CACAT LUKA

By matcharay_

2.5M 459K 541K

©2021 More

ZERO
CACAT LUKA || PROLOG
ONE
TWO
THREE
FOUR
FIVE
SIX || MEMORIES
SEVEN || MEMORIES
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
TWELVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
SIXTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
THIRTY ONE [FLASHBACK]
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FORTY
FORTY ONE
FORTY TWO [MEMORIES]
FORTY THREE
FORTY FOUR
FORTY FIVE
FORTY SIX
FORTY SEVEN
FORTY EIGHT
FORTY NINE
FIFTY
FIFTY ONE
FIFTY TWO
FIFTY THREE
FIFTY FOUR
FIFTY FIVE
FIFTY SIX
FIFTY SEVEN
FIFTY EIGHT
FIFTY NINE
SIXTY
SIXTY ONE
SIXTY TWO
SIXTY THREE
SIXTY FOUR
SIXTY FIVE
SIXTY SIX [FLASHBACK]
SIXTY SEVEN
SIXTY EIGHT
SIXTY NINE
SEVENTY [FLASHBACK]
SEVENTY ONE
SEVENTY TWO
SEVENTY THREE
SEVENTY FOUR
SEVENTY FIVE
SEVENTY SIX
SEVENTY SEVEN
SEVENTY EIGHT
SEVENTY NINE
EIGHTY
EIGHTY ONE
EIGHTY TWO
EIGHTY THREE [FLASHBACK]
EIGHTY FOUR
EIGHTY FIVE
EIGHTY SIX
EIGHTY SEVEN
EIGHTY EIGHT
EIGHTY NINE
NINETY
NINETY ONE
NINETY TWO
NINETY THREE
NINETY FOUR
NINETY FIVE
NINETY SIX
NINETY SEVEN
NINETY EIGHT
NINETY NINE
ONE HUNDRED
ONE HUNDRED AND ONE
ONE HUNDRED AND TWO
ONE HUNDRED AND THREE
ONE HUNDRED AND FOUR
ONE HUNDRED AND FIVE
ONE HUNDRED AND SIX
ONE HUNDRED AND SEVEN
ONE HUNDRED AND EIGHT
ONE HUNDRED AND NINE
ONE HUNDRED TEN
ONE HUNDRED ELEVEN

TWENTY FIVE

24.7K 6K 1.8K
By matcharay_

"Sejak cewek yang gue sayang mati ditangannya sendiri." Sebelum Altezza sempat berkata-kata lagi, Zee membekap mulut cowok itu. Untuk beberapa detik lamanya, Zee dan Altezza sama-sama bengong. Cewek itu melepaskan bekapannya dan mengusap perban luka di kepala Altezza, canggung. "Sakit banget ya, Ez?"

Altezza mengangguk lemah. "Elus sampai Ezza bobo, boleh?"

Zee terdiam lama, memikirkan hal apa yang mampu membuatnya terbebas dari Altezza. "Boleh. Tapi dengan satu syarat."

"Apa?"

"Setelah malam ini, tolong jauhin gue."

"Apa itu artinya, lo nggak akan mau peluk gue lagi?"

"Ya kalau cuman sebatas peluk sih, it's okay. Tapi untuk hal yang lain, gue nggak mau."

"Yaudah."

Zee melotot. "Lo setuju?"

"Ya," jeda sejenak. "Nggak lah."

_LUKA_

Altezza menyandarkan punggungnya di salah satu batang pohon yang tumbuh menjulang di pinggir trotoar. Matanya menatap tajam ke arah Zee yang juga sedang menatapnya tidak kalah tajam dari seberang jalan. Setelah melakukan perdebatan kecil beberapa waktu lalu, Altezza memutuskan berlari menjauhi Zee dan memeluk kucing kecil yang kala itu nyaris mati tertikam pisau. Untuk beberapa saat lamanya, Altezza dan Zee sama-sama bisu, tidak tau harus melakukan apa. Handphone keduanya mati mendadak. Entah karena kebetulan atau Tuhan sengaja ingin mereka berdua menghabiskan malam dibawah bentangan alam.

"Meow?" Kucing di pelukan Altezza mendongak, menatap cowok itu sayu.

"Gue nggak apa-apa."

"Meow!" Kucing itu terlihat marah. Dia menoleh ke belakang, menatap Zee tidak suka. "Meow, meow meow meow?"

Altezza mengangkat satu alisnya. Dia tidak mengerti apa yang dikatakan kucing itu. Tapi sebagian dalam dirinya menyuruhnya untuk mengangguk. Detik yang sama, Kucing itu memberontak dan melepaskan diri dari dekapan Altezza. Tanpa di duga, kucing kecil tersebut berlari ke arah Zee dan tanpa aba-aba langsung mencakar lengan cewek itu dengan kuku tajamnya. "Meow!"

"Woi!" Zee berdiri dan mundur menjauhi kucing yang mencoba untuk mencakarnya sekali lagi. Sementara di seberang jalan, Altezza terlihat cuek tidak peduli. "Ez, bantuin gue!" Zee berteriak saat kucing itu berhasil mencakarnya sekali lagi. "Sakit!"

