Half Demon School (TAMAT)

aywitch által

3.1K 2.3K 450

This story starts in a dark elite school. Most of the students were of the high class, they are Prince Or Pri... Több

cuap-cuap authors
PROLOG
WELCOME TO HALF DEMON SCHOOL
OSIS
OSIS PART 2
PANGERAN & PUTRI ES
THE SECOND MEET
AREDEWI SINDY AEGAR
JENIUS KOMPUTER
PERJODOHAN
SINDY VS HITO
HOW TO EXPLAIN THIS FEELING?
MELISA'S PERFECT FAMILY
D-I-E
BABU
SECRET LOVE SONG
WISHING THAT YOU'LL BE MINE
TAURUS
LOVING YOU MORE THAN BEFORE
STILL SAME
MASIH BAHAGIA
TAKDIR TERLALU BERMAIN-MAIN DENGAN KITA YA?
KABUT INI TERASA NYATA
INILAH HIDUPKU..BAGAIMANA?
infoo pentingg!!
HEI....DAD?
FRIENDSWEET
FALLING
PERJUANGAN SYARENDRA
WRONG CHOICE (1)
WRONG CHOICE (2)
LOSING YOU
MISSING YOU
PEMERAN UTAMA
WHY ARE YOU MY TRAGEDY?
THE MESS
ENDING

DANGEROUS PAST

53 48 9
aywitch által

"Trying to be the one in your eyes."

Raka menyejarkan langkah dengan Sindy, berniat menggandeng tangan gadis itu. Belum sempat Raka meraihnya, Sindy malah mengangkat tangan, bersedekap. Raka cemberut.

"Which one?" Sindy menoleh.

Gawat!!

Raka lupa kalau kantin anak s1 dan anak s2 berbeda.

"Eum, lo maunya di mana?"

"Terserah."

Raka mengingat-ingat jumlah saldo di rekeningnya, yah..dia sedang  punya banyak uang sekarang. Tak apakan kalau dia jajan sedikit?

"Kantin lo aja." Raka memutuskan.

***

Sebagai anak s2, seorang Grayver Akasa tentu saja tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki disini. Walaupun anak OSIS sering berpatroli di sekolahan, tapi Raka belum pernah bertugas di kantin s1.

Raka ternganga. Daripada kantin, tempat di depannya lebih cocok di sebut kafe super mewah. Stand makanan mewah seperti burger, pasta, pizza, ataupun spaghetti berjejer rapi menggiurkan lidah (Raka teringat kantinnya yang menjual bakso, gado-gado, dan es teh). Dengan robot kemudi otomatis yang lalu lalang mengantarkan makanan.

Raka dan Sindy berjalan menuju salah satu meja kosong di sudut.

"Gue mesen dulu ya." Raka berdiri hendak memesan makanan di stand tapi tangannya keburu di tarik oleh Sindy.

"Please! Jangan malu-maluin gue."
Rendra menatap bingung, tak mengerti. Beberapa orang menatap aneh kearah mereka.

"Disini kita mesen pake sistem android. Sambungin hape lo sama sistem di sini, pilih stand yang mana trus pesen." Sindy acuh tak acuh menjelaskan.

Raka menelan ludah menyadari kebodohannya, ia kembali duduk. Beberapa orang menatap sinis bahkan terang-terangan tertawa.

"Tadi dia serius mau pesan manual? Hahaha...ga banget!" raka menutup mata mendengar cemoohan anak-anak di sekitarnya.

Heran...kenapa anak s1 hobi banget nyinyirin orang ngalahin ibu-ibu di depan kontrakannya. Sindy membuang muka ke arah jendela, tak peduli.

"Makanya, sok-sokan sih. Kalau anak kampong ngapain nginjakin kaki di kerajaan? Kan maluu..."
Percaya tidak percaya itu adalah nyinyiran dari salah seorang siswa berbadan kekar. Bahkan cowok-cowok s1 saja bermental banci.

"Duh, kasian Sindy..pasti malu banget punya cowok modelan kek gitu."

