Boss Gangster dan Bu Dokter I...

By ithanajla

42.2K 7.3K 2K

Steve Kimm yang hampir mati konyol saat lari dari kejaran musuh, menggedor pintu rumah siapapun demi pertolo... More

1. Bocah Tengil
2. Mami muda berkaki sexy
3. Akan Ku Simpan dalam Hatiku
4. Pria sejati tidak boleh menangis
5. Awal Pertemuan
7. Jangan takut, ada aku di sini
8. Merepotkan kalau sedang ingin bercinta
9. kenapa lebih mirip aku
10. Apa kau menghamili mami dan menghasilkan aku?
11. Menghamili setan.
Cinta Tiga Penjuru
12
13. Gerald dan Rasa Mengganjal
14. Papinya Mas Garry
15. My Rosy My All
16. Adik-adik Garry, sabar ya!
17. Gerald atau Geraldin
18. Gerald and His Secrets
19. Yang tersisa hanya seorang Geraldin
20. Seperti Kucing Birahi
21. Kisah Khayalan Steve
Tetangga, Masnya Mantan

6. Psikopat Ganjen

1.8K 364 127
By ithanajla

Aku tahu kalian rindu, sama... Aku juga rindu kalian 😍😍
Apalagi aku PHP terus, janji nanti up, eh ternyata enggak 😅😅😭😭

Tapi aku benar-benar tidak tahu akan memulai dari mana.

Kadang aku merasa harus menulis cerita baru yang lebih fresh. Yang ketika nulisnya ngalir begitu aja, ga pake mikir kek Steve dan Sandra si perawan tua 😅 tapi aku juga ga mau menggantung cerita yang sudah aku mulai ini 😭😭😭

bingung ga jadi aku, bingung lah! Masak enggak! 😆😆

****

Rosy baru saja masuk ke dalam halaman rumahnya, sedikit kesusahan ketika memarkirkan mobil karena terhalang mobil lain. Sempat merasa bingung dengan jajaran mobil lain yang berjajar sepanjang jalan depan rumahnya. Di tangannya makan siang untuk Steve dia jinjing ringan. Apakah pemilik mobil-mobil itu mencari si gila Steve?

Benar saja saat memasuki teras rumah, yang pertama kali Rosy lihat adalah barisan orang yang sedang menekuk kaki ke lantai, menunduk dalam-dalam penuh ketakutan. Bahkan ada yang sampai mengeluarkan air bak bulir jagung di dahinya. Memang sih, udara sedang panas sebab matahari siang ini sungguh terik.

Heran sekali pada keadaan orang-orang ini, Rosy berjalan sedikit tergesa demi mencari tahu. Seseorang ingin mencegahnya masuk, tapi Rosy mendelik tak terima.

"Ini rumah saya." Tegas Rosy pada seorang pria yang akhirnya mengangguk lalu kembali ke posisi semula. Menekuk kaki ke lantai dan menunduk dalam. Yang lainnya tak ketinggalan melirik Rosy ingin tahu, tapi Rosy abaikan dulu. Dia melongok ke balik pintu rumahnya sendiri, kondisi yang sama dia dapati. Beberapa orang melakukan tindakan serupa dengan yang berada di teras ini. Rosy menggeleng heran, apa-apaan ini.

Rosy hendak bertanya pada salah satu dari mereka, tapi teriakan menakutkan bergema dari dalam rumahnya. Bagusnya, Rosy tahu itu perbuatan siapa. Rosy berjalan cepat melewati orang-orang yang khidmat menunduk yang berjajar dari ruang tamu hingga ke ruang keluarga rumahnya, di mana seorang yang mencolok bagai raja duduk memasang ekspresi gila.

Tatapan remeh dan senyum main-main itu bagai sembilu. Seseorang yang tengah berlutut di kakinya menunduk gemetar. Di tangan Steve, sebuah pistol entah mainan atau sungguhan digoyangkan bagaikan benda tersebut memang sungguh-sungguh mainan. Pria gila itu pandai sekali mengintimidasi ya, batin Rosy bergemuruh karena takut. Walau diam-diam Rosy juga mendengus dalam hatinya, jadi dia menolong bos gangster?

Raut Steve bagai pembunuh haus darah, tersenyum tapi tak sampai ke matanya. Seseorang yang sudah babak belur dengan wajah tak dikenali tergeletak tak berdaya di depan kakinya. Pada punggung kemejanya merembes darah yang mirip dengan punya Steve.

Apakah Steve sedang mewujudkan pembalasan nyawa dibayar nyawa, punggung dibayar punggung?

