Jangan lupa votenya ya🥰
Komen ya, kalau ada yang typo.
Happy Reading 💞
* * *
"Abang ..." Bella langsung memeluk Arka yang sedang duduk sambil menangis.
Arka tentu saja heran saat tiba-tiba dirinya dipeluk oleh Bella dalam keadaan menangis seperti ini. Arka mengusap pelan bahu Bella yang bergetar akibat menangis.
"Kenapa, Dek?" tanya Arka lembut sambil mengelus rambut Bella pelan.
"Antaris, Bang. Dia ... dia ... udah tahu semuanya." Bella menjawab pertanyaan Arka dengan lirih.
Arka langsung terdiam saat mendengar jawaban Bella. Kaget? Tentu saja. Arka juga tidak menyangka kalau Antaris akan tahu semuanya hari ini. Siapa yang telah memberitahukan rahasia ini kepada Antaris? Pikir Arka.
"Kamu udah nyoba jelasin pelan-pelan ke Antaris, belum?" tanya Arka sambil menatap Bella.
Bella mengangguk pelan, sambil mengusap air matanya. "Udah, Bang. Tapi, Antaris enggak mau dengerin penjelasan Bella karena dia udah terlalu kecewa banget sama Bella."
Arka tersenyum tipis, kemudian ia kembali membawa Bella ke dalam pelukannya. "Ya udah, mending sekarang kamu samperin Antaris. Terus, kamu jelasin pelan-pelan ke dia. Dan ingat, jangan sampai kamu terbawa emosi, ya?"
Bella mengangguk pelan di dalam pelukan Arka. "Iya, Bang."
Arka mengusap rambut Bella pelan. "Tapi, kalau Antaris masih belum mempercayai kamu, nanti Abang sendiri yang bakalan jelasin ke Antaris."
Bella tersenyum senang. "Makasih Abang."
Arka mengangguk, kemudian ia melepaskan pelukannya. Arka mengusap lembut sisa-sisa air mata Bella. "Udah ya, jangan nangis lagi. Makin buriq nanti wajah lo, Dek."
Bella mengerucutkan bibirnya kesal, sambil mencubit pinggang Arka. "Iya emang gue buriq. Kenapa, bang? Gak suka? By one bang!"
Arka menyentil kening Bella pelan. "Dasar bocil epep lo, Dek!"
Bella menjulurkan lidahnya. "Bodoamat!"
"Napa lidah lo digituin? Mau gue gunting?" Arka menyodorkan gunting di depan wajah Bella, membuat Bella langsung memundurkan wajahnya.
Bella menggeplak tangan Arka. "Sembarangan!"
Arka berdiri dari tempat duduknya, kemudian ia merapikan bajunya. "Ya udah, gue mau pergi nongkrong dulu sama temen-temen."
"Ya udah sonoh. Hus ... hus ..." Bella mendorong-dorong tubuh Arka pelan sampai di depan pintu.
Arka berdecak kesal. "Dikira gue ini ayam, apa?!"
Bella tertawa pelan. "Baperan lo."
Arka tak menggubris ucapan Bella. Ia tetap saja melangkahkan kakinya menuju bagasi untuk mengambil motornya. Setelah berpamitan pada Bella, Arka langsung melesat pergi.
Bella melirik jam dinding rumahnya yang menunjukkan pukul 19:00 malam. Bella melangkah menuju sofa untuk mengambil ponselnya yang ia letakkan di sana. Ia mulai mencari kontak Antaris, kemudian ia mulai menelponnya.
Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat menerima panggilan ini.
Bella mendesah pelan saat panggilannya tidak diangkat oleh Antaris. Tak menyerah, Bella kembali menelpon Antaris. Namun, hasilnya tetap sama. Hanya suara operator yang terdengar.
Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat menerima panggilan ini.
Dan, di panggilan ke tiga, hasilnya pun tetap sama.
Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat menerima panggilan ini.
Bella menutup wajahnya. "Ris, kamu ke mana, sih? Jangan buat aku khawatir kayak gini, dong ..." Bella berucap pelan dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.
Bella bangkit dari tempat duduknya sambil merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan. Ia akan pergi ke rumah Antaris untuk menjelaskan soal masalahnya dengan Antaris.
* * *
Setelah sampai di depan pintu rumah Antaris, Bella langsung mengetuknya. Di ketukan ke-tiga, pintu itu dibuka oleh Ananta.
"Eh, Kak Bella. Mau ngapain, Kak? Mau cali Abang Antalis, ya?" tanya Ananta sambil tersenyum jahil.
Bella menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Iya. Eum ... Antarisnya ada, gak?"
Ananta menggeleng pelan. "Enggak ada, Kak. Abang Alis belum pulang dali tadi."