"Makanya kalau miskin terima aja sih. Ga usah mimpi jadi pangeran."

"Untung anak-anak miskin di bedain di sini. Kalau nggak, mana mungkin gue bisa makan seruangan sama anak-anak sampa kek mereka. Bawaannya mual terus.."

BRAK!!!!

Raka terlonjak kaget, menatap Sindy yang tadi menggebrak meja mereka.

"Lo semua nggak ada kerjaan?" Sindy mendesis, penghuni kantin kompak terdiam, aura dingin menyelimuti.

"Kalau lo bisanya nge-gosip orang, mati aja lo semua!!"
Raka menatap Sindy dengan tatapan seribu makna. Ini adalah kedua kalinya Sindy murka demi membelanya.

"Dan lo!" Sindy menunjuk salah satu perempuan di depan stand.

"Kalau dia sampah~" Sindy menunjuk Raka. Yang di tunjuk menelan ludah.

"Berarti lo kotor—"

Hmp!!! Raka panik, ia membekap mulut pacarnya  yang hampir saja mengumpat dengan kata-kata tak pantas.

Sindy menatapnya dingin, Raka geleng-geleng kepala menandakan bahwa ia tidak perlu sejauh itu.
sindy menghela nafas, menenangkan diri.

Raka melepaskan bekapannya dan beralih menggenggam tangan perempuan yang sudah kembali ber-ekspresi datar di depannya.

Raka tersenyum kecil, mengusap puncak kepala pacarnya dengan penuh sayang. Beberapa orang memeragakan gerakan muntah.

Raka tak peduli, ia menggenggam tangan Sindy lebih erat yang tumben tak di tepis oleh gadis itu. Keduanya berjalan meninggalkan kantin mengerikan yang penuh dengan iblis setengah manusia itu.


***

"Mel.."

"Hm.."

"Gimana kalau kita batalin aja perjodohan kita?"

Uhuk uhuk!!

Melisa yang tengah mengunyah apel tersedak. Rendra sigap memberikan air ke Melisa dan menepuk-nepuk pundak perempuan itu.

"Hati-hati dong Mel, pelan-pelan makannya..ga bakal gue ambil juga." Rendra megoceh khawatir.

"Lagian lo sih, ngomong aneh-aneh! Keselek kan gue..."Melisa cemberut, balik menyalahkan Rendra.

"Tapi gue serius Melisa, gue cuma mikirin perasaan lo."

"Lo mau gue di bunuh bokap?"
Rendra menelan ludah. Hening..

"Gue nggak bisa ngelak tentang perasaan gue ke Raka. Sekeras apapun gue menghindar, he's still the only one in my heart." Melisa menatap Rendra dengan perasaan bersalah.

"Renda, gue tau gue yang salah di sini. Gue egois nggak pernah mikirin perasaan lo, gue ngerasa paling jahat.."Melisa menunduk dalam.

"But, perempuan jahat  ini dengan tanpa malunya punya permintaan sama lo."

Tes..

Melisa lagi-lagi menangis. Entah mengapa belakangan ini ia merasa sangat cengeng.

"Gu..gue pengen lo ganti posisi Raka di hati gue. Gue pengen lo bantu gue buat ngebunuh perasaan terkutuk ini Rendra. Gue pengen lo ngingetin gue kalau gue lagi-lagi lupa diri dan ngelewati batas. Karena buat gue, rasa ini cuma bawa malapetaka bagi kehidupan gue.."

Rendra menghela nafas. Awalnya dia sudah memutuskan untuk melepaskan diri dari perempuan di hadapannya, karena menurutnya itu demi kebaikan Melisa sendiri. Tapi, jika seperti ini..dia tak punya pilihan selain tetap berada di samping Melisa.

Walaupun itu mungkin akan menjadi hubungan yang toxic.

"Ok, asal lo ngasih gue kesempatan itu Melisa.."

Rendra mengusap rambut perempuan di hadapannya.Berjanji dengan penuh kesungguhan, bahwa dia akan membuat Aylin Melisa berpaling sepenuhnya ke arahnya.


