Five or Nothing (Yeri x 99l N...

By starofmilkyway

211K 44.6K 17.5K

Punya temen seperkoncoan kayak Mark, Lucas, Xiaojun dan Hendery itu gak seindah seperti yang orang-orang kata... More

Prolog: Pancabintang
Aud dan Empat Begundal
Mr. Can-Do-It-All dan Tetangga Tiga Rumah
Si Musisi dan Ikon Baru Sekolah
Kuda Tomplok dan Warjok
Kapten Basket dan Teman Berjuang
Saatnya bersinar
Bukan Anak Indie
Ada Yang Baru
Menolak Tawaran
Lomba Esai
Kehidupan Normal
Dasar Netizen
Pasca UAS dan Liburan
Kembalinya Yerikha
Almost Paradise
Kado
Yanuar
Turnamen
Akhirnya!
Dipanggil Terus
Her Top Secret
Brother
Trio Sedang Rapuh
Vila Aheng - BYUURR
Vila Aheng - Terkuak
Vila Aheng - Keluhan Batin
"Pernah, Gak?" - Mark
The Lontong Sayur Guy
Salah Satu Alasan Kembali
Habis Makan Nyamuk
Kesal Tanpa Alasan
Kepikiran
Yang Sebenarnya Cemburu
Bukan Berantem
"Pernah gak?" - Dejun
Tapi Baikan
Lucas Labil
Di Ruang BK
Deadpool dan Chris Evans
Saya Tertarik
Yang Mana?
Butuhnya Satu Hendri
Huru-hara Lomba Tari Saman
First Love Atau Bukan?
"Pernah gak?" - Lucas
Keputusan Untuk Sebuah Pilihan
"Update Barengan Yuk"
Curhat Bersama Leon
Gak Normal
Semuanya Dekat
Pelik Yang Ini, Pelik Yang Itu
Garis Terdepan
Satu Lagi Pemendam Perasaan
Study Tour
SKJ (Studytour Kagak Jelas)
Agit dan Perubahan
Rasanya Ada Yang Kurang
Pertemuan Singkat
Salah
Menerka-Nerka
If I Bleed, You'll Be The Last To Know
"Pernah gak?" - Hendri
Little Chit-Chat
Bu Lala dan Pak Lili
5/5
Two Sides
Boys Corner
Karena Bakiak, Jatuh Cinta
Onederful Fest
It Is Pancabintang!
Another Liar
How A Wallflower Has Turned Into A Lion
The Elephant In The Room Between The Two of Us
Si Pengamat dan Pendengar
Everything Has Changed
Should He Regret It?
Nosebleed
Memperbaiki dan Memulai Kembali
Penghujung SMA
Epilog: Five Or Nothing
The Fifth Season

"I'm Sorry."

1.6K 479 341
By starofmilkyway

⚠️ harsh words, mention of drugs, slutshaming. mohon dibaca dengan bijak🙏











Hendri menghela napas berat begitu membuka isi pesan yang terpampang di ponselnya. Hal itu kontan menarik perhatian Yeri yang baru saja selesai merapatkan kardigannya untuk hendak pulang seusai les malam ini.

"Sal, ke warjok dulu ya. Urgent banget ini serius. Gapapa kan?" kata Hendri tampak keberatan karena masih (dan selalu) berat hati mengajak Yeri ke basecamp tongkrongan sekolahnya.

Yeri mengangguk. "Iya ya udah sok. Lagian lo udah lama juga kan gak ketemu geng lo itu,"

"Ya iya si, tapi kan harusnya gak pas sama lo gini,"

"Ya udah gapapa lah santai. Gue bisa jaga diri kok," Yeri meyakinkan.

Dengan berat hati Hendri mengendarai motornya ke warjok pukul setengah sembilan malam bersama sahabatnya itu.

Betapa terkejutnya Hendri begitu melihat warjok malam ini sangat ramai dan kedatangan banyak orang, baik dari angkatan yang masih aktif di sekolahnya, anak-anak kelas 10 yang baru masuk, atau bahkan alumni yang sudah lulus sekolah bertahun-tahun yang lalu.

