan.

"A-aku hanya ingin tahu," ujar Alice.

Diego bergeming.

"Kejadian kecelakaan yang menimpa ibumu memiliki beberapa kesamaan dengan kecelakaan yang menimpa kedua orang tuaku. Jadi, aku hanya ingin tau bagaimana kronologinya," ujar Alice.

"Lalu?" tanya Diego dengan nada datar.

Alice melihat raut wajah Diego yang telah berubah.

Diego teringat kejadian lima tahun yang lalu saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri sang ayah yang dibutakan rasa cemburu nekat menerobos lampu merah setelah perdebatan panjang dengan ibunya.

Flashback On (Lima Tahun Yang Lalu)

Diego melepas earphone dan meletakkan benda itu di samping tempat duduknya. Ia menghela napas kasar. Hari ini, ia harus ikut kedua orang tuanya mengurus kepindahan sekolah karena harus ikut ayahnya pindah ke luar kota. Dan, lagi-lagi ia harus menyaksikan kedua orang tuanya yang berdebat panjang tanpa ujung. Memperdebatkan masalah kecil menjadi besar setiap harinya.

Diego menatap datar kedua orang tuanya yang sedang berdebat di kursi depan mobil.

"Aku lihat sendiri kau makan siang berdua dengan pria yang kau sebut teman kerja itu," bentak Hary, ayahnya Diego.

"Sudah ku bilang berkali-kali padamu kami tidak ada hubungan apapun, hanya sebatas teman kerja," ujar Lira, ibunya Diego.

"Bukan hanya sekali aku melihatmu berdua dengan pria itu, namun berkali-kali," bentak Hary lagi.

"Mas, kami itu partner kerja. Harus profesional. Lagipula hanya makan siang. Dan tempatnya ramai orang," ujar Lira tak terima.

"Apa kau bilang? Hanya," sarkas Hary sembari tersenyum sinis.

"Kamu memang tidak pernah percaya sama aku, Mas," ujar Lira.

"Gimana mau percaya, kamu ga meyakinkan," balas Hary.

"Pa, Ma, sudahlah. Aku muak lihat kalian berantem terus. Udah tua juga," sela Diego. Ia merasa sangat kesal.

"Ibumu selingkuh. Bagaimana ayah tidak marah," ujar Hary sembari menambah kecepatan mobilnya.

"Aku tidak pernah selingkuh, Mas. Jangan bicara seenaknya," bentak Lira.

"Mana ada maling ngaku maling," sarkas Hary.

"Kau saja yang terlalu cemburu," ujar Lira.

"Cih," desis Hary.

Diego menatap wajah ayahnya yang merah padam karena marah. Diego merasa mobil yang ditumpanginya sekarang bergerak dengan kecepatan tinggi.

Diego menelan salivanya kasar. Mereka berada di perempatan lampu merah.

"Pa, berhenti! Lampu merah," tegur Diego sedikit berteriak.

"Kalau ibumu tidak mengaku juga, maka kita akan mati bersama," ujar Hary.

"Mas, apa-apaan kamu," ujar Lira panik sembari hendak mengambil alih kemudi. Namun, Lira tak mampu melawan Hary dan wanita itu hanya bisa menekan klakson mobil.

Lira beralih menatap Diego, anak satu-satunya dengan tatapan sendu.

Diego merasa tubuhnya dingin dan kaku. Ia hanya bisa menganga ketika melihat mobil mereka menabrak keras sebuah mobil di depan mereka dan ia merasakan tubuhnya terpental.

Terakhir yang ia dengar adalah suara teriakan ibunya yang berpadu dengan kerasnya bunyi klakson mobil. Setelah itu, semuanya senyap dan gelap.

Saat terbangun, ia telah berada di rumah sakit. Dokter yang menanganinya mengatakan bahwa ia koma selama satu minggu.

Dan ia harus menerima kenyataan bahwa ibunya telah meninggal dunia. Ia melihat ayahnya yang berdiri di samping dokter sedang menatapnya dengan tatapan sayu. Diego menundukkan wajah. Tangannya terkepal.

Sejak hari itu, Diego membenci ayahnya. Mengapa ayahnya tidak meninggal saja karena kecelakaan waktu itu? Dan sekarang ia hanya tinggal berdua dengan ayahnya di rumah. Diego ingin meninggalkan rumah itu, namun kenangan masa kecil bersama ibunya mengurungkan niatnya. Jika teringat ibunya, Diego akan mati rasa.

