HAMA [COMPLETED]

By -Esqueen

23.1K 3.1K 454

Bagi Reva, Nathan adalah Hama. Bagi Reva, kakak angkatnya itu adalah makhluk paling meresahkan yang pernah ia... More

[]Prolog[]
[] Part 1 []
[]Part 2[]
[]Part 3[]
[]Part 4[]
[]Part 5[]
[]Part 6[]
[]Part 7[]
[]Part 8[]
[]Part 9[]
[]Part 10[]
[]Part 11[]
[]Part 12[]
[]Part 13[]
[]Part 14[]
[]Part 15[]
[]Part 16[]
[]Part 17[]
[]Part 18[]
[]Part 19[]
[]Part 20[]
[]Part 21[]
[]Part 22[]
[]Part 23[]
[]Part 24[]
[]Part 25[]
[]Part 26[]
[]Part 27[]
[]Part 28[]
[]Part 29[]
[]Part 30[]
[]Part 31[]
[]Part 32[]
[]Part 33[]
[]Part 34[]
[]Part 35[]
[]Part 36[]
[]Part 37[]
[]Part 38[]
[]Part 39[]
[]Part 40[]
[]Part 41[]
[]Part 43[]
[]Epilog[]

[]Part 42[]

474 47 2
By -Esqueen

Hampir seluruh pandangan para tamu terarah pada sebuah mobil ferrari merah yang berhenti di tempat acara setelah menabrak salah satu meja yang ada disana.

Tepat setelah mobil itu berhenti, pintu di samping kemudi terbuka dan memunculkan sosok gadis berdress biru tua dengan kondisi make up yang sangat memprihatinkan. Gadis itu berlari menuju pusat acara tanpa memperdulikan tatapan para tamu yang menyorotnya aneh.

Beberapa kali sang gadis menabrak orang-orang yang ada disana, namun, ia sama sekali tak gentar. Reva, sang gadis itu terus berlari mencari seseorang yang sejak tadi memenuhi pikirannya.

"Nah, sekarang sudah saatnya kita menuju puncak acara."

"Untuk kedua pihak, silahkan menuju tempat yang sudah ditentukan."

Dapat! Suara dari pembawa acara itu, membuat Reva tau dimana pusat acara ini berada. Reva berlari menuju ke dalam rumah Vivi, terus berlari hingga ia menemukan orang-orang yang melingkari sesuatu. Reva menerobos lingkaran manusia itu, hingga akhirnya ia bisa melihat sosok Nathan dan Vivi yang tengah saling berhadapan dengan Nathan yang berposisi hendak memasangkan cincin pada jari Vivi.

Reva memegang kedua lututnya dengan nafas yang terenggah-enggah. Serius, berlari di halaman rumah Vivi, sama saja seperti menjelajah setengah lapangan di sekolahnya. Luas sekali.

Reva memusatkan pandangannya pasa sosok Nathan. Tak ada yang menyadari kehadirannya disini, sepertinya orang-orang sangat terpikat untuk memperhatiakan kedua orang di depan mereka.

"Sip! Kedua tokoh utama sudah siap memimpin acara puncak. Ayo pasangkan cincin yang menjadi simbol kepemilikan di jari masing-masing."

"Kita hitung sampai tiga, yah... Satu... Dua... Tigaaaa."

Tepat setelah sang mc menyelesaikan hitungannya, Nathan memegang tangan yang Vivi sodorkan, pria itu mulai mendorong cincin yang terhimpit di antara jempol dan telunjuknya. Sedikit lagi cincin itu menyentuh jari Vivi, namun, gerakannya terhenti saat sebuah teriakan yang sangat ia kenali terdengar memenuhi ruangan.

"NATHAN! GUE SUKA SAMA LO! KALAU LO MASUKIN CINCINNYA, MATI AJA SANA!"

Bisik-bisik seketika terdengar saat Reva selesai mengutarakan apa yang harus ia utarakan. Tatapan tak mengerti hingga sinis dari para tamu, kini terarah pada sosok Reva yang masih terenggah-enggah dengan nafasnya.

"HEH! GUE GAK AKAN BIARIN YAH VIVI TUNANGAN SAMA ORANG YANG GAK BISA BALES PERASAAN DIA!"