"Lo ikut gue aja deh," kata Hendri memerintah.

Yeri menurut lantaran dirinya sedikit merasa tak nyaman ketika mendapat berbagai reaksi begitu dirinya berjalan beriringan dengan Hendri.

Hendri masuk ke ruang utama warjok yang masih berisi banyak orang. Begitu Hendri mau ke ruangan lain, Hangga yang merupakan ketua angkatan gengnya berkata. "Eh sorry nih Heng, outsider jangan ikutan dah." ujarnya seraya melirik Yeri.

"Yeh, kasian dia kalo gue tinggal di sini," Hendri berbicara pelan.

"Lebih gak enak lagi gua kalo dia terlibat, cewek pula," kata Hangga. "Maap yak Yer,"

Yeri mengangguk. "Ya udah gapapa Heng, sana gih. Santai aja gue gapapa,"

"Eh, lu my partner pas ulang tahun Lucas kan?!" seru sebuah suara menghampiri mereka.

Yeri menoleh dan merasa seperti tak asing dengan wajahnya. Ia mencoba mengingat-ingat siapa orang ini.

"Gua Yohan, yang waktu itu di ulang tahun Lucas. Inget kagak lu? Kita partner game!"

Yeri langsung antusias. "OOOHHHH IYAAA ELOOOOO. Eh kok lo bisa di sini?"

Yohan nyengir. "Iya nih, kan gua bilang gua bakal pindah ke sekolah lu terus gua sama Hangga emang sohib makanya bisa di Falcon."

"Nah, lu kenal Yeri kan?" Hangga menunjuk Yohan. "Ajak ngobrol ye. Kasian ini pawangnya kinap kagak ada yang jagain,"

Masih dengan berat hati, Hendri pun masuk ke ruangan 'rapat' untuk menyelesaikan urusannya sama yang lain.

Yeri akhirnya mengobrol sama Yohan dan merasa bersyukur karena di ruangan ini dia benar-benar tak melihat satupun orang yang dia kenal selain Yohan.

"Di ruangan ini isinya alumni sama adek kelas semua, soalnya yang angkatan kita lagi di dalem tuh, ruangan sebelah," ujar Yohan menunjuk ruangan yang dimasuki Hendri.

"Ooohhh, pantes gak ada yang gue kenal. Kok lo gak masuk juga?"

"Udah kelar kok urusan buat gua," kata Yohan.

Yeri yang gak paham urusan apa maksudnya mengangguk-ngangguk aja. Urusan anak tongkrongan apaan sih emangnya? Tawuran? Tempur? Jiaaaakh Dilan kali akh. Yeri membatin.

"Sebenernya gua masih anak bawang Yer di Falcon, makanya gua di sini. Tapi ya udah si gua asikin aja yak," kata Yohan nyengir.

Yeri ketawa. "Gapapa lah mending, gue jadinya ada temen ngobrol seenggaknya,"

Sedang asik berbincang, suara orang-orang di luar terdengar berisik. Ternyata ada salah satu alumni yang datang dan membuat mereka ramai. Saat salah satu dari orang di luar masuk ke ruangan, Yohan bertanya ke orang itu.

"Itu siapa yang dateng cuy?" tanya Yohan ke kawannya.

"Bang Jalu, Bang."

"Walach...." Yohan bergumam panik lalu berbisik. "Si Thanos."

Yeri seketika deg-degan. Yeri pernah dengar dari Hendri kalau salah satu pembuat onar di tongkrongan ini adalah alumni yang dipanggil Jalu. Jalu ini emang gak ada akhlaknya. Badannya besar makanya lagaknya jadi sok banget. Beberapa kali pernah diforumin di Falcon karena emang kelakuannya yang kelewat semena-mena.

Bahkan Jalu Jalu ini pernah bawa narkoba ke warjok padahal aturan di warjok kalau ke sana gak boleh bawa hal yang membahayakan. Itu tuh kasus yang terjadi waktu Hendri kelas 11. Biang keroknya si Jalu.

Baru Yohan ketar-ketir dan mau ajak Yeri sembunyi (karena dia sendiri takut sama Jalu dan masih cupu), si Thanos datang memasuki warjok.

