OWL MAN

By MutiaraLaut53

18.2K 1.9K 292

⚠️Budayakan Follow Sebelum Baca⚠️ 🦉🦉🦉 Hidup, tapi seperti mati. Hidup, tapi tidak diinginkan. Hidup, tapi... More

1. Orlando Alaska Gabriello
2. SeTan Kecil
3. Otak?
4. Hasutan SeTan
5. Seblak Berhadiah
6. Cambuk Titipan
7. Miss Me?
9. Katakan Peta
10. Teka-Teki
11. NyaBar
12. Seventeen
13. Luka
14. Gombal ala Sera
15. Pulang
16. Sekali saja
CAST
17. Gagal Uwwu
18. Menyamar
19. Aska?
20. Mine
21. Gagal Paham
22. DeroCha
23. Gugur
24. Nasehat Dero
25. Sayang Tapi Gengsi
26. Bukan Ghibah
27. Awal Kelabu
28. Abu-Abu Tua
29. Kejadian
30. Pilihan Sulit
31. Taman Rumah Sakit
32. Kepingan
33. Semak Berduri
34. Dia Kembali
35. Retak
36. Demi Sera
37. Detik
38. Hilang
39. Tunggu Aku Pulang
40. Dimana Ava?
41. Kecelakaan atau keberuntungan?
42. Orlan kembali
43. Sedikit demi sedikit
44. Titip Harapan Pada Bintang
45. Flashback
46. Ava dan Cia ( Flashback)
47. Maa
48. Masih Jadi Anak Mama
49. Akhirnya
50. Salah Paham
51. Akhir Atau Baru Dimulai?
52. Sempurna
53. Ternyata Mereka
54. Rencana
55. Misi Penyelamatan Barta
56. Penghianat!
57. Penjahat?
58. Arti Keluarga

8. Papa?

702 77 16
By MutiaraLaut53


"Setiap orang memiliki kesalahan, namun tidak semua orang memiliki dua kesempatan"

_Owl-Man_

°°°

Malam ini, Orlan bimbang antara keluar rumah atau tetap di Rumah. Lukanya sudah sembuh, namun pikirannya berkecamuk. Dia takut jika Sera marah, karena candaannya siang tadi. Tidak sepenuhnya candaan, Orlan memang mulai memiliki rasa untuk Sera. Namun, dia tidak bisa membiarkan Sera masuk ke dalam hidupnya. Hidupnya terlalu gelap, untuk gadis yang memiliki hidup cerah seperti Sera. Dia bahkan dibenci keluarganya, sedangkan Sera, hidup dalam kehangatan keluarga.

"Argh!!!" Orlan menjambak rambutnya karena frustasi.

"Apa yang harus gue lakuin?" ucap Orlan pada dirinya sendiri.

Orlan menatap bintang dilangit, dia merasa iri dengan mereka. Bintang dihadirkan bersama teman-temannya, atau bahkan keluarganya. Orlan hanya memiliki keluarga Dero dan Sera.

"Miris banget sih," gumam Orlan.

"Kira-kira, Setan kecil marah gak ya?, bodoh banget sih gue pake bilang bercanda segala. Tapi kalau dia anggap serius, bisa-bisa dia dalam bahaya," guma Orlan.

"Argh!! Semua karena kejadian itu, kenapa sih mereka nyalahin gue?. Kenapa gak ada yang percaya sama gue!?" kesal Orlan.

"Gue butuh ketenangan kayaknya," ucapnya lagi.

Orlan memngambil Hp-nya dan mencari kontak Dero.

DeroSat

Gw mw pg, jgn ikt.

Tak lama kemudian ada balasan dari Dero.

Eh, mau kmane lo? Ga ada pergi-pergi!.
Lo pikir badan lo baja gitu ha?! Lo masih sakit bangke.

Gw sht

Lo mau kemana?

Kmn j

Bodo! Gue tau lo mau ketemuan, gue ikutin lo pokoknya.

Srh

Setelah itu, Orlan memasukkan Hp-nya kesaku hoodie yang ia pakai. Orlan mencari masker didalam laci, disana banyak masker tersedia untuk ia pakai.

"Malam! I'm coming!" teriaknya tak terlalu keras.

Saat membuka pintu, Orlan dikejutkan dengan banyak orang disana. Siapa lagi kalau bukan suruhan Papanya. Yang lebih membuatnya terkejut adalah, kehadiran Papanya diantara orang-orang tersebut.

"Pa?" gumamnya.

