ANTARIS [LENGKAP]

By LisdaNuraini0

459K 24.3K 1.2K

[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA JIKA KAMU MENIKMATI CERITA INI!] "Anda datang de... More

01. PROLOG
02. Geng Adler
03. Tugas
04. Dia, Kembali
05. Murid Baru
06. Sosok Antaris di Mata Bella
07. Selamat Hari Ibu!
08. Jadi, Namanya Bella?
09. Kolor Kesayangan Antaris
10. Tips PDKT Versi Ales
11. Kenalan?
12. Pertemuan Yang Tak Terduga
13. Tante Cyrinda
14. Bella
15. Bakar-bakar
16. Bertemu kembali
17. Gosip
18. Pacaran?
19. Laporan
20. Siapa Aurora?
21. Teror?
22. Lingsir Wengi
23. Ander Ditipu?
24. Galang
25. Merasa Bersalah
26. Meminta Maaf
27. Astaghfirullah, Garrick!
28. Chat
29. Kue
30. Jadian?
31. Peje
32. Saling bercerita
33. Laporan (2)
34. Basket
35. Dia, Kembali (2)
36. Insiden di kantin
37. Double Apes
38. Main
39. Bikin Kesel
40. Meresahkan
41. Rencana Garrick Yang Gagal
42. Ketahuan?
43. Kelemahan Antaris
44. Terbongkar?
45. Kenapa?
46. Antaris Mabuk?
47. Aurora
48. Baikan?
49. Jadi, sebenarnya ...
50. Masalah Lagi?
51. Maaf
52. Dicek?
54. Terbongkar? (2)
55. Jadi ... benar?
56. Meninggal?
57. Hubungan Yang Membaik
58. End
59. Extra Part (I)
60. Extra Part (II)
61. Extra Part (III)
62. Extra Part (IV)
63. Epilog
Cerita Baru, Lapak Baru!
Cerita Baru, Lapak Baru! (2)

53. Tak Percaya!

3.6K 198 4
By LisdaNuraini0

Jangan lupa vote seperti biasa🥰

Happy Reading 💞

* * *

"Jadi, gimana Dok? Apa benar wanita itu hamil?" tanya Antaris pada Dokter yang baru saja memeriksa Aurora.

Dokter Riana menatap Aurora sebentar. Ia terpaksa harus berbohong untuk menyelamatkan gadis yang tadi ia periksa. Dokter Riana menatap Antaris dan Bella dengan perasaan bersalah. Kemudian, ia menghembuskan nafasnya pelan.

Dokter Riana mengangguk pelan. "Iya, dia hamil."

Deg!

Bella langsung menatap Aurora dengan tatapan yang sulit diartikan. Hatinya terasa sesak saat mendengar ucapan dokter Riana barusan. Jadi ... benar Aurora hamil. Dan, itu adalah anak Antaris, pacarnya.

Sedangkan Antaris, ia merasa kaget setelah mendengar ucapan dokter Riana barusan. Enggak! Pasti dokter itu salah. Gak mungkin Aurora hamil! Walaupun hamil, itu pasti bukan anaknya!

"Enggak, Dok! Saya gak percaya! Dia gak mungkin hamil! Pasti Dokter salah. Coba periksa lagi, Dok," suruh Antaris memaksa dokter Riana untuk memeriksa Aurora sekali lagi.

"Maaf, tapi saya gak salah. Dia memang beneran hamil," ujar dokter Riana lembut.

"Kamu sekarang percaya 'kan Ris kalau sebenarnya aku itu hamil?" tanya Aurora dengan senyuman bahagianya.

Antaris tak menjawab. Ia langsung menarik tangan Aurora kasar menuju luar rumah sakit. Sedangkan Dokter Riana yang melihatnya hanya mampu menggelengkan kepalanya pelan.

"Semoga gadis itu tidak disiksa," ucap dokter Riana sambil melangkah menuju kursinya.

Bella hanya mengikuti Antaris dan Aurora dari belakang dengan langkah pelan. Tatapannya kosong. Sungguh, sebelumnya memang ia tak percaya, tapi, setelah mendengar ucapan Dokter tadi ...