"Samlekom! Ngopi apa ngopi!" seru Jalu sok asik.

Yeri yang baru pertama kali melihat Jalu yang pernah diceritakan Hendri, langsung pura-pura sibuk sendiri.

"Mana nih anak baru kelas 12 yang sohibnya Hangga?" kata Jalu bertanya ke seisi ruangan.

Yohan mau gak mau pun angkat tangan. "G-gua, Bang."

Jalu menoleh ke Yohan, namun bukan Yohan yang menarik perhatiannya, melainkan perempuan kecil yang ada di samping Yohan yang Jalu tatap.

"Wew, pink ga tuh," kata Jalu sambil menatap Yeri yang membuat Yeri tak nyaman.

Yeri semakin tak nyaman lantaran si Jalu ini mendekati Yeri dan main merangkul Yeri tanpa seizin Yeri terlebih dahulu.

"Cakep lu aslinya. Yerikha Salsabilla kan? Tahu gua lu selebgram," kata Jalu yang membuat Yeri semakin risih.

Yeri perlahan melepaskan rangkulan Jalu namun tentu saja tenaga Jalu lebih kuat. Justru kini Jalu malah menyodorkan ponselnya.

"ID LINE dong, keliling pake vespa besok kuy,"

Yohan yang tahu Yeri risih kemudian berbicara perlahan. "B-bang... itu Yerinya—"

"Apa lu anak baru? Ada masalah?" kata Jalu dengan intonasi songong.

Yohan yang dituju, tapi satu ruangan pun ikut terdiam.

Sumpah Yohan tuh gak takut sama manusia. Tapi dia masih merasa anak bawang dan dia sudah mendengar banyak isu-isu tentang Jalu ini.

"Mana LINE lu?" tanya Jalu ke Yeri lagi.

Yeri yang masih berusaha melepas rangkulannya menjawab. "Maaf Kak, gak dulu." Yeri berusaha tegas.

"Dih kenapa? Gak mau naik vespa? Aerox mau?" ujar Jalu malah semakin mencengkram bahu Yeri.

Bukan itu poinnyeeee dasar lu ngabers goblooooook. Andai saja Yohan berani menyuarakan isi otaknya.

"Gak Kak maaf. Gak usah." kata Yeri masih berusaha melepas Jalu.

Sumpah kalau aja Yohan bukan anak baru, dia sebagai atlet Taekwondo pasti udah tendang itu kepalanya Jalu.

"Ya udah LINE dulu lah anjir masa nolak sih lo?" Jalu memaksa.

"Maaf Kak, enggak." Yeri masih bersikeras.

Jalu yang ditolak Yeri berkali-kali pun mengamuk. "Eh anjing lo apaan sih? Udah biasa dipegang-pegang kan masa di-LINE doang gak mau?!" kata Jalu kali ini semakin semena-mena perlakuannya.

Yeri yang mendengar ucapan itu tepat langsung ke telinganya seketika langsung merasa teriris batinnya, dan terluka harga dirinya.

"Maaf Kak." kata Yeri yang terdengar bergetar.

"B-bang...." kata Yohan mencoba mengontrol suasana. Orang-orang di ruangan pun juga sudah mulai gusar.

Jalu melepas cengkramannya, lalu mendorong dahi Yeri dengan telunjuknya untuk membentak. "Lo gak usah sok cantik dan sok jual mahal. Gue tahu lo digilir kan sama temen-temen lo itu? Jalang."

"Bang Jalu!" Yohan menarik Yeri menjauh. Jalu sudah sangat kelewatan.

Jalu tak berhenti. Dia malah semakin berkata gak pantas yang membuat Yeri menangis mendengarnya.

"Temen lo semua gak ada yang mau temenan tulus sama lo, mereka maunya make lo doang, cewek tolol kayak lo—"

"JAGA OMONGAN LO ANJING!"

BUGH.

Satu pukulan Hendri lontarkan ke wajah Jalu.

Salah. Salah bangeeeet Hendri bawa Yeri ke Falcon. Salah banget Hendri bawa Yeri ke warjok yang harus bikin Yeri menangis karena perlakuan orang brengsek kayak Jalu.

