CACAT LUKA

By matcharay_

2.5M 459K 541K

©2021 More

ZERO
CACAT LUKA || PROLOG
ONE
TWO
THREE
FOUR
FIVE
SIX || MEMORIES
SEVEN || MEMORIES
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
TWELVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
SIXTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
THIRTY ONE [FLASHBACK]
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FORTY
FORTY ONE
FORTY TWO [MEMORIES]
FORTY THREE
FORTY FOUR
FORTY FIVE
FORTY SIX
FORTY SEVEN
FORTY EIGHT
FORTY NINE
FIFTY
FIFTY ONE
FIFTY TWO
FIFTY THREE
FIFTY FOUR
FIFTY FIVE
FIFTY SIX
FIFTY SEVEN
FIFTY EIGHT
FIFTY NINE
SIXTY
SIXTY ONE
SIXTY TWO
SIXTY THREE
SIXTY FOUR
SIXTY FIVE
SIXTY SIX [FLASHBACK]
SIXTY SEVEN
SIXTY EIGHT
SIXTY NINE
SEVENTY [FLASHBACK]
SEVENTY ONE
SEVENTY TWO
SEVENTY THREE
SEVENTY FOUR
SEVENTY FIVE
SEVENTY SIX
SEVENTY SEVEN
SEVENTY EIGHT
SEVENTY NINE
EIGHTY
EIGHTY ONE
EIGHTY TWO
EIGHTY THREE [FLASHBACK]
EIGHTY FOUR
EIGHTY FIVE
EIGHTY SIX
EIGHTY SEVEN
EIGHTY EIGHT
EIGHTY NINE
NINETY
NINETY ONE
NINETY TWO
NINETY THREE
NINETY FOUR
NINETY FIVE
NINETY SIX
NINETY SEVEN
NINETY EIGHT
NINETY NINE
ONE HUNDRED
ONE HUNDRED AND ONE
ONE HUNDRED AND TWO
ONE HUNDRED AND THREE
ONE HUNDRED AND FOUR
ONE HUNDRED AND FIVE
ONE HUNDRED AND SIX
ONE HUNDRED AND SEVEN
ONE HUNDRED AND EIGHT
ONE HUNDRED AND NINE
ONE HUNDRED TEN
ONE HUNDRED ELEVEN

TWENTY SIX

25.6K 5.6K 1.4K
By matcharay_

Setiap sekolah pasti ada misteri. Meskipun ada yang hanya berupa kabar angin, misteri itu tetap menarik untuk dipecahkan oleh beberapa siswa yang memiliki kekepoan akut yang mendarah daging.

Meteor dan Zero kompak memutar mata kala mendengar percakapan beberapa teman sekelasnya yang sedang merencanakan sesuatu untuk memecahkan misteri kematian kucing Pak Ganteng, Daratan. Kucing yang beberapa waktu lalu menghilang ternyata telah menjadi mayat dan di temukan tewas menggantung di salah satu pohon cabai. "Nggak logis banget, Anjing. Mati di pohon cabai? Ya kali Daratan depresi gara-gara diputusin cewek dan berakhir gantung diri di pohon cabai?"

Para siswa itu terlihat begitu serius dalam memecahkan misteri kematian Daratan.

"DARATAN!!" Teriakan Pak Ganteng terdengar hingga seluruh penjuru area sekolah. Beberapa Guru laki-laki terlihat sedang menenangkan Pak Ganteng yang menangis sembari memeluk mayat kucing yang dilapisi kain putih.

Filosofi melirik sekilas melalui jendela kelas dan menyeringai sinis kala Pak Ganteng tiba-tiba jatuh pingsan dengan tubuh Daratan yang sudah menjadi kaku. Tidak bergerak sedikitpun.

Konyol banget.

"Los!" Teriakan Fana membuat Filosofi mengalihkan atensinya ke arah cewek itu. Dia menyipitkan mata ketika Fana tiba-tiba berjalan mendekatinya dan mencubit pipinya -gemas. Zee dan Abigail yang baru memasuki kelas juga menampilkan ekspresi wajah yang mencurigakan.

"Ada apa?" Filosofi mengangkat satu alisnya. Dia menyentuh kening Fana.

"Aku nggak demam." Fana menepis tangannya.

Zee dan Abigail menyilangkan kedua tangan di depan dada. Kedua cewek itu memutar mata dan menulikan pendengarannya.

"Los, lo sayang kan sama gue?" Fana tidak membiarkan Filosofi mengatakan kata 'tidak' dan dengan cepat membekap mulut cowok bermarga Kanaka itu. "Lo nggak akan tega buat gue kecewa dengan menolak permintaan gue kan?" Fana memegang kepala Filosofi dan memaksanya untuk mengangguk. "Bagus." Salah satu sudut bibir Fana terangkat, tersenyum miring. Dia merogoh tas ranselnya.

