My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)

By nasywadukke77

28.9K 3.4K 310

Sebuah cerita manis di dunia orange kembali hadir, seorang Alana Magnolya berhasil menaruh rasa pada seorang... More

01-MBA
02-MBA
03-MBA
04-MBA
05-MBA
06-MBA
07-MBA
08-MBA
09-MBA
10-MBA
11-MBA
12-MBA
13-MBA
14-MBA
15-MBA
16-MBA
17-MBA
19-MBA
20-MBA
21-MBA
22-MBA
23-MBA
24-MBA
25-MBA
26-MBA
27-MBA
28-MBA
29-MBA
30-MBA
31-MBA
32-MBA
33-MBA
34-MBA
35-MBA
36-MBA
37-MBA
38-MBA
39-MBA
40-MBA
41-MBA
42-MBA
43-MBA
44-MBA
45-MBA
Ekstra Part 1
Ekstra Part 2

18-MBA

455 62 3
By nasywadukke77

Flashback On✨

Alfaro baru saja tiba di rumah, lelaki itu belum lama habis membersihkan diri kemudian melanjutkan aktivitasnya bermain game.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, menampilkan perempuan cantik memakai dress selutut yang terus saja tersenyum lebar.

Alfaro melirik sekilas, kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya, ia tidak tertarik dengan pemandangan di hadapannya yang menurutnya sangat merusak suasana.

Gadis bernma Alifia itu menarik lengan Alfaro dengan sekuat tenaga, Alfaro bangkit dari duduknya, kemudian berkacak pinggang di depan Fia.

"Apa?!" ketus Alfaro.

"Santai dong, jangan galak-galak sama sepupu sendiri!" Alifia terlihat ngeri dengan ekspresi wajah Alfaro yang datar tanpa ekspresi.

"Ya buruan lo mau ngomong apa?!"

"Temenin gue, ya?" gadis itu bermohon di hadapan Alfaro.

"Mau ke mana?"

Fia menyuruh Alfaro untuk menunduk sedikit agar menyesuaikan tinggi badan Alfaro dengannya.

Kemudian gadis itu membisik pelan di telinga Alfaro. "Sebenarnya gue suka sama Candra."

"Oh," lelaki itu kemudian kembali duduk setelah menanggapi ucapan Fia.

Alifia terlihat kesal. Gadis itu memasang wajah kesalnya, sembari menghentak-hentakkan kakinya di lantai.

Alfaro menatapnya dari atas sampai bawah, dan menggelengkan kepalanya.  "Gak jelas!" lelaki itu menjawab dengan acuh, kemudian kembali fokus pada gamenya.

Alifia tak mau kalah, gadis itu melempar stick PS yang ada di tangan Alfaro ke atas kasur.

Alifia menarik Alfaro keluar kamar, Felicia menatap kedua remaja itu sembari menikmati rotinya.

"Alfaronya Fia pinjam dulu bunda," teriak Fia sembari menarik Alfaro keluar rumah.

"Gak usah di balikin juga engga papa." Felicia berteriak tak kalah kencang dari suara Alifia tadi.

"Kita mau ke mana, sih?!"

Alifia menunjukkan alamat di handphone nya, kemudian Alfaro dengan terpaksa mengemudikan mobil menuju tempat tujuan.

Alifia dengan bersemangat turun dari mobil sembari terus menarik lengan Alfaro.

"Duduk." Alifia memerintah, kemudian memesan makanan di meja kasir.

Saat Alifia kembali, gadis itu tak henti-hentinya menampilkan senyumannya yang lebar.

"Buruan! Ada apa? Gue pengen balik, main PS!" Alfaro berucap dengan santai sembari menatap ke arah luar jendela.

"Gue mau nyatain perasaan gue ke Candra. Lo sebagai sepupu yang baik, bantuin gue, ya?" gadis itu memohon sembari menangkupkan kedua tangannya di hadapan Alfaro.

Alfaro menatapnya dengan sedikit ngeri, baru kali ini ia mengetahui ada perempuan senekat ini. "Gak!" tolak lelaki itu dengan cepat, kemudian ingin beranjak pergi, tapi Alifia menarik lengannya dan terus memohon.

"Kalau lo gak mau, gue bakal nangis kejer nih di sini! Biar orang-orang pada ngira lo ngapa-ngapain gue." Alifia mengancam sembari menaik-turunkan alisnya.

"Lagian kita sepupuan, gak bakal ada yang ngira kalau gue macam-macam."

"Lagian lo sefamous apa sih? Lo bukan artis yang semua orang harus tau seluruh asal usul dan silsilah keluarga lo!" Alifia mengambil ancang-ancang untuk menjalankan misinya, berpura-pura menangis.

