OWL MAN

By MutiaraLaut53

18.2K 1.9K 292

⚠️Budayakan Follow Sebelum Baca⚠️ 🦉🦉🦉 Hidup, tapi seperti mati. Hidup, tapi tidak diinginkan. Hidup, tapi... More

2. SeTan Kecil
3. Otak?
4. Hasutan SeTan
5. Seblak Berhadiah
6. Cambuk Titipan
7. Miss Me?
8. Papa?
9. Katakan Peta
10. Teka-Teki
11. NyaBar
12. Seventeen
13. Luka
14. Gombal ala Sera
15. Pulang
16. Sekali saja
CAST
17. Gagal Uwwu
18. Menyamar
19. Aska?
20. Mine
21. Gagal Paham
22. DeroCha
23. Gugur
24. Nasehat Dero
25. Sayang Tapi Gengsi
26. Bukan Ghibah
27. Awal Kelabu
28. Abu-Abu Tua
29. Kejadian
30. Pilihan Sulit
31. Taman Rumah Sakit
32. Kepingan
33. Semak Berduri
34. Dia Kembali
35. Retak
36. Demi Sera
37. Detik
38. Hilang
39. Tunggu Aku Pulang
40. Dimana Ava?
41. Kecelakaan atau keberuntungan?
42. Orlan kembali
43. Sedikit demi sedikit
44. Titip Harapan Pada Bintang
45. Flashback
46. Ava dan Cia ( Flashback)
47. Maa
48. Masih Jadi Anak Mama
49. Akhirnya
50. Salah Paham
51. Akhir Atau Baru Dimulai?
52. Sempurna
53. Ternyata Mereka
54. Rencana
55. Misi Penyelamatan Barta
56. Penghianat!
57. Penjahat?
58. Arti Keluarga

1. Orlando Alaska Gabriello

2.5K 187 47
By MutiaraLaut53


"Aku kesepian, hidup dalam kegelapan, berteman dengan malam, aku rindu siang, rindu matahari yang menghangatkan"

_Owl-Man_

°°°

Flashback on.

Bocah laki-laki berumur 7 tahun itu hanya diam saat di bentak, dimarahi, bahkan dipukul. Bahkan sekarang wajahnya tampak berantakan, dengan baju yang ternodai darah. Dia berjalan terseok-seok mendekati sang ibu.

"Ini semua gara-gara kamu?!!" bentak seorang wanita, lalu mendorong bocah itu sambil menangis.

"Kalau bukan karena kamu, dia pasti masih ada disini!!!" bentak seorang laki-laki yang ada disamping istrinya yang masih terus menangis.

"Setelah ini jangan pernah muncul dihadapan saya ataupun yang lain!!" bentak wanita itu lagi, kini ia menegakkan tubuhnya lalu menarik lengan bocah itu dan mendorongnya hingga bocah itu terjatuh dilantai.

Entah berapa bentakan yang ia terima saat ini,yang ia mau hanya memeluk ibunya dan menenangkannya.

"Ta-tapi bu-"

"CUKUP!! Jangan membantah, jangan pernah menemui siapapun. Jangan menampakkan wajahmu kepada siapapun!!" sahut suami dari wanita itu, "kamu akan tinggal di Gubuk belakang rumah ini, jangan pernah keluar dan melewati gerbang sebelum matahari terbenam" lanjut laki-laki itu.

"Segera kemasi barang-barangmu dan angkat kaki dari sini!" perintah wanita disampingnya, "saya muak melihatmu!" lanjut wanita itu lalu pergi bersama suaminya.

Brakk!!!

Suara pintu utama yang dibanting dengan sangat keras.

Flashback off.

"Sampai kapan gue disini? Bahkan sudah 10 tahun gue gak pernah bertemu langsung sama mama papa, gue rindu," gumam remaja laki-laki itu menatap rumah utama dihadapannya.

