My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)

By nasywadukke77

28.9K 3.4K 310

Sebuah cerita manis di dunia orange kembali hadir, seorang Alana Magnolya berhasil menaruh rasa pada seorang... More

01-MBA
02-MBA
03-MBA
04-MBA
05-MBA
06-MBA
07-MBA
08-MBA
09-MBA
10-MBA
11-MBA
12-MBA
13-MBA
14-MBA
15-MBA
16-MBA
17-MBA
18-MBA
19-MBA
20-MBA
21-MBA
22-MBA
23-MBA
24-MBA
25-MBA
26-MBA
27-MBA
28-MBA
29-MBA
30-MBA
31-MBA
32-MBA
33-MBA
34-MBA
35-MBA
36-MBA
37-MBA
38-MBA
39-MBA
40-MBA
41-MBA
43-MBA
44-MBA
45-MBA
Ekstra Part 1
Ekstra Part 2

42-MBA

553 75 7
By nasywadukke77

Happy Reading teman-teman 💅




Semoga suka ya sama part kali ini, pemanasan dulu deh sebelum part yang paling akhir ya, wkwk🥰

****

Tadi sebelum semuanya kembali ke rumah mereka, semua murid di kumpulkan di lapangan sekolah.

Besok sekolah mereka mengadakan acara pentas seni di sekolah. Orang tua di wajibkan datang untuk melihat berbagai kreativitas anak-anak mereka selama bersekolah di sana.

Hari ini turun hujan yang lumayan deras, tetapi saat jam pulang sekolah telah tiba, hujannya lama kelamaan makin mereda.

Senyuman Alana mengembang karena sangking menikmati udara hari ini yang cukup menyejukkan hati.

Alana pulang sendirian, kali ini ia akan mengunjungi seseorang yang sudah lama sekali tidak ia temui.

Senyuman yang tak henti-hentinya mengembang ketika menatap sekeliling rumah itu dari dalam mobil. Kondisinya masih sama seperti sebelumnya dan tanaman-tanaman di sekeliling rumahpun masih terlihat segar seperti biasa.

Alana turun dari taksi dan berjalan masuk.

Langkahnya terhenti ketika seseorang menarik tangannya, seseorang itu langsung menampar Alana dengan keras tanpa rasa iba.

"Berani-berani nya lo datang! Masih punya nyali lo balik ke rumah?!!" terlihat jelas dari pakaiannya, sepertinya Candra baru saja kembali dari kantor.

"Mama mana bang? Alana kangen," ucap Alana sembari tersenyum.

Candra menatap penuh kebencian terhadap Alana yang masih mengembangkan senyumannya dengan tulus.

"Masi perduli lo? Kalau kangen balik aja ke apartemen, main sono sampai puas."

"Kalau punya mulut di jaga ya, bang!! Alana enggak gitu!!"

"Masih berani ngelakuin pembelaan lo?!!"

Alana membuang wajahnya, menarik nafas dalam-dalam dan mencoba untuk meredam emosinya.

"Mama mana? Alana ingin ketemu."

"Enggak, gue enggak izinin orang asing buat ketemu sama mama gue."

"Orang asing?" ia tersenyum kecut, perasaan Alana tidak bisa berbohong bahwa ia sangat kecewa dengan perkataan Candra barusan.

"Kenapa mata lo ber-air? Lagi akting buat di kashianin lo, ya?" tawa nyaring Candra terdengar jelas seperti merendahkan saudaranya sendiri.

"Mama mana? Alana enggak punya banyak waktu."

"Masih perduli lo? Gara-gara kelakuan lo, mama sekarang sudah enggak waras lagi."

"Jangan bercanda bang, ini enggak lucu!!"

"Ngapain gue ngajak bercanda sampah? Semenjak kelakuan lo yang enggak ada etika itu, mama jadi depresi!!"

"Gue mau ke dalam. Ketemu mama," saat Alana bergerak untuk melangkah lagi masuk ke rumah, Candra kembali menahan tangannya.

"Apalagi sih, bang?!"

"Yang bilang lo boleh masuk siapa hah?! Pergi, lo!!"

"Enggak!!" Alana melepaskan cekalan tangan Candra tetapi Candra kembali menahannya.

"Gue bilang pergi!!" Candra menarik Alana ke belakang, hal itu berhasil membuat Alana jatuh bersimpuh kaki di halaman. Candra memanggil satpam rumahnya untuk mengusir Alana.

Alana bangkit tanpa bantuan dan menatap kecewa terhadap Candra yang terus melanjutkan langkahnya ke dalam rumah.

