Stand by Me - Stray Kids Fanf...

By clvrxxmnky

28.6K 5.6K 536

Chan hanya mempunyai satu keinginan. Yaitu tidak datang terlambat. Karena dia ingin ada di sisi gadisnya samp... More

STARTING.
PRESENT : Zero.
PRESENT : One.
PAST : Two.
PAST : Three.
PRESENT : Four.
PAST : Five.
PAST : Six.
PAST : Seven.
PAST : Eight.
PAST : Nine.
PAST : Ten.
PRESENT : Eleven.
PAST : Twelve.
PAST : Thirteen.
PAST : Fourteen.
PAST : Fifteen.
PAST : Sixteen.
PAST : Seventeen.
PAST : Eighteen.
PAST : Nineteen.
PAST : Twenty.
PAST : Twenty One.
PAST : Twenty Two.
PAST : Twenty Three.
PAST : Twenty Four.
PRESENT : Twenty Five.
PAST : Twenty Six.
PRESENT : Twenty Eight.
PAST/PRESENT : Twenty Nine.
PAST : Thirty.
PRESENT : Thirty One.
PRESENT : Thirty Two.

PAST : Twenty Seven.

383 96 8
By clvrxxmnky

Hela napas lega terdengar tepat setelah Chan menutup laptopnya.

Direnggangkannya otot-otot tubuh yang terasa begitu kaku setelah seharian bekerja keras. Iya, seharian. Sejak pagi sampai jam dinding menunjukkan pukul dua dini hari Chan baru menyelesaikan pekerjaannya.

Jika bukan karena materi presentasi yang harus ditampilkan besok, mungkin saat ini Chan sedang tidur di penginapan keluarga Changbin yang ada di dekat pantai bersama Yeeun dan kedua adiknya setelah bersenang-senang sendirian.

Sayang seribu sayang, Chan harus berakhir di ruang kerja yang dulu adalah kamar masa kecilnya.

Beberapa saat usai meregangkan otot-otot tubuhnya, pandangan Chan bertemu dengan satu figura yang terpajang apik di sudut terbaik meja kerjanya. Senyum Chan seketika mengembang saat memandangi potret dirinya dan Yeeun yang diambil menggunakan kamera Yugyeom di ayunan.

Chan benar-benar tak menyangka jika waktu telah berlalu begitu cepat.

Rasanya baru kemarin foto itu diambil. Namun nyatanya pengambilan foto itu terjadi belasan tahun lalu. Anak perempuan yang tersenyum dalam pelukan Chan kala itu kini sudah tumbuh dewasa, begitu juga dirinya, begitu juga dengan teman-temannya.

Ah … Chan jadi rindu dengan gadisnya.

“Chris?”

Chan terperenjat mendapati seseorang memanggil namanya. Dengan cepat ia menoleh ke arah pintu dimana sang ayah yang memanggilnya berdiri.

“Astaga, Papa membuat Chris kaget.”

Tuan Bang tertawa pelan sebelum memutuskan masuk ke dalam ruangan, “Sorry. Tadi Papa kira kamu ketiduran di sini lagi.”

“Enggak, kok. Pekerjaan Chris baru saja selesai.”

“Kamu mau langsung tidur?”

Chan berpikir sejenak sebelum menggeleng, “Belum mengantuk, sih. Memangnya kenapa, Pa?”

“Sebenarnya ada hal yang ingin Papa bicarakan denganmu.”

"Soal apa?"

“Soal kakekmu dan . . .” Tuan Bang mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang ada. Pandangannya saat itu tak tertuju pada Chan yang menunggu lanjutan kalimatnya dengan penasaran, “Dan?”

“Dan perusahaan beliau.”

"Perusahaan Kakek kembali dalam masalah?"

Tuan Bang beri gelengan kepala, “Sebenarnya berkat bantuanmu waktu itu kondisi perusahaan kakek sudah jauh lebih baik. Hanya tinggal melakukan pembenahan sedikit sampai kondisi perusahaan kembali stabil seperti sebelumnya.”

“Lalu?”

“Chris, kamu tahu ‘kan saat perusahaan berada dalam masalah kemarin kondisi kakekmu langsung menurun?”

Tanpa ragu Chan beri anggukan kepala. Beberapa minggu lalu hampir seluruh keluarga Bang dibuat panik dengan berita Kakek yang tiba-tiba pingsan dan masuk rumah sakit. Nyonya Bang dan Hannah bahkan langsung terbang ke Australia untuk menjenguknya. Dan betapa terkejutnya mereka saat mengetahui bahwa perusahaan berada di ambang krisis karena satu dan lain hal.

