About Time (End)

By SitiNurlela_

1.8K 1.1K 400

SUDAH DIREVISI! JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK VOTE DAN FOLLOW AKUN INI. SEKIAN TERIMA JAEMIN! Biar waktu yan... More

Pertemuan awal
Before I meet with Riyana
Pelarian
Sosok Gatara
Remember this story when we were young
Bima Mandu
Ardi si manusia kulkas
Nenek lampir
Barista ganteng
Dibalik dinginnya sikap Ardi
Pacar bohongan
Kedekatan Riyana & Gatara
Cemburu?
Insiden kecelakaan Nadine
Sisi lemah Nadine
Ibra Maella
Double date?
Nadine dan Barabas
Just friend?
Rencana menyingkirkan Gatara
Rencana Bima
Perasaan aneh Ardi
Nenek lampir berulah
Jadian
Gatara tidak baik-baik saja
More than friend
Spekulasi Barabas mengenai Ardi
Trouble
Luka lama Nadine dan Ardi
Hilangnya Riyana-surat ancaman
Dibalik sikap dingin Abraham
Surat ancaman ke-2
Titik terang masalah Tariana
Sekarat-Kebenaran dibalik tragedi Bunga
Kritis
Rasa bersalah Nugraha
Donor darah
Abraham dan Ambara
Happy birthday Riyana
Penyelesaian
About Time
Tamat

Pelindung Riyana

63 46 11
By SitiNurlela_

Firman sedang menunggu kedatangan Nugraha disalah satu cafe terdekat di sana, Firman juga ingin memberi masukan bagaimana menjadi orang tua tunggal. Pada awalnya Firman sendiri tidak mampu menjadi orang tua tunggal bagi Riyana, tetapi seiring berjalannya waktu Firman bisa menjadi Ibu serta Ayah bagi Riyana.

Tidak lama datang seorang laki-laki yang ternyata Nugraha, Firman mempersilahkan Nugraha untuk duduk terlebih dulu sebelum dia menyampaikan maksud yang ingin disampaikan.

"Terima kasih," ujar Nugraha kepada waiters yang membawa pesanannya.

"Langsung ke intinya saja," ujar Nugraha cepat ketika Firman baru saja ingin membuka mulutnya.

"Pak Firman isi beberapa pertanyaan ini serta tanda tangan," Firman memberikan formulir pendaftaran itu kehadapan Nugraha.

"Pak apa boleh saya kasih saran?" ujar Firman ketika Nugraha sedang mengisi formulir.

"Silahkan,"

"Saya tahu gimana beratnya jadi orang tunggal karena saya sendiri merasakannya, tapi kekerasan bukan jalan terbaik untuk mendidik anak terutama anak yang usianya masih kecil," Firman menjeda ucapannya sedangkan Nugraha terdiam sejenak ketika mendengar perkataan dari Firman.

"Jadi, saya harap semarah apapun Bapak terhadap Gatara jangan sampai berakhir dengan memar di tubuh Gatara. Bukan Bapak saja yang mengalami dampak perpisahan ini tetapi lebih berat lagi bagi Gatara yang masih membutuhkan kalian sebagai orang tua. Saya harap Bapak mengerti maksud saya," lanjut Firman dan membuat Nugraha tertegun.

Nugraha menyadari kesalahannya sangat menyadarinya, sudah gagal kah dia menjadi orang tua bagi anaknya? Apa dia orang tua yang baik bagi anaknya? Pertanyaan itu seakan mengelilingi kepala Nugraha.

Firman melihat raut wajah bersalah Nugraha, Firman tahu bahwa Nugraha itu Ayah yang baik tapi hanya saja dia sedang berada di posisi belum menerima kenyataan yang ada.

"Berjalan ke depan lah, jangan berlarut dalam masalah yang menimpa saat ini. Kita tidak bisa mengulang sesuatu yang sudah berlalu tetapi kita bisa menjaga yang ada pada kita saat ini," Nugraha menatap Firman, benar ucapan Firman dia tidak harus berlarut dalam masalah seperti ini.

"Bapak benar, saya memang orang tua yang tidak bisa di andalkan. Bahkan tangan saya melukai orang yang paling berharga dalam hidup saya," Firman menepuk pundak Nugraha tiga kali.

"Belum ada kata terlambat untuk memperbaiki," namun bukan nya senang Nugraha nampak terlihat murung mendengar nasihat Firman.

"Kenapa waktunya tidak tepat, besok saya akan dinas keluar kota beberapa tahun ini. Bagaimana saya bisa memperbaikinya? Apa saya ajak Gatara ikut saja?" Nugraha nampak frustasi sekarang karena pilihan ini begitu sulit baginya.