Seperti terkena sihir, Altezza langsung berlari ke arah Zee dan menjauhi cewek itu dari kucing kecilnya yang terlihat marah. Altezza mengusap lembut leher kucing itu penuh perasaan hingga tenang. Dia melirik Zee sekilas. "Nggak apa-apa?"

"Gue kenapa-kenapa. Lihat? Kening gue luka. Punggung gue memar. Dan sekarang?" Zee menunjukkan luka cakarnya pada Altezza. "Ini."

Altezza menatap datar luka cakar di lengan Zee yang menurutnya tidak seberapa dengan luka yang setiap hari didapati Grace ketika latihan. "Cuma luka kecil."

Zee menipiskan bibir dan meraih ranselnya yang tergeletak di bawah trotoar. Altezza mengikuti Zee dari belakang. Dia mengerem langkah dan membanting ranselnya jatuh. "Gue ngantuk." Sedetik kemudian, terdengar suara janggal dari perut cewek itu.

"Oh." Altezza membuka resleting ranselnya dan mengeluarkan satu roti beserta air mineral.

"Buat gue?"

Altezza tidak menjawab. Dia berjongkok dan meletakkan kucingnya dibawah kaki Zeegrey. Cowok bermarga Gillova itu menyobek bungkus roti itu dan memberikannya kepada kucing tersebut. "Meow meow!" Kucing itu langsung melahap roti yang disodorkan Altezza.

Zee menatap cowok itu geram. "Gue lapar, Ez. Gue butuh makan."

Altezza mengangkat wajahnya sedikit, menatap Zee dingin. Dia menyerahkan bungkus rotinya. Zee menerimanya. "Ini?" Dia meremas bungkus roti ditangannya kesal. "Memangnya bisa dimakan?"

"Coba aja."

Ragu, Zee menggigitnya dan mengunyahnya. "Nggak ada rasanya."

"Telan."

"Nggak apa-apa?"

"Ntahlah. Tapi, coba aja."

Zee mencoba menelan bungkus rotinya. "Susah."

Altezza melotot dan dengan cepat berdiri kemudian menangkup kedua pipi cewek itu. "Sialan. Keluarkan!"

Zee terbatuk dan mengeluarkan bungkus roti yang nyaris masuk ke tenggorokannya. Mata cewek itu memerah dan napasnya mendadak sesak. Altezza menghela napas kasar dan menarik kepala cewek itu bersandar di dadanya. Sementara Zee menggigit bibirnya kala merasakan detak jantung Altezza berdetak tidak karuan. "Bego."

Zee tidak mengatakan apapun.

Altezza mengangkat wajahnya sedikit, menatap Zee yang nyaris memejamkan mata tidak sadarkan diri. "Jangan."

"Apa?" Zee mendongak, menatap Altezza dengan mata menyipit. Bukannya menjawab, Altezza malah melepaskan pelukannya, membuat Zee yang belum sempat menahan jatuhnya terjatuh dengan kepala membentur kanstin trotoar terlebih dahulu. Suara hantaman keras antara kepala dan trotoar kala itu seakan mampu membekukan waktu. Detik selanjutnya, mata Zee kembali membuka. Dia mendesis. Cewek itu menyipitkan mata kala melihat sepasang kaki manusia berjongkok di depannya. Ragu, Zee mendongak dan mendapati seorang cowok menatapnya dengan netra memerah.

Pupil yang bergetar, dahi yang berkerut, bibir yang digigit—

Terluka.

Benar. Itu adalah ekspresi orang yang terluka.

"Apa lo terluka, Ezz?"

"Jangan bicara omong kosong," ekspresi Altezza berangsur dingin. Sebab untuk sepersekian detik, cowok itu merasa dirinya bukanlah sosoknya.

Tanpa berkata, cowok itu kembali membenturkan kepala Zee ke atas trotoar, membuat Zeegrey kembali jatuh pingsan. Setelahnya, Altezza menyelipkan tangannya ke ketiak serta punggung Zeegrey, menggendong tubuh cewek itu ala koala, lalu menyeret langkah mengikuti rute menuju halte. Tanpa sadar, seekor kucing kecil membuntuti langkah Altezza diam-diam. Ketika Altezza menoleh ke belakang, kucing itu terlentang, pura-pura pingsan.

Cowok itu terkekeh. "Bangun atau gue tinggal?"

Kucing itu spontan terbangun dan berlari mengejar Altezza, berharap cowok itu mau menjadikannya hewan peliharaan. "Meow!"

Altezza mengangguk kemudian tertawa kala kucing itu menggigit kakinya -seakan tidak terima jika dia hanya menggendong Zeegrey.

Saat senja, sebelum matahari terbenam. Seluruh langit berwarna jingga. Altezza mendekap Zee semakin erat —berharap Tuhan mau membekukan waktu walau hanya sesaat. Karena dia sadar akan waktunya di dunia ini -terbatas.

TBC.
828 word.

Continue Reading

You'll Also Like

580K 39.3K 41
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
251 98 8
bagaimana perasaan seorang abang, ketika kehilangan adik perempuan satu satunya.
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.9M 103K 57
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
3.7M 275K 42
[[Follow sebelum membaca]] -- Kinan, gadis ceria penyimpan banyak rahasia. Di balik senyum indahnya, Kinan menyimpan beribu luka terpendam. Kinan cum...