Cerita 64

3.2K 195 0
                                    

Dua hari kemudian, Andra pulang.

Lebih tepatnya memutuskan untuk pulang lebih dulu, memesan tiket pesawat dengan penerbangan paling pagi dan menyerahkan sisa kerjaan ke Birama dan beberapa orang lainnya.

Saat tiba di apartment, pukul sepuluh di hari sabtu, Nadia dan Ara masih tidur di karpet bulu depan tv dengan keadaan tv masih menyala. Andra memang belum mengabari kalau akan pulang hari ini.

Melihat pemandangan didepannya, Nadia yang tidur dengan posisi memeluk Ara yang tidak menolak membuatnya tersenyum kecil. Andra memilih masuk ke kamar untuk membersihkan diri, saat selesai Ara sudah bangun dan sedang berusaha membangunkan Nadia.

"Nad, lo bukannya mau jogging ya? gimana Nad udah siang?" Andra berdehem menyadarkan Ara akan keberadaannya. kagetnya Ara itu menggemaskan di mata Andra

"kamu kapan pulang?" tanyanya dengan mata membesar

"baru aja, aku buat sarapan ya?" Andra baru akan melangkah ke dapur namun suara Ara menginterupsi.

"eh gak usah, kamu kan capek. Biar aku aja, bentar aku bangunin Nanad dulu" Andra menurut, tetap berjalan ke dapur untuk menyeduh kopi.

"Nad bangun, kebo banget sih" Nadia mengerang lalu duduk dengan keadaan mata yang masih tertutup

"apa Ra? masih pagi udah rusuh" 

"bangun ih, kita ketiduran depan tv"  Ara beranjak mematikan tv lalu mencepol asal rambutnya, semua gerak-gerik Ara tidak lepas dari tatapan Andra.

"udah siang Ra? elah gue kan mau lari pagi! kok lo gak bangunin gue sih?!" Nadia panik, berdiri begitu tiba-tiba lalu mematung melihat Andra sudah duduk di meja makan dengan kopi.

"pagi Nadia" sapa mantan dosen itu, Nadia merinding. Walaupun Andra dosen yang asik, belum pernah Nadia dengar suara Andra seramah tadi. Ara yang melihatnya sampai tertawa

"Kok bengong, mandi sana"! Ara berjalan menuju kamarnya meninggalkan Nadia

"Pagi pak, saya gak tau bapak udah pulang" 

"Iya baru sampe beberapa menit lalu"  Nadia mengangguk lalu pamit menuju kamar mandi di kamar tamu apartment Andra.

"Aku buatin roti bakar aja mau?" Ara sudah selesai dengan mandinya, bau sabun beraroma mawar memenuhi indra penciuman Andra.

"iya, apa aja saya makan kalo kamu yang buat" Ara mengangguk saja, bersedia membuat roti untuk dirinya Andra dan tentu Nadia.

"Kamu tidur sekamar sama nadia"?  Ara mengangguk lagi "iya, tapi dikamar tamu, Nadia gak mau tidur di kamar kita."

"Kenapa?"

"gak enak katanya, gelap juga. Soalnya lampu dikamar kamu kan remang, terus warna kamarnya juga abu-abu. Jadi makin suram" Andra terkekeh, warna abu-abu memang warna yang paling Andra suka, dan kebetulan juga Andra tidak suka ruang tidurnya terlalu terang.

"Mama lama waktu datang kesini? ngomong apa aja sama kamu?" lebih tepatnya, ngomel apa aja. Karna Andra tau watak Mira bagaimana, apalagi kalau sudah soal Ara.

Ara tidak tau harus jawab apa, kalau ia kasi tau yang sebenarnya Ara takut dianggap menjelek-jelekan Mira. Untungnya Ara tidak perlu menjawab karna Nadia lebih dulu datang.

"sarapan dulu aja Nad, nanti gue temenin sampe lobi"  kata Ara menarik kursi untuk Nadia duduk. Ara paham situasinya, Nadia pasti sungkan karna Andra sudah ada diantara mereka.

"terima kasih ya Nad, sudah mau nemenin Ara selama saya pergi" Nadia memasang senyum cerah, sayang sekali dosen andalannya sudah taken, jadi Nadia tidak bisa sebebas dulu bicara apa saja pada Andra seperti kebiasaanya waktu Andra mengajar.

STRUMFREI✓Where stories live. Discover now