***

"Mel, gue mau nanya sesuatu yang agak privasi." Rendra berkeringat dingin, was-was jika pertanyaannya malah membuat Melisa sedih.
Melisa mengangkat alis, tanda mendengarkan. Ia sejak tadi sedang sibuk membaca wattpad kesukaannya, Half Demon School.
 
"Do you have a complicated problem with your dad?"

Gerakan Melisa terhenti, ia sedikit terkejut mendengar pertanyaan Rendra. Tapi ya sudahlah, setelah melihat hal seperti tadi di depan mata, malahan akan lebih aneh lagi jika Rendra tak penasaran.

Okay..Melisa meneguhkan hati. Ia akan menceritakan masa lalu yang paling menyakitkan kepada laki-laki di depannya.

"Well, sebenarnya bokap gue itu adik dari ayah asli gue, Leonard. Ibu asli gue namanya Luna."

Deg!

Jantung Rendra mencelos.

Melisa melanjutkan tanpa pernah sekalipun menatap mata lawan bicaranya.

"Dulunya Asharan Grup bernama Leon Compagnie. Perusahaan raksasa yang dirintis ayah dari nol. Ayah pebisnis yang sangat sukses. Dia menikah dengan mantan adik kelasnya di Sma yakni Lunara. Mereka bahagia, 2 tahun usia pernikahannya mereka gue lahir." Rendra menatap Melisa. Sedangkan Melisa sok sibuk dengan hapenya.

Namun Rendra tau bahwa suara Melisa menyiratkan rindu yang teramat dalam.

"Dengan segala kebahagiaan ayah membuatnya buta terhadap sekitarnya. Buta dengan kebencian yang memandangnya dari sudut ruangan."

"Paman Asharan, adik ayah hanyalah seorang pebisnis awam. Dia hanya mengelola cabang dari Leon Compagnie. Sebuah cabang yang sudah berada di ujung tanduk, terancam bangkrut."

"Dan puncaknya, karena dibutakan kemarahan, iri, dan dengki, paman memutuskanmelakukan hal paling gila."

"Tengah malam saat semua penghuni rumah tertidur lelap, paman datang dan membakar rumah mewah milik ayah. Ayah sama mama tidak terselamatkan, mereka terkubur hidup-hidup." Kali ini nada Melisa memelan, uh..sesak sekali.

"Pemadam kebakaran datang, berusaha keras memadamkan api. Paman berdiri menyaksikan semuanya sambil tersenyum penuh kemenangan."

"Saat itulah, tante Layla datang dengan wajah panik. Ia menjelaskan bahwa anak mereka, Royyan yang baru berumur 7 tahun sedang menginap di rumah Melisa yang notabenenya sahabatnya."

"Pa, Roy pa.."Layla mengguncang lengan Asharan, laki-laki itu berbalik dan menatap terkejut istrinya yang sudah berurai air mata.

"Roy kenapa ma?" Asharan bertanya bingung.

"Roy di dalem pa! dia lagi nginep sama Melisa.."

Deg!!

Jantung Asharan mencelos seketika, wajahnya perlahan pucat pasi. Dia memang tak memberitahu rencananya kepada siapapun, termasuk istrinya. Dan sepertinya ia akan menyesali perbuatan ini seumur hidup.

Asharan berlari kearah kobaran api. Bagaimana ini?? Anak semata wayangnya~ anak kesayangannya~ROY!!!

TIDAK!!

Asharan menjerit panik melihat api yang semakin membesar. Ia nekat menerobos masuk. Para petugas dengan sigap menahannya.

"Harap tenang pak!! Kami akan mencoba semampu kami untuk menyelamatkan korban!"

"Lepasin gue bangsat! Roy anak gue satu-satunya!!!" Asharan memberontak.
Sementara itu di dalan rumah.

Uhuk!!

Melisa kecil berusia 5 tahun sontak bangun karena nafasnya yang sesak.
Melisa menatap sekeliling dengan tatapan bingung, tak mengerti kenapa rumahnya dipenuhi asap.

