CACAT LUKA

By matcharay_

2.5M 459K 541K

©2021 More

ZERO
ONE
TWO
THREE
CACAT LUKA || PROLOG
FOUR
FIVE
SIX || MEMORIES
SEVEN || MEMORIES
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
SIXTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
THIRTY ONE [FLASHBACK]
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FORTY
FORTY ONE
FORTY TWO [MEMORIES]
FORTY THREE
FORTY FOUR
FORTY FIVE
FORTY SIX
FORTY SEVEN
FORTY EIGHT
FORTY NINE
FIFTY
FIFTY ONE
FIFTY TWO
FIFTY THREE
FIFTY FOUR
FIFTY FIVE
FIFTY SIX
FIFTY SEVEN
FIFTY EIGHT
FIFTY NINE
SIXTY
SIXTY ONE
SIXTY TWO
SIXTY THREE
SIXTY FOUR
SIXTY FIVE
SIXTY SIX [FLASHBACK]
SIXTY SEVEN
SIXTY EIGHT
SIXTY NINE
SEVENTY [FLASHBACK]
SEVENTY ONE
SEVENTY TWO
SEVENTY THREE
SEVENTY FOUR
SEVENTY FIVE
SEVENTY SIX
SEVENTY SEVEN
SEVENTY EIGHT
SEVENTY NINE
EIGHTY
EIGHTY ONE
EIGHTY TWO
EIGHTY THREE [FLASHBACK]
EIGHTY FOUR
EIGHTY FIVE
EIGHTY SIX
EIGHTY SEVEN
EIGHTY EIGHT
EIGHTY NINE
NINETY
NINETY ONE
NINETY TWO
NINETY THREE
NINETY FOUR
NINETY FIVE
NINETY SIX
NINETY SEVEN
NINETY EIGHT
NINETY NINE
ONE HUNDRED
ONE HUNDRED AND ONE
ONE HUNDRED AND TWO
ONE HUNDRED AND THREE
ONE HUNDRED AND FOUR
ONE HUNDRED AND FIVE
ONE HUNDRED AND SIX
ONE HUNDRED AND SEVEN
ONE HUNDRED AND EIGHT
ONE HUNDRED AND NINE
ONE HUNDRED TEN
ONE HUNDRED ELEVEN

TWELVE

37.5K 7.8K 26.1K
By matcharay_

"Woy, bitch!" Teriakan Altezza membuat seluruh murid yang sedang berolahraga menghentikan aktivitasnya sejenak dan mengalihkan atensinya ke arah cowok itu. Altezza terlihat berlari ke arah Zee yang hendak melompat memasukkan bola ke dalam ring. Tapi sebelum cewek itu berhasil melakukan tembakan jarak jauh, detik yang sama, Altezza merebut bolanya dan melempar bola itu ke kepala Zee, membuat tubuh Zee sedikit terdorong ke belakang.

Seluruh siswi yang melihat hal itu spontan membekap mulutnya, menampilkan ekspresi -are you kidding me, babe? Sementara Zero memutar mata, terlihat malas dan seolah tidak peduli.

Abigail berniat berlari mendekati Zee, tapi tertahan oleh Filosofi.

"Bangsat. Maksud lo apa," nada suara Zee terdengar mengancam.

Altezza mencengkeram pergelangan tangan Zee saat cewek itu berniat akan menghajarnya. Dia tersenyum tipis dan tanpa aba-aba langsung memutar tangan cewek itu ke samping, membuat Zee terpaksa harus membalikkan tubuh agar tangannya tidak mengalami cidera serius. Zee meringis tertahan saat Altezza memperkuat cekalannya. Sedetik kemudian, dia merasakan tangannya di angkat dan jatuh di atas perban luka yang masih basah. "Because of you."

Zee menggigit bibirnya saat ingatannya kembali terlempar pada kejadian empat hari lalu, malam dimana Altezza menolongnya dari serangan Erga. Bagaimana cowok itu memeluknya, seolah takut jika dirinya terluka parah. Dan seandainya saat itu Zee tidak bertemu dan mencari masalah dengan Erga, dia tidak akan terlibat masalah dengan Altezza.

"So?" Zee melepaskan diri dari cekalan cowok itu. "Apa mau lo? Apa yang lo mau dari gue?"

Altezza terdiam memikirkan jawaban. Dia melihat ke arah bola basket yang teronggok di lantai dan menendangnya ke arah Zee. "Latihan basket bareng lo."

"Hah?"

"Kenapa?" Altezza mengangkat satu alisnya. "Nggak mau?"

"Ya nggak lah."

"Yaudah."

"Yaudah, sana pergi. Ngapain masih disini?"

"Lo ngusir gue?"

"Iya."

"Ok." Sesaat Zee dapat bernapas lega karena hari ini dia tidak harus berurusan dengan Altezza. Tapi detik yang sama, perkataan Altezza selanjutnya berhasil membuat sekujur tubuh Zee mendadak Tremor.