Perasaan bersalah juga amarah karena mendengar ucapan Jalu tentang Yeri bercampur jadi satu. Sungguh, ini adalah puncak emosi Hendri seumur hidupnya.

"EH LO SIAPA BERANI NGAJAK RIBUT GUE?!!!!"

BUGH.

Jalu gak terima ditonjok sama adik kelas. Ia membalas pukulan Hendri sampai Hendri tersungkur karena pukulan Jalu yang amat keras.

"AHENG!" Yeri histeris melihat Hendri tersungkur.

"Bang... udah Bang...." Yohan mencoba menahan Jalu.

Tapi Jalu justru berkata yang semakin memancing emosi Hendri.

"Udah gak ada apa-apanya di Falcon dan lo berani nonjok gue? Eh sadar lo dongo, lo tuh cupu! Punya malu kagak?" ujar Jalu dengan arogansinya karena merasa dia disegani di Falcon.

Mendengarnya emosi Hendri semakin mencuat dan dirinya pun bangkit seraya berseru.

"ELO YANG BERANI-BERANINYA NGOMONG JELEK TENTANG SALSA!!!" Hendri lagi-lagi memukul Jalu, kali ini lebih keras dari sebelumnya. "MULUT LO GAK PANTES NYEBUT NAMA TEMEN GUE LO TAHU GAK?!"

Jalu yang gak terima pun balas memukul. "NGENT*T, ADEK KELAS SONGONG KAYAK LO BISANYA CUMA BELAIN JABLAY!"

Hendri semakin emosi dan lepas kontrol. Hendri sungguhan berkelahi dengan Jalu walaupun dari segi tenaga sangat kalah telak. Tubuh jalu yang besar melawan tubuh Hendri yang gak seberapa, menghasilkan badan Hendri banyak yang terluka karena perkelahian gak imbang ini.

Setelah ricuh parah akhirnya mereka berdua berhasil dilerai. Hendri ditahan oleh Hangga dan Yohan serta Jalu yang ditahan oleh anak angkatannya sendiri.

"UDAH, UDAH. GUA GAK MAU ADA KORBAN MALAM INI!" kata seseorang yang namanya Daniel, yang diketahui adalah ketua angkatannya Jalu.

Kehadiran Daniel pun menghentikan perkelahian lantaran emang dia punya kuasa kuat di Falcon.

"Siapa yang tahu rumahnya Hendri? Anterin dia balik sama ceweknya juga sekarang." perintah Daniel.

"Gua. Gua tahu rumahnya Hendri," sahut Yusuf. "Gua ama Calvin yang anterin Hendri sama Yeri balik."

"Oke, bagus. Lu berdua cepet sekarang anterin. Gak usah nanti-nanti,"

Yusuf dan Calvin lalu bersiap-siap untuk mengantarkan Hendri yang babak belur dan Yeri yang masih shock untuk pulang.

Daniel lalu menghadap ke Jalu. "Lepasin Jalu," kata Daniel ke dua orang yang menahan Jalu sebelumnya.

Begitu sudah dilepas, Jalu berkata. "Thanks Niel, gue tahu lo masih temen gue—"

BUGH.

"LO UDAH GUE KELUARIN DARI FALCON, KENAPA LO MASIH DI SINI DAN BUAT ONAR YA ANJING?!"

Daniel memukul Jalu. Kali ini Jalu yang tersungkur lantaran Daniel ini atlet tinju yang tenaganya lebih kuat dari Jalu.

"Lo udah gue keluarin secara baik-baik kemarin, bahkan kita bantu biar lo gak ketangkep polisi. Tapi kalo kayak gini lo pantes diusir dan dilaporin, Jal."

"Niel? Please selamatin gue masa lo ngelaporin gue?!"

"Gue bakal laporin lo atas dua kasus yang buktinya udah kuat. Lo adalah pengedar narkoba dan lo melakukan pelecehan, semua orang di sini saksinya."

Seruangan melotot. Seketika menyesal sudah segan dengan Jalu karena mereka berpikir Jalu masih punya kuasa sebelumnya. Ternyata dia cuma orang sok yang gak punya malu.