Dia adalah Orlando Alaska Gabriello, atau biasa dipanggil Orlan. Remaja yang sudah diasingkan selama 10 tahun. Dia diusir dari rumah utama dan ditempatkan di rumah kecil belakang rumah utama. Sudah selama itu dia tidak pernah mendengar suara kedua orang tuanya. Dia hanya diperbolehkan keluar dimalam hari saat matahari telah terbenam.

Bahkan dia tidak diijinkan menginjakkan kaki didalam rumah utama. Pernah sekali saat 2 bulan diasingkan, Orlan memberanikan diri untuk menemui sang mama, namun yang didapat adalah bentakan. Tidak hanya bentakan, bahkan Orlan didorong oleh sang mama sampai kepalanya terbentur sudut meja dan terluka. Setelah itu dia sangat dilarang menginjakkan kaki di dalam rumah utama lagi sampai saat ini.

Orlan tetap diberi fasilitas seperti ponsel, televisi, sebuah laptop juga berupa uang bulanan. Ia tidak sekolah di sekolah umum namun sang Papa selalu mengirim guru untuk mengajarinya, dengan alasan 'tidak ingin ada orang bodoh yang menginjak tanahnya'.

Orlan hidup, namun seperti tidak dianggap ada. Bahkan mungkin orang sekitar rumahnya tidak tau bahwa ada orang yang bernama Orlan di rumah ini. Dia bagaikan hidup dalam penjara, dan malam adalah kebebasan baginya.

"Hoyy bro!!" kejut seorang remaja laki-laki dibelakangnya, namun hanya dibalas tatapan datar oleh Orlan.

"Balik?" tanya Orlan dingin.

Tidak ada lagi senyuman hangat dibibir remaja itu, tidak ada lagi tawa yang terdengar dari remaja itu. Orlan telah berubah sejak keluarganya berubah.

"Hah? Maksudnya? Ngomong itu yang lengkap dong! Perlu gue ajarin apa!" kesal remaja laki-laki itu.

"Dero! Jangan ganggu den Orlan lagi! Sini kamu!" tegur sang Ibu menjewer anak semata wayangnya itu, agar tidak mengusik ketenangan tuannya.

Laki-laki cerewet itu adalah Dero,anak dari Bi Muna, pembantu di rumah utama itu. Dia tidak memanggil Orlan dengan embel-embel 'Den' karena permintaan Orlan, sebenarnya Bi Muna juga diminta memanggil 'Orlan' saja oleh Orlan, namun Bi Muna bersikeras memanggil 'Den' karena takut tidak sopan.

"Duh ibuk, salahin tuh Orlan, kenapa bengong mulu. Lagian 'kan Dero mau ngehibur doang buk," ucap Dero membela diri, namun diabaikan oleh sang ibu.

"Kamu itu ganggu bukan menghibur, dasar anak bandel ya kamu," kesal Bi Muna.

Dero cemberut mendengar penuturan ibunya. Terkadang Dero merasa bahwa dia bukan anak Bi Muna, karena Bi Muna lebih menyayangi dan memperhatikan Orlan. Tetapi Dero juga sangat kagum dengan Orlan yang sanggup bertahan selama 10 tahun ini. Kalau Dero diposisi Orlan mungkin Dero memilih bunuh diri sejak dulu.

Orlan yang terbiasa melihat itu pertengkaran itu pun sedikit merasa tenang, setidaknya dia masih mempunyai 2 orang yang selalu ada untuknya. Oh tidak, lebih tepatnya 3 orang yaitu suami dari Bi Muna yaitu Pak Ali.

Bi Muna dan keluarganya tinggal di rumah utama. Namun, sesekali Dero tinggal di rumah yang ditempati Orlan untuk menemaninya. Rumah itu tidak besar, bahkan ukurannya lebih kecil dari kamar Orlan di rumah utama, oh sekarang menjadi kamar kosong disana.