Bella menggelengkan kepalanya pelan sambil menghapus air mata yang tiba-tiba mengalir dari kedua pelupuk matanya. Bella mempercepat langkah kakinya untuk menghampiri Antaris dan Aurora.

Antaris melepaskan cekalan tangannya, ia menatap tajam Aurora. "Maksud lo apa, Ra? Pasti lo nyogok Dokter tadi 'kan, biar dia mengatakan kalau lo itu hamil? Iya, 'kan?!"

Aurora sempat terkejut, namun ia kembali menormalkan ekspresinya. "Aku gak nyogok Dokter itu, Ris. Tapi, emang benar kalau aku itu sebenarnya hamil. Hamil anak kamu, Ris."

"Bacot anjing!" bentak Antaris sambil mengepalkan kedua tangannya. Ia emosi, tentu saja.

Bella datang menghampiri keduanya. "Ternyata benar, Ris. Kalau Aurora itu hamil. Dan sekarang, kamu harus tanggung jawab! Nikahi dia dan putusin aku." Bella berucap dengan pelan sambil menahan air matanya agar tidak keluar.

Antaris langsung menoleh ke arah Bella. "Enggak, aku gak bakal tanggung jawab! Dia itu cuman pura-pura hamil, Bel. Sekalipun dia hamil, pasti itu bukan anak aku!"

"Udah berapa kali aku bilang kalau ini anak kamu, Ris. Anak kamu, bukan anak orang lain," ucap Aurora sambil mengusap perut datarnya.

Bella tertawa miris. "Dengar, 'kan? Sekarang kamu harus milih. Putusin aku, atau nikahin dia!"

Antaris menggeleng cepat. "Gak! Aku gak bakal milih, Bel! Aku gak mau putusin kamu, dan aku juga gak mau nikahin dia!"

Bella menatap dalam kedua mata Antaris. "Mana tanggung jawab kamu sebagai laki-laki, Ris?"

"Harus berapa kali aku bilang sih, Bel kalau aku itu gak pernah merkosa dia!" Antaris mengacak rambutnya frustasi.

Bella menatap sendu Antaris. Ia menghembuskan nafasnya pelan, sebelum ia mengeluarkan kata-kata yang mampu membuat Antaris diam. "Maaf, Ris. Kayaknya kita harus break dulu ..." setelah mengatakan itu, Bella langsung pergi sambil menangis.

Antaris langsung diam. Hatinya sakit? Tentu saja! Ia ingin marah. Ia ingin meluapkan segala emosinya.

Bugh!

"Anjing!" Antaris memukul tembok di sampingnya dengan kuat menggunakan kepalan tangannya.

Antaris menatap Aurora dengan tatapan yang sangat tajam. "Gara-gara lo, bangsat! Dasar cewek murahan, tai!" setelahnya, Antaris langsung pergi untuk menenangkan dirinya.

Aurora yang melihat pertengkaran antara Antaris dan Bella tadi hanya bisa tersenyum senang. Ia senang karena bisa membuat hubungan Antaris dan Bella renggang.

Aurora tersenyum licik, kemudian ia tertawa. "Dasar orang-orang bodoh. Mau aja ditipu, haha ..."

* * *

"Ris, gimana tadi? Aurora beneran hamil?" tanya Alfio saat melihat Antaris yang baru saja datang ke basecamp.

Sebelum menjawab pertanyaan Alfio, Antaris terlebih dahulu mendudukkan dirinya di kursi. "Iya. Tapi, gue tetep gak percaya."

"Tapi, kalau beneran Aurora hamil gimana, Ris? Lagian, bukannya tadi sama elo ya meriksanya? Masa lo gak percaya? Apalagi 'kan, tadi yang bilangnya Aurora hamil itu Dokter sendiri," tutur Ander menyampaikan isi pikirannya.

"Itu bukan anak gue," ucap Antaris acuh.

"Ya terus kalau itu bukan anak lo, berarti anak siapa dong? Anaknya si Udin, hah?" tanya Ander bercanda.

Alfio melempar bantal ke arah wajah Ander. "Sialan lo malah ngelawak!"

Arrion yang sedari tadi hanya diam pun akhirnya angkat bicara. "Kalau lo masih gak percaya Aurora hamil, terus Dokter tadi berucap bohong, gitu?"