"Bang Candra. Alana kangen," keluhnya sembari terus menatap Candra dari luar pagar, tanpa sadar air matanya menetes.

***

Sedari tadi Alana hanya termenung sembari menatap layar handphonenya.

Sisi datang membawa dua gelas susu dan beberapa cemilan.

Sisi merasa aneh ketika Alana tidak menyambutnya dengan teriakan heboh seperti biasanya.

Sisi melirik layar handphone Alana, kemudian ekspresinya sama murungnya dengan wajah Alana saat ini.

Gadis itu memegang bahu Alana dengan pelan dan mengusapnya perlahan. "Sabar ya, lan."

"Udah coba ke rumah lo tadi?" Alana mengangguk sebagai jawaban.

"Terus?"

"Ketemu abang gue."

"Gimana katanya?"

Alana menggeleng hampa. "Enggak sempat ngobrol langsung di usir." Alana berbicara sembari menatap wajah Sisi, kemudian memeluk Sisi.

Sembari mengusap pelan kepala Alana, Sisi kembali bertanya. "Udah sempat ketemu tante Vivi?"

Alana melepaskan pelukannya dari Sisi, Sisi terkihat heran. "Kenapa? Ada yang salah dari ucapan gue?"

Alana menggeleng dengan mantap. "Enggak, cuma keingat kata bang Candra."

Ekspresi wajah Sisi menunjukkan bahwa gadis itu sedang bertanya-tanya.

"Kata bang Candra, mama gue psikisnya terganggu."

Sisi kaget bukan main. "Psikisnya?"

Alana mengangguk. "Mama gue depresi si." Alana meneteskan air matanya, Sisi kembali memeluk Alana dengan tulus.

"Banyakin sabar ya lan, besok semua orang akan tau kebenarannya."

Beberapa menit setelah usai menangis, tenaganya sedikit melemas. Alana tertidur di pangkuan Sisi. Sisi langsung memperbaiki posisi tidur Alana dengan benar, kemudian mengambil ponselnya untuk menghubungi Keisya.

***

"Jadi gimana? Rencana nya apa?" tanya Keisya. Saat ini Sisi, Keisya, Sadewa, Yanto dan juga Yusdar sedang berbincang-bincang kecil di kantin sekolah.

Sisi tersenyum sembari meyeruput es di hadapannya. Sedangkan yang lainnya terlihat bingung.

"Kalian bawa yang gue suruh bawa, kan?"

"Iya udah. Rekaman bukti-bukti semuanya sudah tersedia," ucap Sadewa.

"Tapi menurut lo bakalan berhasil, enggak sih?" Yusdar mulai ragu.

"Ya harus berhasil lah bego! Lo enggak kasihan apa lihat Alana di gituin padahal dia enggak salah?" kesal Keisya.

"Gimana caranya?" tanya Yanto.

"Makanya, sering-sering bergaul sama gue biar cerdik tuh otak!" sedangkan semuanya tertawa.

Yusdar memberi kode kepada semuanya, terlihat jelas seorang lelaki dengan setelan kemejanya yang rapih. Dari ekspresinya seperti tidak senang untuk datang ke sekolah mereka.

"Bukannya katanya Alana dia enggak datang?" tanya Keisya.

"Katanya juga enggak sempat ngobrol apa-apa sama Alana kemarin, sekarang kok muncul?" Yusdar ikut bertanya-tanya.

Mereka saling menatap satu sama lain, kemudian Sisi tersenyum.

"Kelakuan lo, si??" Keisya bertanya dengan ragu.

"Hehehe, iya."

"Lah kok bisa sih?"

"Semalam Alana nangis kejer banget, gue enggak tega. Sebelum gue nelpon lo, gue lebih dulu nelpon abang nya Lana."

"Kok semudah itu dia meng-iyakan permintaan lo?"

Sisi menunjuk-nunjuk otaknya. "Pakai ini."

***

"Lan, abang lo datang," ucap Sisi yang duduk di sebelah Alana saat ini.

Mereka berdua berada di kelas, juga bersama dengan Keisya. Tetapi suasana kelas sedang sunyi, mungkin semuanya sedang sibuk mempersiapkan pentas seni untuk tampil nanti.

"Kok bisa? Gue belum ngomong apapun."

Keisya memberi kode kepada Alana bahwa Sisi pelakunya.

"Lo utang cerita, ya."

"Lo enggak perlu tau lan, intinya abang lo udah datang. Gue sama Keisya pamit duluan ya, ada urusan."