Mendengar hal itu, Tuan Bang dengan segera menghubungi semua keluarga di Australia untuk memastikan apa yang terjadi, Chan yang kebetulan ada di ruangan yang sama pun turut membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Chan bahkan memiliki andil yang cukup besar saat itu, dibantu dengan sang paman yang memang berada di Australia.

“Kakekmu memutuskan untuk segera pensiun dan menyerahkan perusahaannya kepada ahli waris. Beliau pikir beliau sudah tidak sanggup memimpin di sana dan ini adalah waktu yang tepat untuk menyerahkan semuanya kepada ahli waris.” lanjut Tuan Bang.

“Jadi maksud Papa, Papa akan menggantikan Kakek di sana?”

Lagi, Tuan Bang sekali lagi beri gelengan kepala, “Not Papa but you.

“Apa?!”

Kali ini Tuan Bang bawa pandangannya bertemu dengan Chan yang menatapnya penuh keterkejutan, “Kamu, Chris. Kakek memilihmu untuk menggantikannya.”

“T-tapi kenapa Chris? Maksudnya kalau memang Kakek pesiun seharusnya yang menggantikan Kakek itu Papa bukan Chris.”

“Tapi setelah melihat cara kamu bekerja dan mengatasi masalah perusahaan kemarin Kakek lebih mempercayakan perusahaannya padamu.”

I won’t.

“Chris--”

I said I won’t, Pa! Kalau memang bukan Papa kenapa Kakek enggak memilih Uncle Sam? Uncle Sam juga turun tangan kok kemarin, jadi kenapa harus Chris?”

“Karena hanya kamu yang pantas.”

“Uncle Sam juga pantas!”

“Chris, dengarkan Papa dulu. Papa tahu kenapa kamu menolak dan Papa juga paham kenapa kamu bersikeras untuk bilang enggak, tapi Kakek dan perusahannya benar-benar membutuhkanmu setidaknya sampai kondisi kembali seperti sebelumnya dan sisanya terserah kamu.”

“Chris bakal bantu sebisa mungkin tapi Chris enggak mau kalau harus gantiin posisi kakek untuk mimpin perusahaan.”

“Chris--”

“Apalagi sampai harus kembali ke Australia yang itu artinya Chris harus ninggalin Korea dan ninggalin Yeeun sendirian di sini," ucap Chan tegas, “Chris enggak mau dan sampai kapan pun Chris enggak akan mau!”

Usai mengakhiri kalimatnya, Chan segera beranjak dari tempatnya duduk dan meninggalkan ruangan dimana sang ayah--yang sebenarnya sudah menduga jawaban ini--menghela napas berat dan memijat kepalanya yang terasa pening.

×××

“Chris,”

Entah sudah yang berapa kali panggilan Yeeun tak langsung mendapat sahutan. Yeeun mengikuti pandangan Chan mengarah ke depan. Sesekali gadis itu akan melirik Chan yang duduk tepat di sampingnya untuk memastikan objek yang ia pandangi sama dengan yang Chan pandangi.

Namun mulai dari anak kecil yang tengah merengek minta pulang karena takut disuntik, pasangan kakek-nenek yang duduk tenang dengan tangan bergandengan, resepsionis yang setia dengan senyum andalan, sampai lantai rumah sakit, tak satu pun objek yang dipandanginya sesuai dengan yang Chan pandangi.

"Chris,"

Sekali lagi Yeeun memanggil, tetapi pemuda itu masih belum beri sahutan.

“Melamun lagi, ya?” gumam Yeeun.

Gadis itu baru akan mengerjai Chan seperti sebelumnya saat sang pemuda ditemui dalam keadaan melamun ketika tiba-tiba saja rasa mual datang. Salah satu tangannya menutup mulut untuk mencegah apapun yang akan keluar sementara tangan lainnya secara spontan mencengkeram tangan Chan yang sukses mengembalikan kesadaran sang pemuda.

“Yeeun, kamu baik-baik saja?” tanya Chan khawatir.

Mustahil gadis itu mengatakan iya saat mual yang dirasa kian menjadi. Terlebih lagi pening kini mulai menggerayangi kepalanya.

“Kita pulangnya nanti saja, ya? Kamu istirahat dulu di sini kayak biasa.”

Yeeun menggeleng.

“Yeeun, tapi kamu--”

“Aku masih sanggup, Chris,” ucap sang gadis yang terdengar susah payah. Butiran-butiran keringat sebesar biji jagung yang muncul adalah bukti bahwa gadis itu tengah menahan rasa mual serta pening luar biasa yang menghantam kepalanya.

“Lagipula sebentar lagi giliran obatku, ‘kan? Jadi aku pasti bisa menahannya.”

“Kamu enggak perlu memaksakan diri.”