Orlan merasa memiliki keluarga yang utuh saat bersama mereka. Orlan hanya bisa melihat orang tuanya dari jauh, itupun dari atas pohon rambutan yang ditanam Pak Ali di depan rumah kecilnya itu agar tidak diketahui orang tuanya. Orlan juga pernah mencuri foto kedua orangtuanya,saat orang tuanya tidak dirumah, untuk mengobati rasa rindunya. Ia menempelkan foto itu di boneka harimau kecil disebelah tempat tidurnya. Menurutnya kedua orang tuanya pemarah mirip harimau.
Tanpa sadar Orlan kembali melamunkan nasibnya.

"Den, makan dulu, Bibi udah bawain makanan. Udah Bibi siapin dimeja makan," ucap Bi Muna membuyarkan lamunan Orlan.

"Ah iya Bi nanti Orlan makan," jawab Orlan sopan.

"Dah lah ayo makan, gue laper banget woy, abis sekolah tadi dipalakin preman depan gang gak jadi jajan nih gue," sahut Dero menyeret Orlan ke meja makan.

Orlan hanya menggelengkan kepalanya, ia tahu pasti kalau Dero bukan belum makan, tetapi Dero hanya tidak ingin Orlan telat makan. Dero sahabat terbaik bagi Orlan bahkan Dero sudah dianggap saudara oleh Orlan walaupun tidak pernah bisa menggantikan posisi dia.

Orlan dan Dero makan dengan tenang, sedangkan Bi Muna kembali ke rumah utama untuk bekerja.

"Nginep?" tanya Orlan memecah keheningan.

"Hah? Maksudnya apa?" tanya Dero.

"Ck lemot!" gumam Orlan, namun tidak terdengar oleh Dero.

"OH GUE TAU!?" seru Dero mengagetkan Orlan, alhasil kepalanya dilempar remot oleh Orlan.

"Sakit bego!!" kesal Dero.

"Apa?" tanya Orlan pura-pura tidak mendengar.

"Eh gak ada, hehe," jawab Dero sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "Oh iya lupa, iya gue nginep ntar malem, mau minta ajarin sama lo, secara lo kan pinter ye kan?" lanjut Dero sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Jijik. Gue gak bakal ngerjain PR lo lagi" jawab Orlan

"Daebak! 8 kata njir perkembangan yang pesat nak Orlan. Lanjutkan!" kata Dero bertepuk tangan.

Orlan tidak menanggapinya, dia fokus menonton televisi dihadapannya.

"Eh, lan! Lo gak bosen nonton si botak? Tiap hari nonton itu mulu," tanya Dero penasaran, umur 17 tahun tinggal menunggu hari, tampang keren nonton Upin Ipin. Apa kata Masha and the bear dan Spongeboob nantinya?.

"Film terakhir," jawab Orlan pelan namun masih terdengar oleh Dero.

"Maksudnya? Film terakhir apaan?" tanya Dero lagi.

"Mama," jawab Orlan "gue tidur," lanjut Orlan, setelah menjawab itu, Orlan beranjak pergi menuju ke kamarnya.

"Film terakhir? Mama? Oh film terakhir yang dia tonton sama mamanya," gumam Dero tak sadar.

5 detik kemudian...

"Hah!? Jadi... ini film yang dia tonton sama mamanya sebelum diusir dari ruma utama? Semenderita itu hidup lo lan. Gue janji bakal jadi sahabat yang terbaik buat lo, gak akan ninggalin lo," gumam Dero.

Lalu Dero pergi ke luar menuju rumah utama.

Sementara itu, Orlan di kamarnya menatap boneka harimau itu sambil tersenyum, tersenyum miris tepatnya.

"Ma, mama tau? Orlan gak sepenuhnya salah ma, tapi Orlan gak tau kenapa mama gak mau dengerin penjelasan Orlan dulu," gumam Orlan menatap foto itu seakan-akan itu adalah orang tuanya.

"Pa, Orlan tau dibalik kebencian papa,papa masih menganggap Orlan ada, dan itu udah cukup buat Orlan,"

Tak terasa air matanya mengalir begitu saja,inilah titik lemah seorang Orlan, yang tidak pernah ia perlihatkan kepada orang lain.

