OWL MAN

By MutiaraLaut53

18.2K 1.9K 292

⚠️Budayakan Follow Sebelum Baca⚠️ 🦉🦉🦉 Hidup, tapi seperti mati. Hidup, tapi tidak diinginkan. Hidup, tapi... More

1. Orlando Alaska Gabriello
2. SeTan Kecil
3. Otak?
4. Hasutan SeTan
5. Seblak Berhadiah
6. Cambuk Titipan
7. Miss Me?
8. Papa?
9. Katakan Peta
10. Teka-Teki
11. NyaBar
12. Seventeen
13. Luka
15. Pulang
16. Sekali saja
CAST
17. Gagal Uwwu
18. Menyamar
19. Aska?
20. Mine
21. Gagal Paham
22. DeroCha
23. Gugur
24. Nasehat Dero
25. Sayang Tapi Gengsi
26. Bukan Ghibah
27. Awal Kelabu
28. Abu-Abu Tua
29. Kejadian
30. Pilihan Sulit
31. Taman Rumah Sakit
32. Kepingan
33. Semak Berduri
34. Dia Kembali
35. Retak
36. Demi Sera
37. Detik
38. Hilang
39. Tunggu Aku Pulang
40. Dimana Ava?
41. Kecelakaan atau keberuntungan?
42. Orlan kembali
43. Sedikit demi sedikit
44. Titip Harapan Pada Bintang
45. Flashback
46. Ava dan Cia ( Flashback)
47. Maa
48. Masih Jadi Anak Mama
49. Akhirnya
50. Salah Paham
51. Akhir Atau Baru Dimulai?
52. Sempurna
53. Ternyata Mereka
54. Rencana
55. Misi Penyelamatan Barta
56. Penghianat!
57. Penjahat?
58. Arti Keluarga

14. Gombal ala Sera

398 51 3
By MutiaraLaut53


"Pertama kali aku melihatmu, aku tak ingin menutup mata telalu lama. Terlampau takut untuk tak bisa menyapamu lagi"

_Owl-Man_



°°°

Matahari menyelinap melalui jendela Rumah Sakit, tepatnya di kamar inap Orlan. Semalaman Sera dan Dero menunggu Orlan. Hari ini pun mereka izin tidak masuk sekolah, karena Orlan belum boleh pulang. Orlan sudah mengabari bundanya, sedangkan Dero juga sudah mengabari orangtuanya.

Orlan berhasil melewati operasinya dengan lancar tadi malam. Ternyata, peluru yang ditembakkan orang misterius itu beracun. Racun yang cukup kuat dan cepat menyebar. Untung saja Orlan cepat dibawa ke Rumah Sakit dan cepat ditangani. Jika tidak, mungkin Orlan akan mengalami koma atau bahkan kehilangan nyawanya.

Saat ini ia terbaring dibrankar, ditemani oleh Sera yang duduk dikursi, yang diletakkan samping brankar. sementara Dero bermain game disofa tak jauh dari brankar Orlan berbaring. Orlan sudah siuman, dan sudah merasa membaik. Dokter pun memuji tubuh Orlan yang dengan mudahnya merasa membaik. Padahal, tertembak 2 peluru beracun.

"Lo beneran udah gak papa Or-lan?" Sera bertanya kepada Orlan. Ini untuk pertama kalinya ia mengetahui nama asli Orlan.

"Tau?" tanya Orlan.

"Iya, kan tadi malem Dero teriak nama lo. Gimana sekarang? Udah baikan?" tanya Sera lagi.

"Kalo gak nyaman panggil Orlan, panggil Owl aja," sahut Dero yang sedari tadi melihat Sera tidak terbiasa.

"Bener," Orlan tersenyum, mengusap kepala Sera yang menunduk malu.

Walaupun bar-bar dan terlalu aktif (bukan centil), Sera juga merasa malu. Apalagi, tertangkap basah oleh kedua laki-laki ini.

"Iya deh iya Owl, susah tau nyebut Orlan. Lidah gue suka kesleo," jawab Sera yang sudah mengangkat pandangannya.