Nugraha tidak bisa menolak kesempatan ini, karena ini bisa menjadi kesempatan dia untuk naik jabatan. Nugraha hanya ingin melakukan yang terbaik untuk keluarga nya saat ini, hanya itu saja. Apa salah?

"Lebih baik Bapak obrolkan langsung dengan Gatara, keputusan ada di tangan Gatara," Firman memberi sedikit saran untuk memecahkan masalah Nugraha saat ini.

"Kalau Gata ikut nanti di sana sama siapa? Sedangkan saya pasti bakal sibuk kerja," Nugraha menghela napas panjang memikirkan beberapa kemungkinan yang ada.

"Bagaimana kalau Gatara tinggal sama saya saja? Atau tidak saya menjadi wali Gatara disaat Bapak tidak ada?" Nugraha menatap mata Firman dalam, bisakah dia menyerahkan Gatara kepada orang lain?

"Bapak tidak perlu khawatir, Gatara akan baik-baik saja kok. Atau tidak Bapak sewa pembantu di rumah Bapak untuk mengurus kebutuhan Gatara, sedangkan biar saya yang pantau atau mewakilkan Bapak untuk Gatara. Lagian saya juga punya anak yang memang seusia Gatara, mungkin itu akan mempermudah saya dalam menjaga Gatara," Nugraha memejamkan matanya sejenak untuk memikirkan ide dari Firman.

"Oke kalau begitu, saya serahin anak saya ke Bapak. Tolong perlakukan dia dengan baik Pak, saya akan menebus semua itu ketika saya bisa mendampingi Gatara, soal biaya hidup Gatara saya akan mengirim uangnya," Firman dapat mendengar helaan napas Nugraha, berat memang disaat kita ingin memperbaiki sesuatu tetapi waktu lah yang tidak tepat.

-----

Riyana menatap Gatara yang asik dengan teman barunya, Riyana merasa iri terhadap Gatara. Dia bisa mudah mendapatkan teman di manapun dia mau sedangkan Riyana seorang pun tidak ada yang mau berteman dengannya.

Sadar ditatap terus oleh Riyana, Gatara memilih menghampiri Riyana dengan senyum riang di wajahnya.

"Sendiri aja nih?" tanya Gatara yang membuat Riyana memutar bola matanya malas.

"Nggak, orang berdua kok," ketus Riyana dan membuat Gatara menautkan alisnya.

"Sama siapa? Orang nggak ada siapa-siapa juga," ujar Gatara sambil melihat sekelilingnya untuk memastikannya lagi.

"Sama hantu,"

"Hah?!" Gatara terkejut bukan main, apa Riyana anak indigo? Pikir Gatara.

"Iya, mau lihat?" tantang Riyana dan membuat Gatara merinding bukan main, Gatara melihat sekelilingnya yang memang saat ini mereka sedang duduk dibawah pohon besar.

"Ya nggak dong," sombong Gatara dan reflek Riyana mendelikan matanya.

"Cemen banget sih," cibir Riyana dan membuat Gatara tersinggung, pasalnya belum pernah ada yang mengatai dirinya seperti Riyana.

"Siapa bilang? Mana sini mana hantunya hah? Nggak takut," harga diri Gatara bisa anjlok jika seorang gadis mengatai dirinya seperti itu.

"Ingat Ta harga diri," batin Gatara sambil menegakkan bahunya bertanda dia tidak takut dengan apapun.

"Serem loh hantunya," Gatara menelan kuat saliva nya, demi harga diri harus bisa lawan, batin Gatara.

"Mana sini mau lihat,"

Riyana mengeluarkan bolpoin yang ternyata di penutupnya ada kaca kecil yang masih bisa di pakai.

"Nih!" Riyana mengarahkan kaca kecil ke hadapan Gatara.

"Cakep gini dikatain hantu? Kelilipan hah?" Gatara terbahak di tempatnya setelah memuji dirinya sendiri dengan percaya diri.

Riyana hanya diam saja, toh tidak ada yang lucu menurut Riyana. Gatara akhirnya mengakhiri tawa nya dan menatap gadis kecil di sampingnya yang terus saja menampilkan wajah masamnya.

"Kenapa kok cemberut gitu sih? Masih kesel gara-gara pelajaran tadi? Yaudah maaf deh jangan cemberut gitu jadi jelek loh," Riyana mendelik tajam ke arah Gatara ketika dirinya dikatai jelek, bibit unggul Firman dikatai jelek terluka sekali harga diri Firman.

"Sereman muka lo daripada hantu," bisik Gatara dan membuat Riyana memukul keras tangan Gatara, bisa-bisanya dirinya yang cantik dan manis ini dikatain satu server sama hantu.