Flashback Off

"Go, kamu tidak apa-apa?" tanya Alice yang melihat Diego terus menatap kosong ke arah depan.

Ini sudah yang keenam kalinya Alice memanggil Diego, namun pria itu tak bergeming. Gadis itu menyentuh pundak Diego pelan.

Jantung Diego berdetak cepat mengingat kecelakaan yang menimpa ibunya. Ia lalu menatap Alice dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Seharusnya kau tidak menanyakan hal ini. Aku tidak ingin mengingat hal itu lagi," ujar Diego lalu beranjak berdiri.

Alice terdiam mematung.

"Dan hari ini, kau membuatku teringat kembali akan kejadian yang tak ingin aku ingat," ujar Diego lagi dengan penuh penekanan.

Alice beranjak berdiri dengan perasaan bersalah.

"Maafkan aku," ujar Alice tak enak hati.

Diego menghela napas lalu meninggalkan Alice begitu saja.

"Go, tunggu. Aku minta maaf," ujar Alice sembari melangkahkan kakinya.

"Pergilah," bentak Diego lalu melanjutkan langkahnya.

"Tapi, Go ...,"

"Jangan temui aku lagi," bentak Diego sembari tetap melangkahkan kakinya.

Napas Alice tercekat. Jantungnya berdetak tak beraturan.

Alice menatap kepergian Diego dengan perasaan bersalah. Gadis itu terduduk di bangku taman.

"Maaf, Go," lirih Alice.

"Aku terlalu mementingkan diriku sendiri. Aku tidak menyangka pertanyaanku membuatmu marah," batin Alice.

Alice menghela napas berat lalu beranjak berdiri dan mulai melangkahkan kakinya. Jantungnya masih berdetak tak beraturan. Gadis itu menunduk sedih.

"Salahkah jika aku hanya ingin bertanya?" ucap Alice lirih.

Alice memejamkan matanya dan menarik napas pelan. Ia lalu melangkah tak bersemangat menuju ke arah supermarket. Gadis itu berjalan sembari merenung. Ini memang salahnya.

Hingga, di jalan masuk ke taman bermain ia berpapasan dengan dua orang yang membuat gadis itu setengah terkejut.

"Yudha," batin Alice saat melihat Yudha yang sedang berdiri di depannya dengan menggandeng tangan seorang gadis.

Alice merasakan detak jantungnya yang kembali berdetak cepat.

"Alice," batin Yudha sedikit terkejut melihat Alice yang berada di depannya dengan wajah kusut. Mereka bertatapan sejenak.

Alice menunduk dan pergi begitu saja meninggalkan tempat itu. Yudha menatap kepergian Alice yang berjalan cepat menuju supermarket di seberang taman.

"Kenapa Yud? Kamu kenal dia?" tanya Reisya.

Yudha berdehem pelan.

"Dia sahabatku," jawab Yudha yang membuat Reisya tercengang.

Yudha menghela napas kasar.

"Mengapa raut wajah Alice tampak sedih?" batin Yudha bertanya-tanya.



█▓▒░ ⋆♔♔♔⋆ ░▒▓█

SEE YOU NEXT PART

🐦Terima kasih sudah membaca cerita ini
🐦Tunggu kelanjutan ceritanya
🐦Annyeong ~

•♫•♬• •♫•♬• •♫•♬•

Salam Hangat,
Alita Jung 🐦
알리타 정 ♡

Senin, 02 Agustus 2021
Indonesia

Continue Reading

You'll Also Like

157K 5.3K 31
Biarlah kehadiranmu menjadi hujan kebahagiaan dan menutup hujan kedukaan dalam hidupku - Clairine Ruthia -
3.1K 407 2
"Gue nggak mau hidup miskin terus bang!" "Ya udah, ngga usah hidup sekalian. Gampang 'kan?" _______ Ingin rasanya Raden h...
4.2K 3.2K 26
FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠️ Qilefyi Kirana Putri. Ini kisah tentang seorang gadis beriris sayu, memiliki ambisus tinggi, dan kutu buku akut. Kirana nam...
5.5K 1.1K 28
Perlahan cahaya itu memudar, hal indah mulai lenyap. Tidak ada yang bisa dibawa untuk rasa bahagia. Bagai seutas tali, Akasa hanya bisa ber-cycle di...