"Menyusahkan sekali," ucap Barta Leonardo Nugraha(Papa Orlan), "kau membuat saya menunggu lama, bocah sialan!" kesal Papa Orlan.

"Papa bisa panggil Orlan, biar Orlan tau kalau ada Papa," ucap Orlan.

Ada kerinduan tersirat dimata Orlan, namun tidak dengan Barta. Orlan sedikit merasa sakit dengan tatapan tajam Papanya. Sebenci itukah Papanya?, setelah 10 tahun tidak bertemu pun, tidak ada sapaan hangat yang Orlan terima.

"Kau pikir saya sudi memanggil namamu ha?!" bentak Barta.

"Pa-,"

"Jangan panggil saya papa, bodoh!! Kau bukan anakku!!" bentak Barta lagi.

Orlan merasa sangat sakit dengan ucapan Barta, namun sebisa mungkin ia menutupi sakit itu dibalik maskernya. Ia mencoba tersenyum dibalik maskernya.

"Papa, ada apa kesini?" tanya Orlan sopan.

"Saya hanya ingin memperingatkanmu, jauhi gadis itu," ucap Barta dingin.

"Maksud Papa?" tanya Orlan belum paham arah pembicaraan ini.

"Kau ingat kan hukumanmu! Kau pikir saya tidak tahu kau bertemu dengan gadis itu di Danau itu," sinis Barta.

"Papa memata-mataiku?" tanya Orlan.

"Tentu, kau tahu kenapa?" tanya Barta.

Orlan menggeleng tak mengerti.

"Karena saya tidak suka kau memiliki teman, saya ingin kau menderita dan hidup sedindirian!!" sini Barta

Orlan berusaha mendekati Barta, ia sangat merindukan sosok ayah. Namun, jangankan pelukan hangat, bahkan senyuman pun tak bisa Orlan dapatkan. Baru satu langkah ia maju, dua orang suruhan Barta menghalanginya.

"Jangan mendekati tuan besar," ucap Jo, suruhan Barta yang pernah menghukum Orlan.

"Bagus Jo, saya suka kerjamu yang cekatan," puji Barta.

"Terima kasih tuan besar," ucap Jo.

Barta mengangguk, lalu menatap Orlan tajam. Orlan sudah dewasa, namun tidak bisakah hukumannya berakhir?.

"Pa-"

"SUDAH KU KATAKAN KAU BUKAN ANAKKU BOCAH SIALAN!!" bentak Barta.

Orlan tersentak karena bentakan itu, ia mundur beberapa langkah.

"Apa gak bisa, aku memeluk Papa walaupun 1 menit saja?" tanya Orlan dengan suara bergetar.

"Tidak," jawab Barta.

"Tapi kenapa?" tanya Orlan.

"Karena kau pembawa sial," jawab Barta, "ayo pergi dari tempat ini!" perintah Barta kepada suruhannya.

Barta dan suruhannya meninggalkan Orlan seorang diri. Kini, Orlan terduduk di depan pintu rumahnya. Seakan kakinya tak bertulang, bahkan untuk berdiri saja ia tak ingin.

Orlan hanyut dalam pikirannya, ia tak menyadari jika ada Dero mendatanginya.

"Lan," sapa Dero pelan.

"Ya?" jawab Orlan.

"Lo gak papa kan? Gue tadi liat tuan Papa datengin lo, dia ngomong apa? Dia gak ngapa-ngapain lo kan?" tanya Dero khawatir.

Orlan menggeleng sebagai jawaban, Orlan berdiri dengan bantuan Dero lalu duduk di kursi kayu di depan rumahnya. Orlan melepaskan maskernya, lalu terdiam, tak ada sepatah kata pun keluar dari bibirnya.

Hanya keheningan, Dero tak berani mengganggu ketenangan Orlan. Sedangkan Orlan yang masih hanyut dalam pikirannya.

"Den!!! Den Orlan!!" panggil pak Ali dan Bi Muna (orangtua Dero).

"Iya Pak, Bi, ada apa?" tanya Orlan menatap kedua orang itu.

"Den Orlan teh gak papa?" tanya Pak Ali.

"Iya Den Orlan gak papa? Tadi Bibi denger tuan besar kesini, dia ngapain aden?" tanya Bi Muna.

"Orlan bahagia," jawab Orlan.

"Hah?!" kaget Bi Muna, Pak Ali dan Dero.

"Kok bisa?" tanya Dero.