"Tapi setelah gue kalah tanding basket sama lo," saat Altezza memutar mata, sesuatu menarik perhatiannya di ujung lorong.

Grace berdiri. Dia menatap matanya dan memiringkan kepalanya ke belakang, mengisyaratkan agar cowok itu datang. Altezza berjalan santai melewati Zee dan menghampiri Grace - berhenti tepat di depannya, bersandar di dinding yang sama -berhadapan.

"Apa?"

Grace memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Dia mengangkat wajahnya sedikit, memperhatikan perban yang melilit luka belakang kepala cowok itu.

"Lo mungkin bisa mengalami cedera kepala dan gue nggak mengizinkan lo-"

Kata-kata Grace terpotong saat dia melihat ekspresinya. Mata Altezza menatapnya memohon, seakan mengatakan -satu kali saja. Ok? dan kelihatannya seperti Altezza benar-benar akan bersikap egois jika Grace tidak mengizinkan cowok itu.

"Grace." Altezza  menggenggam siku lengan Grace. Jari-jarinya dengan kuat menggenggam kulit lembut lengan atasnya dan menarik cewek itu mendekat. Bibir Altezza perlahan bergerak mendekati pipi Grace. Kemudian dengan lengannya merangkul erat bahu cewek itu, Altezza membenamkan wajahnya di leher Grace. "Please?"

Grace bergeming beberapa detik, lalu ikut melingkarkan lengannya merangkul Altezza sambil menghela napas. "Ok."

Altezza mengangkat kepala dan menyisir rambut Grace dengan jari. Cowok bermarga Gillova itu menyelipkan rambut sahabatnya di belakang telinga. Mereka saling menatap. Jemarinya bergerak perlahan di antara helai-helai rambut Grace.

"Ezz."

Altezza menoleh saat mendengar suara derap kaki yang melangkah ke arahnya. Cewek dengan seragam basket dan ikat kepala yang menutupi sebagian dahi itu berhenti di sebelahnya. Zee menatapnya dalam diam. "Gue nggak mau."

Altezza terkekeh dan menegakkan tubuh. "Luka-"

"Nama gue Zee," koreksinya.

Altezza tidak peduli. Grace menyibak rambutnya yang menutupi dahi dan berbalik pergi menuju ruang OSIS.Altezza menatap punggung Grace yang perlahan menghilang tertelan jarak.

"Gue nggak mau. Dan gue nggak punya banyak waktu." Zee mengoper bolanya ke arah Abigail. "Tapi lo bisa tanding basket sama salah satu temen gue. Contohnya, Abigail. Dia lebih jago basket dibanding gue."

"Nggak mau. Maunya sama lo."

"Lo benar-benar.." Zee kehabisan kata-kata. "Banci," desisnya tanpa sadar membuat tatapan Altezza berubah tajam. "Kenapa? Marah karena gue panggil banci?"

Altezza tidak menjawab. Tapi tatapan matanya sudah sangat jelas mengatakan jika dia benar-benar marah. "Bitch," desisnya. Altezza mencengkeram kuat pergelangan tangan Zee dan menarik cewek itu ke tengah lapangan. "Gue mau minta pertanggung jawaban lo."

"Gue nggak ngerti maksud lo apa." Zee berusaha melepaskan diri dari cekalan Altezza.

"Nggak usah pura-pura bego."

"Apaansih. Gue bener-bener nggak ngerti!" Zee menyentak kasar tangan Altezza hingga cekalan ditangannya terlepas. Altezza menunjuk ke arah perban lukanya. "Masih nggak ngerti?" Kening Zee mengkerut. Terlihat tengah berpikir keras. "Pertanggung jawaban atas luka lo?" Zee menjawab ragu.

Altezza mengangguk.

"Ok. Berapa?" Altezza tidak mengerti. "Berapa banyak uang yang lo butuh untuk biaya pengobatan-"

Ucapan Zee terpotong saat Altezza dengan tiba-tiba membekap mulutnya dan mensejajarkan posisinya untuk menatap mata cewek di depannya. "Gue nggak butuh duit lo," bisiknya tepat di depan wajah Zee. Cewek itu terkesiap dengan napas tersengal ketika merasakan tangan Altezza perlahan bergerak masuk ke dalam jersey basketnya, menyentuh perutnya. Tangan Altezza begitu panjang sampai ujung jarinya bisa menyentuh satu sisi rusuk Zee dan menekan pusarnya. "Tapi lo bisa bayar pakai tubuh lo."

823 word.

Continue Reading

You'll Also Like

163K 16.7K 22
//walaupun udah tamat, tolong komennya ya gais 😭// Kim Taehyung anak seorang konglomerat yang mempunyai pengaruh besar di berbagai dunia, mempunyai...
359K 23.8K 28
Tentang Garkano Arthure Virgama. Sosok laki-laki yang identik dengan jaket denim biru berkerah hitam Sosok laki-laki berwajah dingin dengan banyak ra...
3M 255K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
717K 33.9K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...