"Dih, tahu gitu gua tendang tadi ni ngabers jamet." Yohan bergumam yang membuat Hangga terkekeh.

Jalu masih memohon-memohon supaya dia gak dilaporkan ke pihak berwajib atas tindakannya. Di tengah kejadian tersebut, Hendri yang sedang dibopong Calvin pun berhenti di hadapan Jalu.

"You know what? My family is actually one of 25 richest families in Asia. So... apparently I can make you suffer much more than this because you talking shit about my best friend." Hendri menyeringai.

"Hahay, ini dia Aheng si Crazy Rich Asian yang paling gua demen," kata Yusuf megompori. "Percaya kagak lu pada bapaknya Hendri punya perusahaan di Tiongkok?" lanjut Yusuf lagi memamerkan kekayaan Hendri.

Perkataan Hendri tepat di depan Jalu yang membuat seisi ruangan melongo. Entah karena baru tahu Hendri sekaya itu, entah karena gak percaya Hendri orang tajir, entah karena gak bisa bahasa Inggris. 

Untung ada Yusuf yang bikin orang-orang mengerti.

"Mungkin gue gak jago adu jotos, bener kata lo gue cowok cupu. Tapi lo tahu kan badan hukum di Indonesia gampang disuap?" kata Hendri membuat Jalu deg-degan.

Yeri kemudian memegang lengan Hendri yang membuat Hendri menoleh ke arahnya. Yeri lalu menggeleng pelan dan mengisyaratkan untuk lanjut pergi. Hendri tersenyum.

"I can use my family's power to make you down. But lucky for you she told me not to do it. Thank's to her, berkat dia lo paling cuma dipenjara gara-gara kasus yang disebutin Bang Daniel tadi. Kalo bukan gara-gara Yeri, gue bisa jamin hidup lo akan sengsara selamanya." kata Hendri.

"Heng." Yeri menenangkan Hendri lalu menariknya untuk pergi.

Jalu lalu perlahan menatap Hendri dan Yeri bergantian. Entahlah rasanya malu tapi arogansinya masih ingin dia nomorsatukan.

Sebelum Hendri benar-benar pergi, dia mengucapkan satu kalimat terakhir yang membuat Jalu overthinking.

"Yeri mungkin maafin lo, tapi gue enggak."

●●●●●

Hendri sudah duduk bersandar di sofa saat Yeri kembali dengan kotak P3K yang ada di rumah Hendri. Perempuan itu lantas duduk di sebelah sahabatnya yang babak belur akibat berkelahi.

"Serius gak mau ke klinik?" kata Yeri memastikan.

"Engga dah. Obati sendiri aja," Hendri menggeleng dan menolak dibawa ke klinik.

Yeri menghela napas. Kemudian perempuan itu membuka kotaknya sembari berkata, "Yang sakit di mana aja?"

Hendri yang sudah mengganti seragamnya dan cuci muka, kemudian menunjukkan lengan serta wajahnya yang terluka. Kemudian dirinya mengangkat bajunya dan menunjukkan sebuah memar di perutnya.

Yeri langsung merasa ngilu melihat memarnya. Kemudian ia mengambil kompres yang tadi ia bawa dan meletakkannya di memar di perut Hendri.

"Hhhsss," Hendri meringis kemudian tangannya menahan kompresnya.

"Sakit banget?" tanya Yeri yang disusul anggukan Hendri. "Ya udah ditahan ya, nih pegang kompresnya biar sekarang gue obatin tangan lo,"

Yeri beralih mengobati luka di tangan Hendri. Saat diobati dengan obat luka, Hendri mengaduh kesakitan.

"Aaa, perih,"

"Tahan." kata Yeri. "Siapa suruh tonjok-tonjokan. Udah tahu gak bisa berantem."

"Ya maaf, namanya juga marah...." balas Hendri yang tangannya masih diobati.

"Besok-besok dikontrol marahnya ya? Kan lo sendiri yang bilang lo gak suka kekerasan dan bilang pasti kalah." ujar Yeri masih fokus ke lengan Hendri.