Rosy tidak tahu, apakah dia harus takut pada Steve atau bersikap biasa-biasa saja seperti sebelumnya. Wajah pria itu sudah tak lagi sepucat pertama kali Rosy menemukannya tergeletak tak berdaya di atas ranjangnya. Celana yang dikenakan Steve itu adalah milik Gerald, yang ketika Steve berganti, dibantu Garry dengan senang hati. Sementara tubuhnya yang berotot masih dibalut perban yang membebat sebagian besar badannya. Luka dan memar di wajahnya juga mulai mengering.

Beberapa yang menyadari dirinya memasuki rumah hanya berani melirik diam-diam, merasa aura Rosy sedikit berbeda dari orang kebanyakan yang pasti akan ketakutan walau hanya untuk berjalan santai saja seperti dia.

"Bangun, tunjukkan kesombonganmu seperti saat kamu menyabet punggungku." Steve menyeringai saat berucap kalimat tantangan itu.

"Ampun bos besar..." Lemah pria itu memohon, suaranya putus asa mengundang senyum puas di wajah sang raja.

"Ampun katamu?" Steve terkekeh rendah, di wajahnya tidak ada raut kesakitan sama sekali. Padahal pagi tadi, Steve berdesis berkali-kali saat Rosy membersihkan lukanya.

"Maafkan aku boss..." Pria yang meringkuk itu terlihat hampir mati, nadanya tercemar tangis dan sakit. Ingin Rosy berlari untuk membantunya. Sebagai dokter dia tidak mungkin diam saja melihat orang sekarat dengan sekujur luka itu. Tapi melihat pada Steve yang kejam begitu membuat Rosy sedikit gentar. Kakinya terpaku dari balik lemari tinggi yang memisahkan ruang tamu dan ruang keluarga.

"Pecundang ini menolak tantangan duel satu lawan satu dariku semalam, Cckk, sekarang aku tanya, bagaimana rasanya dikeroyok, hn?"

"Aku tidak tahu itu anda bos..." Rintih orang yang tak berdaya itu.

"Tidak tahu?" Lagi Steve terkekeh rendah dengan cara yang menakutkan. Hingga seorang wanita berambut kumal dengan wajah busuk muncul di belakang Steve, memandang lurus penuh dendam para orang yang meringkuk memohon ampun dilantai itu. Membuatku bergidik, lalu segera memalingkan muka.

Seseorang di belakang ku menarik lenganku.

"Apakah anda pemilik rumah ini?" Bisiknya takut-takut, yang segera Rosy jawab dengan anggukan.

"Tolong menjauh saja, bos sedang marah, nanti anda celaka." Pria muda itu terlihat mengkhawatirkan Rosy.

Memangnya dia siapa menyuruhku pergi, itu yang pertama kali Rosy gumamkan dalam hati.

"Ampuni aku bos, istriku akan melahirkan sebentar lagi." Rintihan suara yang melantunkan kesakitan itu membuat Rosy menoleh. Matanya juga melirik wanita yang ternyata kini berdiri tepat di sebelah pria yang meringkuk di lantai. Rosy menggeleng, tak ingin tahu apa hubungan arwah penasaran dengan orang itu.

"Sama, maminya anak-anakku juga marah padaku karena luka-luka yang kau sebabkan ini.

Cih, dasar pria gila. Jangan bilang maminya anak-anak yang dia maksud itu aku.

"Ampun bos, tolong sampaikan maaf saya pada istri bos. Tolong lepaskan saya bos..."

"Sekarang siapa yang lemah, kamu hanya melawan Timy seorang. Lihat lah, kematian sudah mengintaimu." dengus Steve dengan wajah gelap.
"Tapi karena kamu sudah membuatku senang dengan menyebut istriku, maka ku ampuni kamu." Lanjut pria itu menarik sudut-sudut bibirnya, senyum berlebihan mengembang. Dia terlihat seperti remaja labil yang tengah jatuh cinta. Rosy bergidik sendiri, karena di matanya kini Steve terlihat seperti pria psikopat.

Istri? apakah aku tidak ge-er namanya kalau aku menganggap yang dia maksud itu aku lagi? Geram Rosy hanya dalam pikiran saja. Meskipun begitu, Rosy masih menampilkan ekspresi takut pada bos gangster di depan sana. Memangnya siapa yang tidak takut sih, apabila menyaksikan pemandangan di ruang keluarga yang kini serupa ruang eksekusi.