"Aw sakit Yan," Riyana nampak bodoamat ketika mendengar ringisan Gatara.

Dalam sejenak mereka diam tanpa katapun, mereka sibuk dengan isi kepalanya masing-masing. Riyana menghela nafas panjang yang dapat di dengar oleh Gatara.

"Enak ya jadi kamu, bisa dapat teman dengan mudah. Yana udah beberapa tahun sekolah disini tapi nggak pernah punya teman main," Gatara menolehkan kepalanya ketika mendengar penuturan Riyana. Enak?

"Jadi lo nggak punya teman disini?" tanya Gatara yang di angguki oleh Riyana.

Gatara menarik tangan Riyana tiba-tiba sontak membuat Riyana menautkan alisnya. Gatara berjalan menghampiri segerombolan anak-anak yang asik bermain di sana.

"Ehh Gata, mau ikut main sama kita?" ujar salah satu murid perempuan di sana ketika melihat keberadaan Gatara.

"Iya, tapi sama Riyana juga," Riyana menggoyangkan tangan Gatara yang membuat sang empunya menoleh.

Riyana menggeleng kecil tanda dia tidak mau, tetapi bukan Gatara kalau dia menuruti kode dari Riyana.

"Mm boleh aja sih tapi kamu nya ikut main kan?" Riyana sudah tahu di balik pertanyaan itu, mereka semua hanya menginginkan Gatara bukan dirinya.

"Iya, sini Yan duduk," Riyana menuruti perkataan Gatara dan hal itu mendapat tatapan sinis dari mereka semua.

Ketika mereka asik bermain satu sama lain pengecualian Riyana yang sepertinya tidak dianggap oleh mereka kecuali oleh Gatara. Gatara tiba-tiba ingin buang air kecil dan meminta ijin untuk keluar sebentar.

Setelah Gatara pergi mereka semua menatap Riyana dengan sinis, Riyana hanya mampu menundukkan kepalanya saja karena dia terlalu takut menatap mata mereka.

"Kalau bukan karena Gatara mana mau kita main sama kamu," seketika Riyana mendongakkan kepalanya dengan perkataan murid laki-laki itu.

"Iya benar banget, lagian kenapa nggak kamu tolak aja sih? Merasa punya pelindung sekarang?" Riyana mengepalkan tangannya kuat-kuat mendengar penuturan mereka.

"Bu-bukan gitu," Riyana ingin membela dirinya tapi dia merasa gugup karena tatapan mata sinis mereka.

"Halah bukan gitu bukan gitu, kita baik cuman buat Gatara aja kalau sama kamu sih ogah," Riyana menatap mereka semua tanpa ekspresi sedikitpun.

Gatara yang mendengar perkataan orang-orang di sana merasa kesal, jadi ini mereka yang sesungguhnya.

"Gue juga baik bukan karena kalian tapi karena ada Riyana disini siapa juga yang mau main sama anak-anak nggak tahu caranya menghargai kayak kalian, ayo Yan sini main sama gue aja," bela Gatara ketika mereka semua berkata yang tidak baik untuk Riyana, kemudian Gatara menarik pergelangan tangan Riyana.

Mereka menatap Riyana penuh amarah, hanya karena Riyana mereka dicap tidak baik oleh Gatara.

Gatara menarik Riyana untuk masuk kelas saja, diluar terlalu berbahaya bagi si cengeng Riyana.

"Jangan nangis," ujar Gatara ketika melihat mata Riyana yang sudah mulai berkaca-kaca.

"Mereka sering kayak gitu sama lo?" Riyana hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Udah jangan dipikirin lagi, kan masih ada gue disini," Riyana menatap wajah Gatara secara seksama.

"Kenapa? Ada apa dimuka gue? Ada upil ya?" seketika Riyana tertawa mendengar ucapan Gatara tadi, sedangkan Gatara hanya tersenyum ketika melihat tawa Riyana.

------

Untuk part ini sekian, maaf jika ada kekurangan ya🤗

Jangan lupa vote sama comment nya🤗
Kritik dan saran di persilahkan di kolom komentar ❤

Terima kasih buat kalian yang udah berkunjung dicerita ini, salam sayang dariku😗

Big thanks!
Big luv!
Bye bye!

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 72.4K 33
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.5M 129K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
793K 48.3K 19
walau udah end tapi jangan lupa tetep voment yaa ! ‧₊˚ ┊͙[semi mature;straight] ˎˊ-𓆝𓆟𓆜 ❝Bagaimana jika seorang gadis cantik nan polos merelakan t...
78.5K 5K 44
- kim jungwoo new title quiet boy ; oeconomica