"Kalian tau? Ini pertama Papa ketemu aku Bi, Pak Ali, Der. Setelah sepuluh tahun, akhirnya Papa datengin gue Der," jawab Orlan menatap langit sambil tersenyum miris.

"Den, kalo Den Orlan mau nangis teh gak papa atuh Den," ucap Bi Muna yang paham akan sakit yang Orlan tanggung.

"Gak Bi, Mama pernah bilang, laki-laki gak boleh cengeng," ucap Orlan masih menatap langit.

"Den, kalo Den Orlan butuh temen cerita, curhat, atau butuh apa-apa, Den Orlan bisa panggil kami Den," ucap Pak Ali.

"Makasih Pak," jawab Orlan kini menatap mereka.

"Lan, lo bisa nutupin sisi lemah lo dari kita, tapi lo bisa kok nunjukin sisi lemah lo saat li sendiri. Jadi, lo butuh waktu sendiri gak sekarang?" tanya Dero.

"Enggak," jawab Orlan pelan.

"Kenapa?" tanya Dero.

Orlan menggelengkan kepalanya, Orlan tidak suka sendiri. Orlan lelah sendiri, Orlan tidak ingin menanggung semuanya sendiri.

"Bisa saya peluk Pak Ali dan Bi Muna gak?" tanya Orlan.

Keduanya saling tatap, lalu mengangguk.

Orlan memeluk Bi Muna dan Pak Ali, sedikit tenang, itu yang Orlan rasakan. Beginikah rasanya dipeluk sosok Ayah dan Ibu?. Sudah lama sekali Orlan tidak merasakan kehangatan keluarga seperti ini.

"Den Orlan yang sabar ya," ucap Bi Muna meneteskan air matanya dipunggung Orlan.

"Den Orlan kuat ya," ucap Pak Ali sembari menepuk bahu Orlan.

"Huwaaaa.... Bapak Ibukk, terus yang peluk Dero siapa?!" teriak Dero tiba-tiba, sangat merusak suasana.

"Peluk aja pohon rambutan sana," jawab Pak Ali.

"Bosen kali Pak, mending peluk bebeb Echa," ceplos Dero.

"Apa?! Siapa Echa? Kamu berani-beraninya mau peluk cewek ya, siapa yang ngajarin ha?!" kesal Bi Muna sambil menarik telinga anak semata wayangnya itu.

"Aww sakit buk sakit, lepas bukk," rintih Dero kesakitan.

"Jangan berani-berani peluk cewek sembarangan kamu! Dimutilasi baru tau rasa kamu! Sembarangan mau peluk anak gadis orang," ucap Bi Muna.

"Aww sakit ibukk, udah dong bukk sakit nih, putus dehh putus telinga ganteng gue," rintih Dero.

"Terusin aja bukk, putus juga ntar tumbuh lagi," ucap Pak Ali.

"Buk, bapak tuh yang ngajarin Dero gini," ucap Dero berniat mengerjai Pak Ali.

"Ohh jadi bapak yang nagjarin? Sini biar Ibuk hukum sekalian," kini Bi Muna menarik dua telinga suami dan anaknya itu.

Orlan sedikit terhibur dengan drama mereka. Hal sepele pun membuat mereka tak kesepian, penuh canda dan juga tawa tentunya.

"Rasain!! Macem-macem lagi, Ibuk potong tangan kalian berdua," ancam Bi Muna.

"Sadis ih," gumam Dero yang masih bisa didengar Bi Muna.

"Apa kamu bilang?!" seru Bi Muna.

"Ibuk cantik macam bidadari," jawab Dero.

"Bohong tu Bi," kini Orlan bersuara.

"Ah gak asik lo Lan," kesal Dero.

"Bodo amat," acuh Orlan.











🦉🦉🦉

Ada yang nungguin Owl-Man update gak?.
Jawab Ya atau Iya , maksa😭.

Luv you readers💜

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

Zidan By nkn.ptr

Teen Fiction

1.7K 123 14
Elzydan Hridayesh sebagai protagonis. Protagonis yang satu ini tida bisa dipisahkan dari kata malas. Dan dipertemukan 2 orang sahabat yang super akti...
54.4K 1.2K 8
Akan tiba masanya saat aku pergi dari dunia Saat janji yang aku ucapkan sudah terlaksana Saat dirimu mengatakan diriku sudah memenuhi yang kau pinta ...
1.6M 51K 34
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
1.3K 156 20
Sisi terang dan gelap manusia hidup berdampingan. Dan adakalanya gelap akan menjadi lebih kuat untuk menguasai diri manusia.