"GAK MAU TAU! VIVI GAK BOLEH TUNANGAN SAMA ORANG KAYAK LO. VIVI HARUSNYA BISA TUNANGAN SAMA COWO YANG CINTA DIA LEBIH DARI DIRINYA SENDIRI. LO GAK PANTES NATHAN! LO CUMA BISA TUNANGAN SAMA GUE! LO MILIK GUE NATHAN."

Nathan menurunkan tangannya, tak jadi memasangkan cincin pada jari Vivi. Nathan dan Vivi saling berpandangan, keduanya masih tak mengerti dengan kejadian ini. Mimpi? Atau prank? Tunggu, apa ini kenyataan?

Saat semua memandang Reva tak mengerti, Andra melangkah menuju seseorang yang ia yakini adalah pembawa acara. Tanpa kata apapun, pemuda itu merebut mic yang dipegang sang mc. "Mohon maaf saya ambil alih. Acara selesai, terima kasih sudah hadir disini. Yang tidak ada kepentingan mohon pamit undur diri. Sekian," ucapnya.

Suasana semakin ricuh, para tamu undangan saling membicarakan tindakan Reva dan Andra yang seenaknya menghentikan acara. Mereka sama sekali tak memperdulikan perintah Nathan untuk undur diri. Jelas akan seperti itu, karna mau bagaimanapun mereka hanya menganggap Andra dan ucapannya hanya main-main belaka.

Reva yang masih di posisinya semula kini terpaksa harus bergerak saat dirinya tiba-tiba diseret begitu saja oleh seorang wanita paruh baya yang ia kenal.

Tanpa kata apapun, wanita itu membawa Reva menjauh dari kerumunan, beberapa orang juga mengikuti mereka dari belakang, termasuk Vivi dan juga Nathan.

Tak lama, mereka telah sampai di sebuah ruangan kosong namun luas. Wanita itu melepaskan Reva dan langsung menghadap pada gadis itu.

"Re! Apa-apaan tadi? Kamu gak mikir apa gimana?"

Reva menatap wanita itu tanpa takut, matanya menyorot tepat pada mata sang wanita. Memberikan tatapan kuat dengan tekad yang jelas sekali terasa. "Aku udah berfikir beratus kali sebelum ngelakuin itu, mah," ucapnya.

"Mama gak pernah ajarin kamu kayak gitu, Reva! Kenapa? Maksud kamu apa teriak kayak tadi?" tanya Kirana dengan nada tak bersahabat.

"Vivi gak boleh tunangan sama Nathan, mah. Nathan gak cinta Vivi, Nathan cintanya sama aku," jawab Reva mantap.

Plakk

Semua orang yang ada di ruangan ini langsung menyorot wanita paruh baya yang baru saja mendaratkan tamparannya pada pipi Reva.

Vivi menjerit tertahan, sedangkan Nathan langsung maju dan mendekatkan dirinya pada Reva.

"Gak sopan kamu! Apa maksudnya kamu bilang gitu?!"

Reva menyorot orang yang baru saja menamparnya, tatapannya masih sama seperti tadi. Ia tak takut sama sekali, satu sudut bibirnya tersungging ke atas, menciptakan sebuah senyum miring yang langsung membuat orang di depannya tersaruk mundur ke belakang. "Tante gak denger? Nathan enggak cinta sama Vivi. Nathan sama Vivi gak cocok, tan. Percuma tunangan, gak akan buat Vivi sama Nathan bahagia," ucapnya.

Wanita paruh baya itu menatap Reva tak bersahabat, tangannya sudah terangkat lagi, sepertinya ia siap untuk kembali menampar Reva.

"Satu kali aja kamu nampar anak saya lagi, saya putusin kerja sama kita!"

"Satu kali lagi aja Reva kamu tampar, May, rasa hormat aku buat kamu hilang sudah."

Tangan Mayang berhenti di udara saat Mahes dan Kirana berucap dan mengancamnya secara bersamaan. Wanita itu menurunkan tangannya, lalu menunduk saat rasa bersalah menelusup masuk menuju hatinya. "Maaf," lirihnya.

Tak ada suara lagi, semuanya membungkam mulut mereka masing-masing. Semuanya memilih bergelut dengan pemikiran mereka masing-masing.