Zee dan Abigail tersenyum misterius.

Fana membuka kotak bekal makanannya. Sementara Filosofi seketika membekap mulutnya -mual. "Bau busuk!"

"Itu bukan bau busuk!" Fana menahan Filosofi agar tetap duduk.

Filosofi menoleh ke arah Purnama yang langsung pura-pura buta. Cowok bermarga Kanaka itu memiringkan kepala -menatap Meteor dan Zero yang ternyata sudah lebih dulu menatapnya tajam, seolah memberikan isyarat tersembunyi, "apa lihat-lihat? Mau mati?"

Fana menulikan pendengarannya saat Filosofi terus merengek minta di bebaskan. "Buah bau busuk."

"Itu bukan buah bau busuk. Itu Durian. Setelah dimakan, nggak akan ada bau." Fana menggenggam satu potong buah Durian dan membawanya ke depan bibir Filosofi. "Buka." Filosofi menggeleng. "Buka, nggak?" Dia kembali menggeleng. Fana menajamkan tatapan, kemudian mendesis. "Buka, Los." Filosofi lagi-lagi menggeleng. "Buka atau kita-" Filosofi membuka mulut dan segera melahap durian di tangan Fana sebelum cewek itu berhasil menyelesaikan kalimat putusnya.

Fana dan teman-teman sekelasnya tertawa puas diatas penderitaan Filosofi. Yang paling bahagia jelas adalah Buana. Cowok itu bahkan mengambil spidol permanen dan mencoret wajah Filosofi menjadi gambar Babi dan itunya cowok.

"To-long." Gerakan jari Buana terhenti. Dan suasana kelas yang kala itu berisik tiba-tiba berubah hening ketika Filosofi memukul-mukul dadanya dengan ekspresi sakit. Matanya memerah dan napasnya mendadak sesak. Cowok itu berbisik, "Bi-ji Duriannya ke-te-lan."

Fana menjatuhkan kotak bekalnya.

Napas Filosofi tersendat. Dia memejamkan mata rapat dengan ekspresi menyakitkan, membuat Buana langsung bergerak cepat menarik cowok itu ke dalam pelukan. "Gue benci lo, Filosofi. Lo satu-satunya teman dajjal gue yang sejak dulu pengen gue bunuh. Karena sebentar lagi lo mati, gue berharap lo nggak akan tenang di alam sana, Los. Semoga lo menderita terus di alam kubur."

"Buana, lepas. Filosofi sesak napas!" Semua teman kelas Filosofi mencoba menarik cowok itu dari pelukan maut sang sekretaris kelas. "Sakaratul mautnya Jangan dipersusah. Kasihan!"

"Biarkan. Biarkan Filosofi mati di pelukan gue." Buana menggeleng seperti anak kecil.

Fana mengusap dahi Filosofi, perhatian. Dia menipiskan bibir. "Lo ngantuk, kan? It's okay, Los. Kalau udah nggak kuat, lo boleh tidur."

Mata Filosofi tertutup sayu. Cowok itu terkekeh getir. Detik selanjutnya, Filosofi memuntahkan biji Durian yang dia sembunyikan di bawah lidah. Sebenarnya, Filosofi tidak benar-benar tersedak biji Durian. Dia hanya ingin tahu bagaimana respon para sahabatnya dan pacarnya seandainya nanti dia benar-benar mati. "Ternyata, emang nggak ada yang peduli."

Buana melepaskan pelukannya dan menatap Filosofi marah. Dia memungut biji Durian itu dan kembali memasukkannya ke dalam mulut Filosofi -paksa. "Ayo telan sampai mati."

Filosofi mengangguk, nyaris menelan biji Durian itu sebelum akhirnya Zero yang sudah sangat muak menendang punggung Filosofi keras, membuat Filosofi langsung memuntahkan biji Duriannya yang tanpa di duga langsung mengenai mata Buana -tepat sasaran.

Buana memejamkan mata rapat, berusaha mengendalikan emosinya ketika Filosofi dan semua teman sekelasnya kompak menertawakannya.

"Pa-gi semua.."

Filosofi dan teman sekelasnya kompak mengalihkan atensinya ke arah pintu masuk kelas dan mendapati Bego berdiri dengan seragam sekolah yang bolong dan kotor. Kancing kemeja seragam sekolah cowok itu bahkan sudah hampir copot.

"Gembel-" Buana membekap mulutnya sendiri saat kata-kata itu spontan keluar dari bibir. "Sorry, Go. Gue keceplosan. Serius."

"Tapi Bego mirip gembel sih. Oh iya, lupa. Bego kan miskin," kata salah seorang siswi yang tanpa sengaja melukai hati Bego. "Ih, Bego bau banget. Kamu belum mandi ya, Go?"