“Kamu yang enggak perlu memaksakan diri, Chris. Aku tahu kamu lelah karena pekerjaanmu yang banyak akhir-akhir ini, jadi lebih baik kita pulang biar kamu juga bisa istirahat.”

“Aku baik-baik saja.”

Yeeun tertawa, namun tawanya terpaksa terhenti saat mual kembali. Meski begitu, ia masih menunjukkan senyumnya saat berkata, “Kamu harus tahu kalau kamu keliatan sepuluh tahun lebih tua sekarang. Kamu harus lihat lingkaran hitam di matamu. Kamu keliatan kayak panda, tahu. Apalagi kulit kamu juga lebih pucat dari biasanya.”

“Tapi aku sungguh baik-baik saja.”

“Tapi kamu juga sudah berkali-kali melamun, Chris. Dan itu artinya kamu sedang lelah. Jadi kita langsung pulang saja, ya? Aku bisa menahannya, kok.”

Sesungguhnya Chan masih bersikeras menginginkan Yeeun beristirahat sebentar di salah satu bangsal sampai kondisinya lebih baik, namun keinginannya tak dapat terwujud saat petugas memanggil nomor antreannya dan Yeeun mendorong Chan untuk segera mengambil obat-obatan agar keduanya bisa pulang lebih cepat.

Maka Chan punya pilihan selain bangkit dari duduknya dan setengah berlari ke arah konter untuk menembus semua obat-obatan milik Yeeun dengan cepat sebelum kembali dan mendorong kursi roda Yeeun meninggalkan rumah sakit.

Sepanjang perjalanan, Chan tak henti-hentinya ulurkan tangan untuk mengusap punggung Yeeun dan memastikan bahwa gadis itu tetap baik-baik saja. Sesekali juga tangannya bergerak untuk menyeka butir-butir keringat yang mengucur deras di kening gadisnya.

Chan jelas sekali merasa cemas. Ini adalah kali pertama Yeeun langsung meninggalkan rumah sakit usai sesi kemoterapi. Biasanya gadis itu akan beristirahat dan tidur sebentar di salah satu bangsal sampai keadaannya membaik, setelah itu baru ia akan pulang.

Namun hari ini, entah karena apa, Yeeun meminta agar mereka langsung pulang usai sesi kemoterapinya. Dan yang bisa Chan lakukan hanyalah memastikan gadisnya dalam keadaan baik hingga mobil yang ia kendarai sendiri tiba di rumah keabuan milik sang gadis dengan selamat.

Agassi baik-baik saja? Kenapa langsung pulang? Kenapa tidak istirahat dulu di sana?” adalah Deokmi Ajhumma yang pertama kali menyambut keduanya di rumah. Wanita yang masih setia menemani Yeeun hingga saat ini membantu Chan memindahkan Yeeun ke kursi roda.

“Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja, Deokmi.”

“Syukurlah,” Deokmi Ajhumma menghela napas lega. Rupanya beliau memiliki kecemasan yang sama dengan Chan. “Agassi langsung istirahat di kamar, ya? Tempat tidurnya sudah dirapikan. Kalau Agassi butuh sesuatu langsung panggil Ajhumma, ya?”

Yeeun mengangguk kemudian membiarkan Chan kembali mendorong kursi rodanya hingga ke dalam kamar. Nuansa kamar gadis itu tak berubah. Deretan lego yang pernah Chan susun ada di sana, pun beberapa origami burung yang menggantung di langit-langit.

Chan kembali membantu gadisnya berpindah dari kursi roda ke tempat tidur. Ditariknya selimut hingga menutupi separuh tubuh Yeeun sebelum Chan mengambil tisu untuk menyeka kembali sisa-sisa bulir keringat di kening gadisnya.

"Masih merasa enggak enak?" tanya Chan. Raut khawatir tertinggal jelas di wajahnya.

Yeeun beri seulas senyum tipis. "Sudah kubilang aku baik-baik saja, 'kan?"

Tepat setelah gadisnya menjawab, ponsel Chan berbunyi nyaring dengan nama sang kakek yang tertera di layarnya. Pemuda itu menghela napas berat sebelum izin mengangkat panggilan tersebut dan keluar dari kamar gadisnya.

Sementara Chan mengangkat panggilan, Yeeun menyamankan posisi berbaring di tempat tidurnya. Cukup lama gadis itu menunggu Chan hingga rasa bosan mulai menghinggapi. Ia baru akan mengeluh ketika pintu kamarnya terbuka dan sosok Chan kembali memasuki kamarnya.

Wajah pemuda itu terlihat kesal ketika memasuki kamar, namun semuanya berubah ketika ia bertemu pandang dengan Yeeun. “Kupikir kamu sudah tidur.”