"Mana bisa gue gak marah kalo lo dihina begitu, Sal...."

Perkataan Hendri kemudian mengundang tatapan Yeri sesaat. Yeri tersenyum sepersekian detik kemudian lanjut mengobati luka di tangan Hendri.

Tak banyak omongan yang keluar saat Yeri mengobati lengan Hendri selain rintihan Hendri yang mengaduh kesakitan sampai Yeri selesai mengobati lengannya. Begitu lengan selesai, giliran wajah Hendri yang diobati.

"Sini muka lo," kata Yeri.

Kemudian Hendri justru malah merebahkan tubuhnya dengan kepalanya yang ia letakkan di pangkuan Yeri. "Sorry, puyeng banget, gue tiduran aja ya."

Yeri tak membalasnya dengan sepatah katapun namun dirinya lanjut mengambil obat luka yang disiapkan untuk mengobati Hendri.

"Jangan berantem." kata Yeri begitu mulai mengobati wajah Hendri di pangkuannya. "Gue gak suka."

"Iya."

Yeri mulai mengobati pelipis Hendri yang tentu saja membuat Hendri lagi-lagi mengaduh kesakitan.

"Tapi gue lebih gak suka kalo ada yang ngomong jelek tentang lo." kata Hendri sembari meraih tangan Yeri yang sedang sibuk mengobati pelipisnya. "Are you okay now?"

Yeri diam sesaat untuk akhirnya mengangguk. "Iya, gapapa. Makasih ya," katanya lalu lanjut mengobati wajah Hendri.

"Jangan dipikirin omongan yang tadi ya? Kita semua beneran tulus kok temenan sama lo. Like what I've said before, kita semua beruntung punya temen kayak lo. You're the one who keeping us sane, Sal."

"Iya, kalo itu gue percaya kok. Gue percaya kalian semua beneran temen baik gue,"

"Tapi...?"

Yeri kemudian lanjut mengobati pipi Hendri yang terluka seraya menjawab ucapan Hendri.

"Tapi... kayak... sedih aja. Sedih ternyata banyak banget orang yang mandang gue jalang, jablay, cewek kegatelan, cewek murahan—"

"Hush!" Hendri membungkam mulut Yeri. "Mereka gak tahu siapa diri lo yang sebenernya. Gak usah dipikirin, ya? Kita-kita sama sekali gak ada yang mikirin itu kok. Know your worth, Sal. Don't let jerk's words ruin yourself. Just focus on the ones who love you, okay?"

Yeri mengangguk dan lanjut mengobati luka yang kini ada di sudut bibir Hendri. Wajah Yeri yang dekat sontak membuat Hendri tersenyum lebar.

"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Yeri yang melihat Hendri cengar-cengir.

"Kalo dipikir-pikir, sekarang mirip pas kelas 10 ya? Ini kedua kalinya gue bonyok selama SMA dan lo juga yang nyembuhin lagi." kata Hendri seraya terkekeh.

Yeri tersenyum simpul mendengarnya. Hening beberapa saat.

"Jangan bilang karena hal itu dulu lo suka sama gue?" ujar Yeri asal.

"Kok tahu?" Hendri terdengar kaget.

"Jadi beneran...?"

"Iya...."

"...."

Yeri sama sekali tak berucap dan lanjut mengobati luka terakhir di wajah Hendri hingga selesai. Keheningan melanda bahkan hingga Yeri merekatkan plester terakhir di pipi Hendri.

"Sal,"

"Ya?"

"Can you stop giving me hope?"

Perkataan Hendri yang terdengar serius diikuti dengan dirinya yang bangkit dan kembali duduk bersandar ke sofa. Sorot matanya berubah menjadi sendu.

"It's confusing... really confusing." lanjut Hendri nanar.

Yeri yang tak menjawab memberanikan diri menatap Hendri yang berada di dekatnya.

"Lo baik banget ke gue yang bikin gue berpikir kalo lo juga punya perasaan ke gue tapi... lo gak pernah jawab pertanyaan gue tentang perasaan lo sendiri yang bikin gue mikir you don't like me the way I like you."

Ucapan Hendri membuat napas Yeri tertahan sesaat. Mulutnya terkatup dan lidahnya kelu.