"Eh_eh iya iyaaa! iya dah iya! Gue turutin. Buruan apa?!" Alfaro menunjukkan raut wajah kesalnya.

Alifia tersenyum senang. "Bantu gue latihan, gimana? Gue udah ngundang Candra ke sini juga, gue bakal nyatain perasan gue ntar, kalau dia nerima gue, pokoknya lo wajib gendong gua tujuh keliling dan lo___"

"Gue gak punya banyak waktu!"

Alifia menarik nafasnya terlebih dahulu, kemudian tersenyum. "Jadi maksud gue nyuruh lo ke sini, ada yang mau gue omongin far."

"Apa?" jawab Alfaro, namun tanpa sengaja dari balik tirai, Candra mendengar percakapan mereka barusan. Ruangan yang di pesan Alifia memang terkesan khusus untuk momennya bersama Candra.

"Gue udah lama naksir lo, gue sama lo udah sama-sama dekat, gue selalu nungguin lo buat ngasih kepastian, tapi kalau gue perhatiin lo gak ada rasa sama gue. Lo bakal nerima atau engganya, gue tetap berterimakasih, setidaknya perasaan gue udah lega."

"Hm," jawab Alfaro seolah-olah sedang berfikir.

"Jadi? Jawabannya apa?"

Alfaro mengangguk kemudian tersenyum tipis. "Iya, gue terima."

Kemudian Alifia bersorak gembira. "Yeayyy! Pokoknya ga mau tau entar lo bakalan gendong gue tujuh keliling," ucap Alifia dengan bangga, kemudian Candra membuka tirai seolah menampilkan wajahnya yang di buat seperti terpaksa untuk baik-baik saja.

Lelaki itu tersenyum kecut.  "Sorry gue ganggu," kemudian Candra berjalan keluar cafe, Alifia dan Alfaro saling menatap.

Alifia berlari sekuat tenaga menyusul Candra keluar, namun tidak ada siapa-siapa di luar, hujan pun turun semakin deras, Alifia menerobos hujan, mencoba mencari keberadaan Candra di sekeliling.

Beberapa saat Alifia mencari kemudian Alfaro datang dan menarik Alifia masuk ke dalam mobilnya yang baru saja ia ambil dari parkiran cafe.

Saat kepergian Alfaro dan Alifia, Candra menampilkan dirinya dari tempat persembunyian.

"Semoga lo bahagia fi," lelaki itu menangis di bawah derasnya hujan, menarik rambutnya dengan frustasi.

Keesokan paginya Alifia berangkat sekolah bersamaan dengan Alfaro, Candra memperhatikan keduanya, lelaki itu terlihat sedang mengontrol emosinya.

Candra berjalan sembari menggenggam mawar merah yang entah akan ia berikan kepada siapa.

Lelaki itu mengumpulkan semua siswa siswi di lapangan sekolah, lelaki itu berjongkok di hadapan prisilla yang notabenya adalah sahabat karib Alifia.

"Gue udah lama suka sama lo sil, lo mau kan, jadi milik gue?" Candra tersenyum tipis, sembari melirik kecil ke arah Alifia tanpa sepengetahuan gadis itu. "Untuk selamanya," lelaki itu beralih menatap Prisilla dengan senyuman.

"Gue engga bisa jawab di hadapan semua orang, kita bicara empat mata." Prisilla berjalan terlebih dahulu kemudian di susul oleh Candra.

"Gue gak bisa nerima lo," jawab Prisilla.

"Tapi kenapa?"

Prisilla tersenyum tulus. "Sampai rumah buka kotak ini, seluruh jawaban yang ada di otak lo ada di dalam sini."

Setelah mengucapkan itu, Prisilla dan Candra saling berpelukan.

Kedua mata Alifia mulai berair, gadis itu berjalan meninggalkan Alfaro sendirian di lapangan tadi, tanpa sengaja saat gadis itu berjalan keliling sekolah, ia melihat Candra dan Prisilla saling berpelukkan.

Dadanya terasa sangat sesak, air matanya tak bisa ia bendung lagi, gadis itu berlari entah akan ke mana tujuannya.

Seluruh sekolah heboh, banyak darah berserakan di lapangan sekolah, seluruhnya berkerumun, mereka tidak tau siapa pemilik tubuh itu, karena wajahnya berada di bawah.

"Kenapa bisa gini?" tanya salah satu Siswi.

"Katanya dia terjun dari lantai atas, engga tau apa penyebabnya."

"Astaga pasti wajahnya rusak," kedua Siswi itu bergidik ngeri.

"Itu Alifia woi! Alifia anak IPA! Astaga kenapa bisa begini?" semua orang bergidik ngeri ketika tubuh Alifia di balik, dan menampilkan wajahnya yang benar-benar rusak yang menampilkan banyak darah mengalir tanpa henti.