"Loh kalian berdua mau ke mana? Kok gue enggak di ajak?" kesal Alana, kemudian keduanya berbalik badan sembari tersenyum.

"Lo duduk manis aja, ikutin alur yang ada. Siap-siap aja semua orang bakalan nyesal."

Sejujurnya Alana masih bingung dengan kata-kata Sisi dan Keisya barusan, tetapi ia tidak ingin mengambil pusing, gadis itu kembali ke tempat duduknya dan menatap ke arah luar jendela dengan udara yang cukup segar.

Saat asik memperhatikan pemandangan, Bella masuk ke kelas dengan nafas yang terengah-engah, hal itu berhasil mencuri perhatian Alana.

"Lo di suruh ke aula, enggak lama lagi Lo bakalan tampil, kan? Pakai piano?" Alana mengangguk dan mengikuti langkah Bella keluar kelas.

***

Sejujurnya Alana sangat gugup saat menaiki panggung kali ini, ia takut hasilnya akan kurang maksimal dan akan menambah citra jeleknya di depan semua orang lagi.

Gadis itu bermulai bermain piano sembari bernyanyi dengan menikmati setiap nada irama yang terdengar dari alat musik yang ia gunakan.

Musik terus berlantunan, semua orang terpanah dengan suara Alana yang merdu, juga nada piano yang berhasil membius semuanya secara serentak.

Semua orang bertepuk tangan ketika Alana selesai tampil, tetapi tanpa Alana sadari begitu banyak tepung yang berjatuhan dari atas hingga membuat sekujur tubuhnya kotor.

Mungkin saja itu alasan kenapa ia berada di urutan tampil paling akhir.

Semuanya terkejut bukan main, sedangkan Sheila dan Vinsky juga Dini yang bertugas sebagai MC tertawa bukan main.

"Wah wah wah, kotoran masyarakat ternyata bisa nyanyi. Mau kagum tapi keingat prilakunya malah mendadak ilfeel duluan!" ucap Sheila, mereka menggunakan mic agar terdengar oleh semua orang.

"Untung tepung warnanya putih, tapi kalau warnanya hitam malah lebih cocok sih," sahut Vinsky.

"Seluruh murid di sekolah ini tau dong kenapa dia sampai di bully gini banget? Tapi orang-orang tua juga harus pada tau, kalau di sekolah kita ada wanita cantik yang harga dirinya sebelas dua belas sama sampah!!" Sheila tertawa.

Alana tersenyum kecut ketika medengar ucapan Sheila, sampai hari ini ia masih tidak menyangka dengan prilaku Sheila terhadap dirinya.

Vinsky datang menghampiri Alana setelah mengambil ember berisikan air es di belakang panggung kemudian menyiramkannya ke tubuh Alana.

Sheila menghampiri Alana dan menarik rambut Alana dengan paksa, gadis itu melepaskan jambakkan nya yang sangat kuat terhadap Alana, hal itu mampu membuat Alana tersungkur ke lantai.

"Shit!!" Alana meringis, lututnya sedikit lecet.

"Kenapa? Bukannya sudah lecet semua? Kalian semua yang ada di sini harus tau, gadis ini menjual tubuhnya demi sesuap nasi. Kasihan banget!!" Sheila dan Vinsky terkekeh bukan main sembari bertos ria.

Sheila menendang-nendang Alana, begitupun dengan Vinsky.

Sedangkan Alfaro hanya diam di tempat dan tidak bergeming sama sekali, lelaki itu terus memperhatikan kelakuan mereka yang memperlakukan Alana dengan semena-mena.

Yusdar langsung memperhatikan Alfaro, tangan lelaki itu mengepal dengan kuat. Urat-urat di wajahnya nampak dengan jelas, seperti seseorang yang sedang menahan emosinya.

Yusdar meyenggol lengan Alfaro, hingga membuat sang empunya menoleh. "Kalau masih sayang, harusnya lo enggak bakalan ngebiarin dia di permalukan."

Sheila semakin menjambak Alana, foto-foto sexi Alana di atas kasur bersama seorang pria di tampilkan di sebuah layar tancap di atas panggung, semua orang menyaksikan. Alana menangis, karena semua ini di luar kendalinya, ia sama sekali tidak bermain dengan siapapun di luar sana.

Vinsky langsung menampar Alana. "Malu-maluin lo!!"