"Keluar sana. Gue rasanya mau pingsan setelah cium bau badan lo yang kayak sampah," seru salah seorang siswa yang duduk di barisan belakang. "Kalau perlu, lo pindah kelas aja. Badan lo bau sampah, tolol!"

"So, what? Terus kenapa?" Zee tertawa hambar, seketika suasana kelas mendadak bungkam. Cewek bermarga Grey itu melangkah mendekati Bego yang entah kapan sudah menangis. Dia menggenggam tangan Bego dan memiringkan kepala, menatap tajam setiap siswa yang berniat kembali membuka mulut. "Brengsek."

Suara bantingan pintu terdengar keras. Zee menajamkan tatapan. Seseorang muncul dari balik pintu, ransel tersampir di satu bahu, mengenakan Jersey basket tanpa lengan, membuat otot tangannya terlihat jelas. Cowok itu menutup pintu di belakangnya dan wajah Jejak Altezza Gillova yang familiar membuat Zee tanpa sadar membuang muka. Aura cowok bermarga Gillova itu terlihat mengerikan.

"Minggir," suara sedingin es itu tiba-tiba membekukan kelas. Altezza mencengkeram dagu Zee, memaksanya untuk mendongak. Dia menatap Zee datar. Zeegrey balas menatap cowok itu tidak kalah datar.

Bego melepaskan genggamannya, tetapi Zee kembali menggengam tangannya dan menautkan jari-jari tangan keduanya. Kedua remaja itu saling menggenggam.

Altezza menurunkan tatapannya. Zee semakin mengeratkan genggamannya. Netranya menggelap. Diluar dugaan, cowok bermarga Gillova itu mengulurkan tangannya. "Ini juga mau di genggam."

Zee kehilangan kata-kata.

"Ezz." Buana mengguncang pundak Altezza. Sekretaris kelas itu mengerjabkan mata beberapa kali. "Pacar lo-"

"Ada kiper bukan berarti bolanya nggak bisa masuk gawang, kan?" Zee tersenyum miring. Dia menepis cengkeramannya. Zeegrey menatap Altezza lama, sebelum akhirnya berjalan keluar kelas -melewati Altezza yang hanya menanggapi kata-katanya dengan memutar mata. "Fuck."

_LUKA_

"Ergazza!" Cowok berpenampilan bad boy itu terus berjalan santai ketika seorang guru berteriak memanggilnya. Erga tidak menoleh apalagi menyahut. Dia tetap melanjutkan langkahnya dan memfokuskan tatapannya pada satu orang cewek yang berlari menuju toilet. "Ergazza, berhenti!" Guru itu menahan tangan Erga. Sementara Erga hanya memutar mata ke arah guru tersebut. "Kamu tuli, hah?"

"Saya yatim."

"Saya serius."

"Saya duarius."

"Biadab kamu!" Guru itu berteriak keras, membuat para siswa yang berjalan di koridor kelas menjadikan cowok itu pusat perhatian. Erga memilih diam. Sadar jika dia membalas, guru itu akan membuatnya terjebak dalam masalah dan berakhir masuk ke ruang BK. "Kenapa diam?" Erga menggeleng. Memutar mata, guru itu kemudian berbalik pergi menuju ruang Guru.

Hanya itu? Erga terkekeh. "Idiot."

Cowok itu lalu kembali melanjutkan langkahnya hingga sampai di depan pintu toilet cewek. Detik yang sama, bel masuk sekolah berbunyi, membuat semua murid yang masih berlalu lalang di sekitar koridor, bergegas masuk ke kelasnya masing-masing.

Di sisi lain, Zee yang baru selesai membuang air kecil -tercekat kala pintu toilet tiba-tiba terkunci. Cewek itu mencoba memutar handle beberapa kali, tapi tetap tidak membuahkan hasil. "Sialan." Ada seseorang yang mencoba menguncinya dari dalam toilet. Detik yang sama, lampu di dalam toilet tiba-tiba padam. Tubuh Zee mendadak gemetar. Dia memiliki ketakutan ketika berada di ruang sempit dan gelap. "Fuck," kaki Zee melemas. Cewek itu menyentuh dadanya yang mendadak sesak. Dia kesulitan bernapas. "Shh."

1,3k word

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.9M 102K 57
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
Sangga By Ririn

Teen Fiction

789K 108K 30
Semenjak kepergian Rigel, Sangga lah yang menggantikan peran Rigel sebagai ketua geng Toxic. Permasalahan demi permasalahan terus datang silih bergan...
5.5M 107K 11
[SUDAH TERBIT!] Denovano Dirta Derova adalah siswa SMA yang banyak kita temui di sekolah-sekolah lain. Badboy? Most-Wanted? Cool? Tampan? Karisma ya...
251 98 8
bagaimana perasaan seorang abang, ketika kehilangan adik perempuan satu satunya.