Kini ia menatap Orlan, dengan penuh arti. Dero melanjutkan main gamenya, tak ingin melihat keuwwuan yang ia yakini akan terjadi.

"Itu bisa," ucap Orlan.

"Mana ada, gue gak bisa nyebut Orlan tau, bisanya tu Owl," jawab Sera.

"Lah itu?" Orlan masih tak mau kalah, bukannya Sera menyebutkan namanya barusan.

"Itu contoh ih!" kesal Sera.

"Iya deh iya," Orlan lebih baik mengalah, daripada berdebat yang tak akan ada ujungnya.

"Owl! Tadi tante Suster nganterin sarapan buat lo, makan dulu ya biar cepet sembuh," ucap Sera mengambil menu sarapan Orlan pagi ini.

"Apa tuh? Gue gak suka bubur!" tolak Orlan.

"Lo harus makan ini Owl, perut lo gak mungkin gue kasih asupan seblaknya Kang Ujang yang pedes kan. Udah deh makan aja!" omel Sera.

"Tapi gak suka," rengek Orlan.

Sera sedikit terkejut melihat sisi lain dari Orlan. Orlan yang biasanya dingin dan cool, sekarang yang ia lihat adalah sosok Orlan yang manis dan manja. Sera menyukainya, dan Orlan juga nyaman menunjukkan sisi lainnya kepada Sera.

"Terus lo sukanya gue gitu?" canda Sera.

"Kalo iya?" goda Orlan, ia berniat membuat Sera salah tingkah.

"Ya gak papa sih, kan lo yang suka. Gue sih enggak," acuh Sera.

Orlan merasa aneh, tumben sekali gadis dideoannya ini tidak seperti biasanya.

"Kenapa?" tanya Orlan memastikan.

"Karena gue sayang bukan suka. Sayang, yang berproses menjadi cinta," jawab Sera mengedipkan sebelah matanya.

Orlan sedikit salah tingkah dibuatnya, kni Orlan memalingkan wajahnya karena malu. Tanpa sadar, Orlan juga menerima suapan bubur dari Sera.

"Lo tau gak Owl, bedanya bubur ini sama gue?" tanya Sera.

"Ini makanan, kalau lo manusia," jawab Orlan dengan penuh keyakinan.

"Salah," ucap Sera.

"Kok salah?" Orlan sudah yakin dengan jawabannya, bahkan kucing Dero pun pasti membenarkan jawaban Orlan.

"Kalau bubur ini memberikan rasa hambar buat lo, kalau gue memberikan rasa cinta yang gak bisa orang lain berikan ke elo," jawab Sera mengaduk buburnya, lalu menyuapkannya kepada Orlan.

Orlan tersenyum menanggapinya, ia mengacak rambut Sera. Sera tidak baper, karena ini sudah sering Orlan lakukan kepadanya.

"Lo mau nyuapin bubur ini ke gue gak Owl?" tanya Sera.

"Enggak lah," jawab Orlan.

"Kenapa?" tanya Sera.

"Buburnya hambar, gak enak," jawab Orlan.

"Justru itu, biar gue bisa ngerasain apa yang lo rasain," ucap Sera lalu tersenyum malu.

"Bisa aja sih, belajar gombal dimana hm?" tanya Orlan.

Setan Kecilnya ini sangat menggemaskan baginya. Disaat laki-laki yang menghibur wanitanya saat wanitanya membutuhkan. Sera malah sebaliknya, ia selalu ada kapanpun Orlan butuhkan. Itu sebabnya Orlan ingin selalu melindunginya.

"CUKUP!! GUE GAK TAHAN DENGAN KEUWWUAN INI!" Dero berteriak, sedari tadi ia bermain game ia mendengar percakapan Orlan dan Sera.

Dero juga ingin, tetapi Orlan tidak peduli. Salahkan saja Dero yang mau menjadi nyamuk disini.

"Ini Rumah Sakit Der, mau diusir Satpam?" ucap Orlan.

Tokk tokk tokk

"Permisi adek-adek, saya mau periksa keadaan teman kalian dulu," ucap Dokter Hans yang datang dengan Suster.