Bukannya senang, pria yang meringkuk menahan sakit itu justru menangis. "Terimakasih bos, saya akan mengingat kebaikan bos ini. Kalau saya sembuh saya akan mengabdi padamu bos, saya bersedia mengkhianati Syarif Bos, saya janji. Terimakasih, terimakasih." Katanya tersengal-sengal hampir pingsan.

"Baiklah, pergi sana." Usir Steve dengan melambai riang. Dia lempar pistolnya begitu saja, yang ditangkap anak buahnya dengan tangkas.

"Singkirkan dia, aku tidak mau maminya anak-anak marah melihat rumah kami berantakan begini." Perintah Steve pada anak buahnya.

Dasar genit, memangnya siapa dia mengakui rumahku sebagai rumahnya, batin Rosy mencibir.

"Baik, bos! Akan kami bereskan." Ujar pria yang menangkap pistol tadi, setelahnya dia menggerutu sembari menarik pria yang terluka parah itu.
"Kenapa sih, dia tidak menghubungiku seperti biasa sedari awal sadar." Kata pria yang Rosy taksir usianya hampir sama dengan Steve itu, lebih pada diri sendiri.

Jadi apakah sebenarnya Steve itu sengaja tidak menghubungi anak buahnya dan memilih berlama-lama tinggal disini. Aih, apa maunya pria gila itu sih!

"Kamu menyalahkan aku, Tim?" Bentak Steve rendah, dahinya sedikit mengernyit.

"Mana berani sih bos." Jawab pria yang dipanggil Tim itu.

"Omong kosong! Auwh!" Steve mengaduh setelah tiba-tiba berdiri lalu membentak bawahannya yang segera membungkuk berkali-kali memohon maaf.

Rosy bersedekap ketus, memberanikan diri. Mencoba bersikap tenang selayaknya dokter sekaligus tuan rumah. "Kalau sampai punggungmu robek lagi, jahit sendiri, makan sendiri, minum obat sendiri." Ancam Rosy dengan wajah serius, pada Steve. Namun mata Rosy menatap pria yang meringkuk itu ingin tahu. Memindai letak luka-luka ditubuh pelaku yang kini justru korban Steve.

"My sexy feet, kamu sudah pulang?" Wajah sadis pria itu berubah menjadi sumringah. Seolah-olah ketakutan yang dia sebarkan pada orang-orang berjas hitam tadi hanyalah mimpi. Senyum jenaka dengan binar di mata Steve membuat Rosy terganggu. 

"Sana makan, terus minum obat. Baru setelah itu pergi jauh-jauh dari sini." Ketus Rosy berusaha terlihat tak ketakutan.

Rosy lalu meletakkan sekotak makanan di depan meja. Tubuhnya yang semampai menghadap pada beberapa pria yang hendak membawa tawanan mereka.

"Hentikan!" Cegah Rosy.
"Akan ku lihat lukanya, aku tidak mau merasa bersalah pada orang sekarat karena membiarkannya mati di rumahku." Begitu kalimat yang meluncur tenang dari bibir Bu dokter cantik itu.

Sejak awal hal tersebut memang menjadi niat Rosy, tanpa intimidasi dari wajah hancur membusuk yang berada di belakang pria sekarat itu. Yang mana sedang menatap Rosy penuh permohonan. Wanita hantu itu ingin Rosy menyelamatkan si pria tawanan Steve?

"My Rosy, dia musuhku..." Tegur Steve cemberut, yang membuat Rosy menggeleng tak habis pikir adalah bagaimana bisa Steve mengekspresikan wajahnya bagai orang yang tak bersalah di depannya.

"Benar, Mami, dia yang menyebabkan bos terdampar disini."

Dahi Rosy mengernyit dalam. 'Sejak kapan aku punya anak setua kamu', protes Rosy. "Kenapa kamu memanggilku mami?" Tanya Rosy tak terima. Enak saja, pikirnya.

"It... Itu, karena bos bilang anda, maminya anak-anaknya bos. Berati anda adalah mami kita semua." Ucap pria itu.

Seketika Rosy memejamkan mata, pipinya memerah malu, entah kenapa ada perasaan demikian ketika ucapan seperti itu keluar dari mulut orang lain. Itu benar-benar menggelitik menurut Rosy. Mengingatkan Rosy pada percakapannya dengan Steve di malam dia tertidur dalam pelukan pria gila itu.

Rosy yang tak suka banyak bicara sedang tak ingin berdebat. Bosnya gila, anak buahnya juga pasti gila. "Aku tak peduli, aku seorang dokter. Tidak mungkin membiarkan orang mati begitu saja di depan mataku, di rumahku. Steve apa kamu bisa memahami posisiku." Rosy menatap Steve bersikeras. Berdoa dalam hati, semoga pria gila di depannya ini tak benar-benar ingin membunuh orang.