Alfaro sudah tidak tahan lagi, dan mengambil tindakan. Lelaki itu berjalan ke arah Alana dengan gagah, melepas almamater seragamnya untuk melindungi tubuh Alana.

Alana menatap mata Alfaro saat lelaki itu mengenakan almamater ke tubuh Alana, tetapi Alfaro justru tidak merespon balik dan memilih untuk meninggalkan acara.

Saat belum sepenuhnya menghilang dari tempat, Alana bangkit dan berkata dengan lantang. "Ambil!! Gue enggak butuh!" tetapi Alfaro tetap melanjutkan langkahnya untuk pergi.

Gadis itu menatap semua orang yang berada di sana. "Gue emang anak dari seorang lelaki penikmat para wanita PSK, tapi gue bukan PSK!!"

mereka semua yang ada di sana semakin tertawa dengan penuturan Alana.

"Mana ada sih, maling ngaku maling?" teriak salah satu orang tua siswa dan yang lainnya ikut membicarakan Alana, bisik-bisikkan mereka terdengar jelas di telinga Alana.

"Masih mau mengelak, hah? Bukti sudah tersebar luas di sekolah, di tempat ini atau bahkan di media sosial. Penjelasan sudah tidak di butuhkan, mending lo ngaca terus instrospeksi diri."

Alana terkekeh sembari mengitari Sheila dan bertepuk tangan. "Wah!! Hebat!! Seorang sahabat, eh mantan sahabat penghianat mencoba untuk terlihat paling benar dan memutar balikkan fakta."

"Kenapa lo sebut sebagai penghianat? Karena enggak bisa lindungin semua kebusukan lo?" Vinsky semakin maju ke depan Alana.

Alana menaruh satu jari telunjuknya di dada Vinsky, Vinsky mendorong Alana dan gadis itu hampir saja terjatuh tetapi Dini menyelamatkan nya, Vinsky dan Sheila terlihat kesal melihat respon Dini terhadap Alana.

Alana tersenyum kepada Dini kemudian memperbaiki posisinya dan menaruh jari telunjuknya di dada Vinsky sembari menunjuk-nunjuk. "Kenapa?! Kok lo yang emosi? Yang harusnya marah di sini gue, bukan lo!!"

"Enggak usah sok____" Sheila belum sempat menyelesaikan ucapannya karena Alana kembali berbicara.

Alana menoleh dan menatap Sheila dengan lekat. "Dan gue bersyukur sekarang. Sekarang gue tau yang mana topeng, yang mana wajah asli." Sheila mulai gelagapan mendengar ucapan Alana yang terdengar ngeri.

Alana berbalik menatap semua orang yang berada di sana karena mereka sedari tadi sudah menjadi pusat perhatian. "Dengar ya, kalian semua enggak bakalan pernah tau yang mana benar dan yang mana salah hanya dengan mendengarkan penjelasan dari satu pihak. Dan kalian semua tidak bisa meng-cap seseorang bahwa dia berprilaku buruk hanya dengan bukti yang menurut kalian sudah benar, siapa yang sangka kalau semuanya hanya rekayasa yang dibuat dengan sedemikian rupa?"

Setelah mendengar ucapan Alana, semua orang saling berbincang dan mengakui yang di ucapkan Alana ada benarnya.

Kemudian layar tancap di hadapan mereka berganti menjadi bukti-bukti yang di janjikan oleh Keisya dan juga Sisi, semua orang kaget bukan main.

TBC!!

Hallo semuanya;)
Semoga suka ya sama part kali ini, jangan lupa Vote sama komennya❤️❤️

Sorry kalau up lama banget karena banyak kesibukan, hehehe🥰🥰

Continue Reading

You'll Also Like

5.3M 327K 55
"Kamu hanya memiliki dua pilihan. Menjadi kekasihku atau menjadi milikku." 𝙓𝙮𝙖𝙣 𝘼𝙧𝙩𝙖𝙜𝙖𝙩𝙧𝙖 𝘿𝙖𝙭𝙩𝙚𝙧𝙫𝙣 **** FOLLOW DULU SEBELUM BACA...
1.3M 99.3K 45
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, KARENA SEBAGIAN PART PRIVATE SECARA ACAK] PRINCEKANIA XAV SERIES KE-04 SEQUEL OF AMETTA. Regita Kania. Sosok gadis yang di p...
401K 14.8K 76
// FOLLOW DULU SEBELUM BACA// Menceritakan kehidupan anak remaja, yang labil, gampang tantrum, dan sedikit tidak waras. Dalam cerita ini banyak mengg...
6.7M 285K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...