Masih ingat Dokter Hans? Sebenarnya dia adalah dokter yang selalu membantu keluarga Orlan. Jika ada yang sakit, maka keluarga Orlan memanggil Dokter Hans. Keluarganya cukup akrab dengan Dokter ini.

"Iya Dok, silahkan," ucap Sera yang mundur memberikan tempat untu k Dokter dan Suster itu.

Orlan hanya diam saja, tidak mau menjawab apapun. Dia dingin kepada orang yang tidak akrab dengannya.

"Keadaanmu sudah membaik, mungkin 2 hari lagi bisa pulang, jangan lupa obatnya diminum agar cepat pulih," ucap Dokter Hans.

"Sore," singkat Orlan.

Dokter Hans sudah mengetahui sikap dingin Orlan dari Dero. Dia memakluminya, sedangkan Orlan, tidak peduli.

"Tidak bisa Orlan, kamu belum pulih. Jika ada apa-apa nantinya bagaimana. Saya tidak mengijinkannya, kamu masih harus dirawat inap," Dokter Hans mencoba untuk membuat Orlan mengerti.

Operasi Orlan tidak bisa dikatakan kecil, itu tergolong operasi besar. Dan lukanya belum sembuh total. Bahkan jika dia banyak bergerak, kemungkinan lukanya akan terbuka kembali, dan akan mengeluarkan darah lagi.

"Der!" panggil Orlan yang lelah menanggapi Dokter Hans.

"Gini Dok, Dokter tau kan Orlan gimana. Kalau dia mau sore ini pulang ya harus pulang. Ada gak solusi lain gitu?" nego Dero, berharap Dokter Hans akan menurutinya.

"Baiklah, Orlan bisa pulang sore ini. Tapi dengan berbagai syarat," ucap Dokter Hans memberi penawaran.

Orlan menoleh, karena mencium bau-bau akan diperbolehkan pulang.

"Apa?" tanya Orlan.

"Gini, kamu boleh pulang sore ini. Asalkan, kamu janji akan meminum obatmu dengan teratur, dan tidak banyak bergerak, saya akan minta laporannya dari Dero. Jika kamu melanggarnya, saya akan menyeret kamu ke Rumah Sakit ini dan tidak akan membebaskanmu begitu saja," ucap Dokter Hans.

"Cuma itu?," tanya Orlan dengan nada dingin.

"Tentu tidak, saya akan memeriksamu 2 kali sehari, pagi dan malam. Jadi, saya akan ke rumahmu, jangan sampai saya tidak menemukanmu dirumah," ancam Dokter Hans.

"Udah?" tanya Orlan.

"Terakhir, kamu juga harus makan dengan teratur menuruti petunjuk saya. Saya akan menuliskan apa yang boleh dan tidak boleh dimakan olehmu," ucao Dokter Hans.

"Kamu juga awasi Orlan selama di rumahnya nanti, berikan laporan kegiatannya kepada saya saat saya datang," tunjuk Dokter Hans kepada Sera.

"Baik Dok," jawab Sera.

"Baiklah, saya pamit dulu. Jangan lupa istirahat, jika ingin cepat sembuh," ucap Dokter Hans lalu meninggalkan ruangan itu.






🦉🦉🦉

Hai halo hello!.
Maaf ya kalau ada typo😭.
Gimana kesannya dipart ini?.

Tulis dikolom komentar dong😁.

Luv kalian💜

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

1.3K 156 20
Sisi terang dan gelap manusia hidup berdampingan. Dan adakalanya gelap akan menjadi lebih kuat untuk menguasai diri manusia.
2.4K 613 14
⚠️ PERHATIAN!!! *Dilarang plagiat dalam bentuk apa pun *Hargai penulis *Bukan lapak BXB DeandDen gabungan dari Twins yang akan membawa alur cerita se...
969 99 13
Ravin remaja 16 tahun yang hidupnya bebas tak bersyarat, dia tidak diperlakukan baik oleh orang tua dan juga saudara angkatnya, tiba-tiba bertemu de...
56.1K 7.3K 7
Tentang Bagas dan kisahnya. Cover- Pinterest No Plagiat ❌