Saat sementara ingin melanjutkan langkahnya, Alfaro mendengarkan percakapan itu. Awalnya, lelaki itu terlihat bodo amat tapi karena perkataan seseorang berhasil mencuri perhatiannya.

Dengan langkah gemetar dan sedikit takut Alfaro mencoba memberanikan diri untuk memastikan hal itu.

Lelaki itu menelan salivanya dengan susah payah ketika melihat name tag di seragam Alifia, karena siapapun tidak bisa mengenali pemilik tubuh itu, di karenakan kondisi wajahnya yang benar-benar hancur.

Alfaro melepas almamater nya kemudian menutupi seluruh wajah Alifia agar wajahnya tidak terekspose sama sekali oleh kamera para siswa-siswi di sekolah itu.

Candra yang baru saja datang berjalan dengan penuh amarah ke arah Alfaro, kedua tangannya mengepal kuat, lelaki itu benar-benar marah, kedua bola matanya memerah.

Saat Alfaro ingin mengangkat tubuh Alifia, Candra langsung menarik kerak baju lelaki itu.

"Gue udah relain dia buat lo, mau lo apa sekarang, hah?!!! Sekarang lo ngejagain dia aja engga becus!!" Candra memukul Alfaro tanpa henti, Alfaro tak mau kalah, lelaki itu juga ikut membalas pukulan Candra.

Candra berdiri kemudian kembali menarik kerak baju Alfaro sampai lelaki itu terlihat berjinjit menahan sesak. "Lo lihat dia!" Candra menunjuk ke arah mayat Alifia yang darahnya masih terus mengalir.

Candra mendekatkan wajahnya ke arah Alfaro sembari menatap kedua bola mata lelaki itu dengan begitu tegas. "Dia adalah orang yang gue sayang!!" ucap Candra dengan menerapkan setiap penekanan dalam setiap kata yang ia ucapkan rahang lelaki itu juga ikut mengeras.

Mata lelaki itu benar-benar merah kemudian Candra kembali lagi memukul Alfaro, Alfaro tak bergeming sama sekali, ia rela di perlakukan demikian, karena Alfaro masih sangat sedih dengan kepergian sepupunya.

"Sekarang ibu tanya, kalian berdua masih memiliki minat di sekolah ini atau tidak?!!" guru BK di sekolah itu berbicara, pasalnya mereka ketahuan berkelahi, dan mayat Alfia sedang di urus sekarang.

"Kalau saya sih masih bu, gak tau kalau Faro."

"Saya juga bu, tapi ya___" belum sempat Alfaro menyelesaikan ucapannya, sudah langsung terpotong.

"Sudah engga usah ngeles! Kalau udah engga mau ya bilang engga aja, sekarang kalian ibu keluarkan dari sekolah! Sekarang cari sekolah yang peraturannya bebas untuk berkelahi antar murid! Silahkan keluar dari ruangan saya!" Alfaro berjalan keluar ruangan dengan santai, tak lupa membawa surat yang terletak di atas meja.

Setelah hari itu Alfaro pindah sekolah dan bertemu dengan Sadewa, Yanto dan juga Yusdar di sekolah SMA Gelora Bangsa sedangkan Candra di pindahkan ke luar negeri atas dasar perintah Vivi.

Flashback Off✨

Alana, Sisi, Sheila dan juga Keisya sedang menuju ke mall. Sesuai dengan rencana mereka saat di sekolah, sore ini mereka akan bersenang-senang setelah sekian lama tidak pernah menghabiskan waktu bersama.

Mereka memutar musik di dalam mobil, Sheila menyetir dengan lihai, selama perjalanan mereka terus bersenandung dan bernyanyi bersama.

Tak lama kemudian mereka telah sampai di tempat tujuan, ke-empat remaja itu turun dari mobil dengan bersemangat, merasa tidak sabar akan bersenang-senang nantinya.

Semoga suka sama part ini ya🥰

Akhirnya terjawab teka-teki nya sedikit demi sedikit yak hehe😅

✨Like dan komennya✨

Tungguin next partnya ya🥰

Continue Reading

You'll Also Like

3M 23.9K 45
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
6M 283K 38
disini tempatnya typo, cerita lama, males buat revisi. kalo ada kesalahan kata atau alur maafin aja. kalo ga suka, ga usah di baca!! mau vote atau en...
32.9K 1.3K 35
The story is 100% writer's imagination. --------------------------------------- Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang siswi bernama Joan...
254K 10K 48
WARNING❗SEDANG DIREVISI SECARA BRUTAL❗ 15+ "Akhh...akhh" Nata "jangan mendesah didepan gue!!" Reyfefa "akh akh akhh..." Nata "gue bilang jangan mende...