Yeeun menggeleng.

Chan mendudukkan dirinya di pinggir tempat tidur. Ia mengulas senyum tipis. “Tidurlah.”

Yeeun kembali menggeleng.

“Mau kunyanyikan?”

Yeeun masih memberikan jawaban yang sama.

“Terus kamu mau apa?”

Kali ini Yeeun merentangan kedua tangannya, “Mau peluk Chris, boleh?”

Chan sempat dibuat tak percaya. Pasalnya Yeeun tak pernah melakukan hal-hal seperti ini, bahkan setelah keduanya resmi bertunangan. Biasanya Chan yang akan meminta, itupun sering mendapat penolakan, tapi kali ini justru berbeda. Yeeun yang memintanya.

“Enggak boleh, ya?”

Chan tertawa pelan sebelum kemudian bergerak mendekati gadisnya dan membiarkan sang gadis memeluknya sesuai keinginan. Untuk sesaat keduanya terhanyut dalam pelukan. Baik Chan maupun Yeeun sama-sama menikmatinya. Keduanya menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang terkasih dengan Chan yang sesekali akan bubuhkan kecupan di puncak kepala gadisnya dan bisikan kalimat cinta.

Chan belai rambut gadisnya dengan lembut, namun sesaat kemudian dibuat terkejut dengan helai-helai yang ikut terbawa di sela-sela jemarinya. Bukan hanya satu, dua, atau tiga helai. Dan hal itu sukses membuat Chan menahan napas karena terkejut. Pun dadanya terasa sesak.

“Chris,” panggil Yeeun tiba-tiba yang berhasil menyadarkan Chan bahwa ia masih harus bernapas dan mengabaikan rasa sesaknya. Setidaknya untuk saat ini.

Hmm?”

"Kamu lagi banyak pikiran, ya?"

"Enggak."

"Mau berbagi?"

"Aku bilang enggak, Yeeun. Aku lagi enggak ada pikiran, kok."

Gadis itu mendengus tak suka. Chan jelas membohonginya. Namun ia juga tak bisa memaksa Chan untuk bercerita.

“Kalau begitu terima kasih.”

“Terima kasih untuk?”

“Untuk segalanya? Ya pokoknya terima kasih karena kamu sudah melakukan segala hal dengan baik selama ini, pasti tidak mudah, 'kan? Karena selama ini kamu sudah melakukan semuanya dengan baik, kamu pasti kelelahan, oleh sebab itu aku ingin memelukmu dan membiarkanmu beristirahat sekarang.”

“Tapi aku baik-baik saja. Aku enggak lelah.”

Yeeun kembali mendengus. Ia angkat kepalanya untuk menatap Chan. Salah satu tangan bergerak mengukir sesuatu tepat di kening sang pemuda ketika berkata, “Tapi disini tertulis dengan jelas, ‘Aku sangat lelah, tahu!’ terus ada emotikon sedihnya, jadi kamu enggak bisa bohong.”

Chan tertawa sebelum kembali mengeratkan pelukannya. Lebih erat dari sebelumnya. Pun ia kembali menghirup aroma tubuh gadisnya dalam. Lebih dalam dari sebelumnya. Tangannya yak lagi membelai rambut gadisnya.

Tanpa sadar air mata Chan jatuh begitu saja ketika berkata, “Iya, aku lelah, Yeeun. Sangat lelah. Jadi kumohon jangan pernah lepaskan pelukanmu. Peluk aku terus seperti ini.”

Dalam pelukan Chan, Yeeun mengangguk. Ia ikut mengeratkan pelukannya. Ia usap punggung lebar Chan dengan lembut. Dan untuk pertama kalinya gadis itu menyenandungkan lagu hingga Chan benar-benar terlelap dalam pelukannya.

Uwaaahhhh udah part 27 aja >< /shake my hand like chan's do/
Gak mau spoiler sih sebenernya tapi setelah part ini siap-siap ya hehehe siap-siap aja dulu^^

Anw thank you, love you, and see you!

Continue Reading

You'll Also Like

15.3K 1.3K 26
DI TULIS SEBELUM SAYA MEMAHAMI KAIDAH PENULISAN YANG BENAR Hana terbangun di Zaman Edo. Apa Hana kembali ke masa Lalu,? mengapa semua orang memanggil...
506K 37.6K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
650K 143K 68
Di dunia di mana kekuatan magis hanya didapatkan bila melakukan kontrak dengan para dewa, kedatangan Pemagis Murni, seorang yang memiliki magis tanpa...
442 54 18
- Sejak malam itu, semua berubah... - Bertahun-tahun, manusia dan vampir hidup berdampingan, menjalankan tugas yang diemban oleh masing-masing indivi...