Lagipula rasa sesak yang dikirimkan si wanita berwajah busuk padanya itu mulai menghimpit dada Rosy. Sepertinya arwah wanita itu tak ingin pria musuh Steve mati. Terbukti dari cara wanita itu menyerang Rosy, hendak mengambil alih tubuhnya.

"Maminya anak-anak," Steve memasang wajah memperingatkan, ingin sekali Rosy menjahit mulutnya yang terus saja menyebut dirinya maminya anak-anak. Dia pikir, aku ini bahan olok-olok, begitulah kekesalan Rosy. Tapi tentu saja Rosy tak berani. Sudah jelas sekarang bahwa Steve itu bukan hanya pengusaha selayaknya yang tertera pada tanda pengenalnya.

"Steve tolong..." mohon Rosy sungguh-sungguh. Wajah Rosy yang memerah, dikira Steve sedang memelas. Padahal dia sedang membagi konsentrasinya agar arwah wajah busuk itu tak merasukinya.

"Baiklah, jangan memasang wajah merajuk seperti itu, lakukan saja sesukamu. Aku mau makan." Putusnya mengambil kotak dalam kantong kertas di hadapannya.

Rosy berjalan cepat memasuki kamarnya, dimana peralatan yang tadi pagi dia gunakan untuk memeriksa luka Steve dia letakkan.

"Apa ini, My Rosy?" Tanya Steve pada kotak makanan. Sementara anak buahnya yang lain menonton Steve dan juga Rosy.

"Daging lada hitam. Kenapa orang-orang ini, terus saja berlutut? Kamu tidak kasihan apa?" Tegur Rosy pada si bos dengan mengerahkan keberanian. Padahal jantungnya berdetak lebih kencang karena takut Steve akan muntab, jika mengingat tatapan membunuhnya tadi.

"Kenapa baunya aneh?" Steve menggosok hidungnya. Mengabaikan pertanyaan Rosy. Apa Rosy tidak tahu, itu adalah hukuman kecil bagi anak buahnya karena baru menemukan dirinya di hari senin setelah hampir mati pada sabtu malam kemarin.

"Aku membelinya di restoran China. Bumbunya baik untuk memulihkan jaringan ototmu yang putus." Jawab Rosy, sementara tangannya yang cekatan sudah menggunting kemeja pria yang meringkuk itu.

"Jangan takut, aku dokter." Bisik Rosy pada si pria sekarat tersebut.

"Aih, kamu perhatian sekali, maminya anak-anak." Yang ini jelas kalian tahu siapa itu, bola mata cantik Bu dokter memutar jengah. Dasar psikopat ganjen! Gila!

"Dasar gila!" Umpat Rosy kesal, tak bisa hanya memendam makiannya lagi.

"Pfftt" itu suara tawa tertahan beberapa anak buahnya yang langsung berdiri saat menerima isyarat untuk keluar rumah dari Steve ketika Rosy mengeluhkan tentang mereka yang terus berlutut.

"Yang tertawa, akan ku lempar ke neraka! My Rosy, aku memang tergila-gila padamu." Ucap Steve dengan mimik menjijikan di mata Rosy.

Dia memang gendeng, lagi-lagi Rosy bergidik. Kenapa dirinya ditakdirkan bertemu dengan pria gila itu.

_____________

Aihhh leganya setelah berhari-hari, menulis part ini.

Terimakasih yang udah nunggu Steve - Rosy dengan harap-harap cemas. Wkkkk

Love you more 😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

445 43 6
Ini adalah series original JKT48. Cerita murni karangan saya sendiri. Yang sama hanya nama tokoh dan sampul. •Chole-zee •Clara-christy •Abigail-grac...
15.5K 2.1K 32
[Jangan lupa untuk feedback nya, baik sebelum atau sesudah membaca] [Lokal] BABYMONSTER | Season 1 | ꓃ | Three Blood Promises! | ***** Dikisahkan 7 s...
1.4M 55.3K 71
Marvel itu cowok yang terbilang nakal. Kerjaannya membolos, ngerokok dan kenakalan lainnya. Bahkan ia mempunyai geng motor yang di ketuai olehnya. Te...
137K 11.4K 37
Landers University, salah satu kampus ternama di California, Amerika Serikat. Tentu saja di setiap kampus memiliki beberapa mahasiswa dan mahasiswi f...