Bella menundukkan kepalanya dengan perasaannya yang mulai terasa gelisah. "Kamu ke mana sih, Ris? Keadaan kamu gimana? Aku jadi khawatir sama kamu," batin Bella.
"Ada siapa, Dek?" tanya Cyrinda yang tiba-tiba muncul. Senyumnya terbit saat melihat Bella yang berada di depan pintu rumahnya.
"Eh, ada Bella. Ayo sini masuk. Mau cari Antaris, 'kan?" tanya Cyrinda lagi sambil tersenyum jahil.
Bella tersenyum malu. "Iya, Tan."
Cyrinda tersenyum, kemudian ia mempersilakan Bella masuk. "Silahkan duduk, Bel."
Bella mengangguk. Ia mulai mendudukkan dirinya di samping Ananta.
"Kamu tungguin aja di sini ya, Bel. Mungkin Antaris lagi nongkrong dulu sama temen-temennya," ujar Cyrinda sambil tersenyum lembut.
Bella mengangguk. "Iya, Tan."
Cyrinda mengusap bahu Bella lembut, kemudian ia tersenyum. "Ya udah, kalau gitu Tante ke dapur dulu, ya. Mau lanjut masak."
Bella mengangguk lagi. "Mau aku bantuin, Tan?"
Cyrinda menggeleng pelan sambil tersenyum. "Enggak usah, Bel. Takut ngerepotin."
Bella terkekeh. "Enggak sama sekali, Tan."
"Kamu di sini aja, ya? Temenin Ananta," ucap Cyrinda.
"Ya udah deh, Tan. Semangat ya masaknya." Bella tersenyum lebar sambil memberi semangat kepada Cyrinda.
Cyrinda terkekeh. "Ada-ada aja kamu."
Bella ikutan terkekeh melihatnya. Setelah berpamitan, Cyrinda langsung pergi meninggalkan Bella dan Ananta menuju dapur untuk melanjutkan masaknya.
Bella menundukkan kepalanya sambil memainkan jarinya gelisah. Ia khawatir? Tentu saja. Ia khawatir akan kondisi Antaris. Karena, sedari tadi Antaris belum juga men-chatnya, hanya untuk sekedar memberitahu kabarnya.
Tak terasa Bella sudah menunggu Antaris hampir satu jam. Namun, Antaris belum juga pulang. Bella melihat ponselnya, siapa tahu Antaris men-chatnya, 'kan? Tapi, hasilnya nihil. Antaris tidak sama sekali men-chatnya.
Bella mencoba menelpon Antaris. Tapi, hasilnya tetap sama seperti tadi. Antaris tidak mengangkat telponnya.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Bella langsung melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Ia pikir Antaris yang menelponnya, ternyata Garrick.
[ Halo, Bel. ] sapa Garrick di seberang sana.
[ Iya, Rik. Kenapa? ]
[ Lo lagi di mana? ]
[ Gue lagi di rumah Antaris. Lagi nungguin Antaris pulang. Lo tahu gak Antaris ada di mana? Gue khawatir banget soalnya. ]
[ Lo tunggu di depan rumah Antaris, Bel. Sebentar lagi gue sama Alfio bakalan bawa Antaris pulang. ]
[ Iya, Rik. Cepetan, ya. Antaris baik-baik aja, 'kan? ]
[ Liat sendiri aja nanti Bel keadaan Antaris gimana. ]
Tut!
Garrick mematikan sambungan teleponnya secara sepihak, membuat perasaan Bella tambah khawatir setelah mendengar balasan Garrick tadi.
Setelah berpamitan pada Ananta, Bella mulai melangkah ke luar rumah Antaris untuk menunggu kedatangan Antaris, Garrick, dan Alfio.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya yang ditunggu pun datang. Bella membulatkan matanya terkejut saat melihat keadaan Antaris.
"Antaris kenapa?" tanya Bella khawatir.
Garrick dan Alfio tidak langsung menjawab pertanyaan Bella, karena mereka sedikit kesusahan membopong tubuh Antaris yang tak sadarkan diri.
"Lo lagi ada masalah ya sama Antaris, Bel?" tanya Garrick hati-hati, sambil membopong tubuh Antaris menuju ke rumah Antaris.
Bella sedikit terkejut saat ditanya seperti itu oleh Garrick. Kemudian ia menundukkan kepalanya. "Kenapa lo nanya kayak gitu, Rik?"
"Lo tahu gak, Bel? Antaris itu bukan pemabuk. Tapi, hari ini gue liat Antaris mabuk. Gue yakin pasti lo berdua lagi ada masalah, 'kan? Sampai-sampai Antaris kek gini."
* * *
-To Be Continued-