Tak lama kemudian ia terlelap dalam tidurnya.

•••

Kringgg kringgg!!!!

Bunyi alarm itu mengusik tidur Orlan, jam menunjukkan pukul 18:10. Orlan bergegas bangun untuk mandi dan mengambil wudhu, untuk melaksanakan sholat maghrib.
Setelah itu, ia mengambil hoodie hitam dan memakai masker, tidak lupa dengan gelang kecil bermotif Burung Hantu, yang selalu ia pakai saat malam hari.

Baginya Burung Hantu adalah dirinya, yang keluar malam hari dan menjalani harinya dimalam hari. Jika ia bertemu orang maka, ia mengenalkan diri sebagai Owl-Man, untuk menutupi jati dirinya. Orlan tidak pernah melepas maskernya dimalam hari.
Dan saat inilah kehidupan Orlan yang selalu ia tunggu, malam.

"Loh loh.. eh lan! Lo mau kemana njir? Gue mau ke rumah" panggil Dero.

"Jalan," singkat Orlan.

"Terus gue ditinggal gitu? Eh gue mau ngerjain PR ya udin!" kesal Dero

"Gue, nanti," jawab Orlan.

"Beneran ya? Awas lo bohong! Gue ke rumah lo aja. Bosen di rumah utama gak ada temen," keluh Dero.

"Sendiri," jelas Orlan.

"Iya tau gue sendiri juga di rumah. Tapi beda lah pokoknya. Gak dikunci kan?" tanya Dero yang dibalas anggukan oleh Orlan.

Lalu Orlan melanjutkan langkahnya menuju suatu tempat.

"Eh den Orlan mau kemana?" tanya Pak Ali, suami Bi Muna. Ia seorang supir juga penjaga rumah.

Sebenarnya banyak penjaga rumah utama, namun Pak Ali juga termasuk kedalam salah satunya.

" Mau keluar pak," jawab Orlan sopan.

"Ya udah sok atuh, hati-hati ya den," ucap Pak Ali yang dibalas anggukan oleh Orlan.

Orlan kembali berjalan ke belakang samping pohon besar dekat gerbang utama, lalu mengambil sebuah sepeda miliknya. Ia mengendarai sepedanya dengan tenang.
Inilah hidupnya, hidup dalam ketenangan ditemani bulan dan bintang. Dia rindu matahari namun dia juga suka bulan dan bintang. Tak terasa 15 menit ia mengayuh sepedanya dan sampai ke tempat tujuannya. Danau tersembunyi yang jauh dari pemukiman penduduk. Danau ini sangat sejuk dimalam hari, karena belum banyak yang tahu, danau ini menjadi bersih tidak tercemar.

Orlan merebahkan tubuhnya diatas rumput dipinggir danau, lalu menatap bintang, sangat tenang. Tanpa sadar ada yang duduk didekatnya.

"Lo sering ke sini?" tanya Orang itu mengejutkan Orlan.









🦉🦉🦉

Hayo loh siapa itu?😂

Jangan bosen ya simak terus, kita liat gimana kehidupan Orlan selanjutnya.
Oke tunggu next partnya!

Jangan lupa votemen 🦉

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

502K 21.9K 55
SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW DULU AKUNNYA!! {Cerita ini sedang di revisi🙏🏻} **** bagaimana jika seorang gadis yang amat sempurna dengan wajah ca...
7.3K 910 15
Altheo chesley, anak anak ke 4 keluarga chesley, dan dia mempunyai adik perempuan yang hanya beda satu tahun. karena sebuah kejadian dia harus berper...
8.1K 764 29
Story processing company (SP Group). Sebuah Perusahaan di luar nalar yang ada di negeri atlantis, perusahaan yang bekerja untuk mengubah alur dari su...
969 99 13
Ravin remaja 16 tahun yang hidupnya bebas tak bersyarat, dia tidak diperlakukan baik oleh orang tua dan juga saudara angkatnya, tiba-tiba bertemu de...