"Roy~"

Melisa mengguncang lengan Roy yang masih tertidur pulas di karpet lantai.

"Kak Roy!! Melisa takut.."

Tak lama Roy mengerjapkan mata, bangun dan menatap sekeliling dengan mata setengah terbuka. 5 detik Roy melebarkan mata, panik menyadari keadaan bahaya.

"Mel, kita harus keluar dari sini."
Roy menyeret Melisa menuju pintu kamar (kamar Melisa berada di lantai 2). Roy terlebih dahulu mengambil jaket, membasahinya, dan menyelimutkan benda itu ke tubuh kecil mereka, juga sapu tangan basah untuk menutup hidung.

Mereka berjalan tergesa-gesa, api mulai merambat ke lantai 2. Saat tengah bingung mencari jalan keluar, plafon di atas mereka retak, Roy refleks mendorong Melisa kearah tangga dengan sangat keras.

Melisa terguling jatuh ke lantai bawah. Pelipisnya bocor, namun ia selamat. Roy yang tak sempat menghindar hanya tersenyum kecil saat ia lagi-lagi berhasih menyelamatkan Melisa, walau dengan mengorbankan dirinya sendiri.

BRUK!!

Bongkahan besi dan batu yang terbakar dari plafon menimbun tubuh kecil Royyan.

Melisa yang menyaksikan kejadian itu menjerit histeris. Ia merangkak naik kembali, menuju Roy-nya. Melisa meraih lengan Roy yang sedikit terulur keluar dari timbunan.

"KAK ROY!!!" Melisa masih berusaha menarik lengan Roy yang sudah terkulai lemas tak bernyawa.

Hah~

Melisa menghela nafas, sesak. Ia menggigit bibir, berusaha keras menahan tangis. Selalu saja seperti ini jika ia membicarakan Roy.

"Gue bangun dan udah ada di rumah sakit. Saking shock nya, kejadian mengerikan itu bahkan tarhapus paksa dari memori otak gue. Dan gue inget kembali pas kelas 3 smp setelah mengorek informasi dari mantan orang-orang terpercaya ayah."

"Ibu Layla yang merasa sangat kehilangan Roy memutuskan buat ngadopsi gue. Namun berbanding terbalik dengan ibu, ayah justru muak ngeliat gue. Dia selalu ke-inget sama kakaknya."

Melisa menyudahi ceritanya, ia tersenyum miris. Rendra menarik Melisa ke dalam pelukannya, berusaha menguatkan.

Rendra tak tau jika perempuan ini memiliki masa lalu semengerikan ini, tau begini ia tak akan bertanya. Ah salahkan Syarendra yang telah membuka luka gadis itu kembali.

"OKAY...NANTI MALAM GUE KE DUKUN BUAT NYANTET BOKAP LO.."

PLAK!!!

Melisa menjitak kepala Rendra tanpa ampun, membuat laki-laki itu mengangkat 2 jari, piece damai.
 

Olvasás folytatása

You'll Also Like

271 74 7
༄ 𝘼𝙠𝙝𝙞𝙧-𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙞𝙣𝙞 𝙔𝙤𝙣𝙜𝙨𝙤𝙤 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙠𝙞𝙧𝙞𝙢𝙖𝙣 𝙨𝙪𝙧𝙖𝙩 𝙢𝙞𝙨𝙩𝙚𝙧𝙞𝙪𝙨 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙠 �...
525 127 9
Alea adalah seorang gadis yang memiliki riwayat penyakit jantung. Suatu hari, ia bertemu dengan Cakrawala (seorang pria yang mempunyai penyakit Pneum...
1.5K 342 15
SMA Wijayakusuma, sekolah dengan fasilitas pendidikan yang sangat lengkap. Disebut-sebut sebagai sekolah yang paling berhasil menjadikan alumninya m...
57K 9.6K 27
Penemuan mayat seorang siswi di sekolah menjadi awal mula pencarian ini. Kecurigaan terus bergulir. Siapa pelaku sebenarnya?