Antaris mengangguk yakin. "Iya. Atau gak, bisa aja 'kan Aurora nyogok itu Dokter?"

"Bisa jadi, sih." Ander dan Alfio berucap kompak.

Saat mereka berempat sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing, tiba-tiba Garrick datang dan langsung duduk di samping Antaris sambil menunjukkan ponselnya. Antaris mengangkat satu alisnya bingung.

"Liat aja sendiri, Ris," suruh Garrick sambil memperlihatkan sebuah video pada Antaris, Alfio, Ander, dan Arrion.

Antaris mengepalkan kedua tangannya setelah melihat isi video itu. Di dalam video tersebut terlihat Aurora yang sedang memohon-mohon pada Dokter Riana agar menolongnya untuk mengatakan kalau ia hamil.

"Dari mana lo dapat video itu, Rik?" tanya Arrion penasaran.

"Bukan dari siapa-siapa. Ini gue yang video sendiri," jawab Garrick sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku bajunya.

"Caranya?" tanya Alfio penasaran.

"Jadi gini ceritanya ..."

Flashback on

Setelah menerima telpon dari Mamanya, Antaris langsung menelpon Garrick untuk jaga-jaga, takut Aurora kabur. Setelah Garrick menerima telponnya, Antaris langsung pergi dari sana menuju rumahnya. Dan, kebetulan sekali, pas ia pergi dari sana, Garrick juga baru sampai di rumah sakit.

Garrick langsung masuk ke dalam rumah sakit tersebut sambil mencari keberadaan Bella dan juga Aurora. Dari kejauhan, ia dapat melihat Bella yang sepertinya ingin pergi entah ke mana dan tertinggal lah Aurora sendiri di sana.

Garrick bisa melihat Aurora yang sedang celingak-celingukan kesana-kemari, setelahnya, Aurora masuk ke dalam salah satu ruangan. Karena merasa penasaran, akhirnya Garrick mengikuti Aurora dari belakang dengan diam-diam.

Garrick hanya diam di depan pintu masuk sambil mendengarkan percakapan antara dokter Riana dengan Aurora. Merasa percakapannya penting, Garrick langsung mengeluarkan ponselnya untuk merekamnya.

"Dasar wanita licik," gumam Garrick sambil mengakhiri rekamannya.

Setelah selesai, Garrick langsung pergi dari sana agar tidak ketahuan oleh Aurora.

Flashback off

"Pinter juga ternyata lo, Rik." Ander menepuk pundak Garrick pelan.

Garrick menepuk dadanya merasa bangga. "Ya iya, lah. Emangnya si Alfio, cuman jadi beban sahabat doang."

Alfio melirik Garrick dengan tajam. Kenapa jadi dirinya? Padahal dari tadi ia hanya menyimak, tidak ikutan nimbrung. "Setan, lo!"

Garrick tertawa, kemudian ia berdehem pelan untuk menormalkan kembali ekspresi wajahnya. "Ini bisa jadi bukti buat lo, Ris."

Antaris mengangguk. "Iya. Makasih, Rik. Ternyata gak sia-sia gue nelpon lo tadi."

Garrick mengangguk. Ia merasa senang karena bisa membantu Antaris, sahabatnya. "Yoi, Mas bro."

"Ris, lo masih ingat, 'kan tempat terakhir lo mabuk itu di mana?" tanya Arrion.

Antaris mengangguk. "Masih. Kenapa emangnya, Ri?"

"Di sana pasti ada cctv, 'kan? Kalau ada, kita bisa lihat apa saja yang Aurora lakukan sama lo," jelas Arrion membuat Alfio, Ander, dan Garrick mengangguk mengerti.

Antaris tersenyum senang. Akhirnya, ia bisa menemukan bukti bahwa dirinya tak bersalah. "Makasih, Ri. Makasih juga buat lo semua karna udah bantuin gue."

Mereka berempat mengangguk. "Kita 'kan harus solid." setelahnya, mereka berlima tertawa bersama.

* * *

-To Be Continued-

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 251K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
2.3M 123K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
483K 24K 34
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
438K 50.5K 33
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...