Hendri kemudian meraih tangan Yeri dan berkata, "Sal, look me in the eye. Please." pinta Hendri.

Yeri perlahan menatap mata Hendri. Mata dengan iris berwarna gelap yang terlihat sangat sendu di sana.

"Tolong jawab pertanyaan gue, kali ini aja." kata Hendri.

Yeri menunggu ucapan Hendri berikutnya. Baginya sekarang satu detik terasa berkali-kali lipat lebih lama.

"Do you have the same feeling as mine, or not?"

Hendri senantiasa menunggu jawaban Yeri. Raut wajah Yeri perlahan menjadi lara. Terlihat sekali Yeri kesulitan untuk berucap. Belasan detik pun terlewat dalam keheningan.

"I'm sorry,"

Satu air mata berhasil terjatuh saat Yeri mengatakan hal itu dengan suara paraunya yang pelan. Bahkan dari ucapan Yeri barusan, Hendri merasa sudah tahu kemana jawaban Yeri.

"I'm sorry... I'm not ready."

Walau dunia Hendri terasa berhenti berputar seketika, perlahan-lahan lelaki itu mengukir senyuman di wajahnya. Senyuman pahit yang selalu ia keluarkan ketika hatinya sedang tersiksa.

"Okay." kata Hendri seraya mengangguk. "It's okay."

Mendengarnya perasaan Yeri bertambah hancur. Suara-suara di batinnya saling beradu. Di sisi lain dia memang merasa belum siap untuk menyukai orang lain, tapi di sisi lain dia juga terluka melihat sahabatnya hancur.

"It's really hard...." kata Yeri. "It's... I don't know, Hendri. Gue bener-bener gak tahu, Aheng. Maaf." racau Yeri masih menangis tersedu-sedu.

"It's okay," kata Hendri seraya tersenyum. Lelaki itu kemudian menarik Yeri ke pelukannya. "Gue gak mau perasaan gue jadi beban buat lo kok Sal.... Lo menganggap gue keluarga aja udah termasuk salah satu hal yang paling membahagiakan buat gue kok."

Mendengarnya tangisan Yeri semakin pecah dan perlahan membalas pelukan Hendri di sana. Berkali-kali Yeri mengatakan maaf dan berkali-kali pula Hendri mengatakan gak apa-apa. Sampai akhirnya tangisan Yeri berhenti perempuan itu memutuskan untuk pulang ke rumahnya dan memberikan Hendri ruang.

Yeri pulang dengan isi kepala yang saling bersahut-sahutan. Batinnya terasa kacau karena konflik yang terus-menerus membuatnya merasa kebingungan. Entah dia merasa kasihnya untuk Mark belum usai, atau dia masih menyangkal perasaan yang tumbuh di hatinya karena tidak mau menjadikan Hendri sebagai pelarian.

Dan ketika Yeri sudah lenyap dari hadapannya, giliran Hendri yang menangis.










































sesungguhnya tujuan saya nulis buku ini cuma pengen bikin aheng difriendzone soalnya cocok banget HAHAHAHAHhhaaHAHahAHHahhAHHAHAhahHAHAHhaaY mAAAaAFFffFF *smiles in pain*

Continue Reading

You'll Also Like

15.3K 1K 41
[END] Kumpulan suka-duka keseharian para anak WeGo yang random dan gado-gado "Dari pada jadi sadboy mending jadi myboy mas😎 hehe" "ABANG GAK BOLEH...
31.7K 2.5K 49
4 cegil dengan kisah mereka masing-masing Karina si gagal move on Giselle si paling Friendzone Winter si paling gak peka Dan Ningning si paling gak j...
11.4K 1.7K 30
Gara-gara perjanjian konyol tujuh tahun lalu, keduanya terpaksa memendam perasaan masing-masing. Perjanjian untuk tidak saling menyukai sampai kapanp...
10.7K 1.3K 32
[COMPLETED] Selain bangunan sekolah yang bagus dan fasilitas sekolah yang sangat memadai, siswa-siswa baru begitu penasaran sama DUA ORANG INI pas ma...