Beberapa menit keheningan itu menelan mereka, hingga akhirnya salah seorang dari mereka mulai angkat bicara.

"Sepertinya, acara ini harus dibubarin."

Semua mata tertuju pada sosok Nathan yang berdiri tepat di belakang Reva. Xandro mengangguk setuju, dan setelahnya pria berumur itu berbalik dan melangkah menjauhi ruangan. Sepertinya ia akan membubarkan para tamu-tamunya.

Bersamaan dengan kepergian Xandro, Nathan melangkah ke arah Vivi. Pemuda itu menatap Vivi dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "Maaf, Vi. Lo tau apa yang akan gue lakuin. Maaf banget, gue sayang lo, tapi, hanya sebagai sahabat," ucapnya.

Vivi mengangguk paham, bibirnya ia paksakan untuk tersenyum. "Iya, Nat, gue gak apa-apa," ucapnya disertai dengan air matanya yang mengalir. Tersenyum, namun menangis.

"Tante, aku batalin pertuna-- perjodohan ini. Bener kata Reva, aku gak pantes buat Vivi. Aku gak akan bisa buat Vivi bahagia. Tolong, biarin Vivi dapetin lelaki yang bisa mencintai dia sepenuhnya. Dan tolong, biarin aku memilih pasangan aku sendiri," ucap Nathan menyorot Mayang yang masih saja menunduk.

Tak mendapati jawaban apapun yang keluar dari bibir Mayang, Nathan berhenti menyorot wanita itu. Dia kembali melangkah, kali ini ia menuju ke arah Reva, meraih tangan gadis itu dan berjalan menjauhi ruangan. "Mah, Pah, semuanya, Nathan sama Reva pulang duluan," ujarnya.

Semua yang masih tersisa memandangi kepergian Nathan hingga pemuda itu benar-benar tak terlihat lagi.

Kirana menghembuskan nafasnya kasar. Serius, ini adalah kejadian yang tak pernah ia sangka-sangka. Ia tak menyangka putrinya akan seberani itu saat menggagalkan acara pertunangan sahabatnya sendiri.

"May, besok aku sekeluarga kesini buat lurusin permasalahan kita. Sekarang lebih baik kami pamit pulang," ucap Kirana.

Mayang akhirnya mengangkat kepalanya, wanita itu menangangguk, menyetujui ucapan dari sahabatnya.

"Vivi, tante minta maaf atas perbuatan Reva, yah, sayang. Serius, maaf banget," Tutur Kirana. Sebelum ia benar-benar pamit, ia menyempatkan diri meminta maaf dan mengusap rambut Vivi. Bagaimanapun, Kirana sangat mengerti kalau ini adalah pukulan keras bagi Vivi.

"Gak apa-apa, tan. Aku ngerti tujuan Reva baik. Dia mau nyelametin aku, kami bertiga lebih tepatnya," balas Vivi seraya tersenyum dan memegang tangan Kirana yang masih bertengker di kepalanya.

Kirana tersenyum hangat. Beruntung Vivi adalah gadis yang sangat baik dan pengertian, membuat ia merasa lega sekarang. Ia yakin masalah ini akan selesai besok, Vivi, Nathan, dan Reva akan baik-baik saja. Yah, itu yang ia yakini dan pasti akan terjadi.

=====

Gimana miskah? Aneh tidak? Semoga enggak yah. Muehehehehe.

Krisar sama votenya, maniez!

---------TBC---------

Continue Reading

You'll Also Like

102K 8K 34
Bagaimana rasanya jika perasaan kalian hanya di jadikan sebagai bahan taruhan oleh seseorang? Sakit? Sedih? benci? Atau bahkan kalian ingin menampar...
3.6M 287K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
4.1K 696 10
Gadis itu, [Name]. Yang menemukan makna hidup dan mimpi baru melalui hobi bersepeda dan pertemanan yang terbentuk. Bertemu dengan orang-orang yang pe...
728K 72K 52
(JUDUL AWAL PLAY GIRL PENSIUN) "Kamu sama Matematika itu sama-sama nyusahin, kalo Matematika susah di pelajari kalo kamu susah di miliki," -Adelin Al...