Cerita 66

4.6K 298 0
                                    

Tiga hari setelahnya, Ara mendadak diam lagi. Dan tentu Andra peka untuk itu. Berulang kali ia bertanya ada apa, tapi Ara tetap mengatakan bahwa dia tidak apa-apa. Tapi Andra jelas tidak akan percaya semudah itu

"kalo ada apa-apa, ada yang menganggu pikiran kamu, kasi tau saya. Kamu bikin saya gak tenang, apa yang kamu pikirin? bagi sama saya biar kita mikir bareng-bareng" kata Andra saat Ara sudah bersiap tidur

"Aku cuma lagi badmood aja, gak ada hal berlebihan yang aku pikirin kok"  Ara membiarkan Andra mengelus sisi kepalanya.

"Tari besok ngajak aku ketemu, boleh gak?"  Andra mengernyitkan dahi

"Mau apa?" 

"Gak mau apa-apa katanya cuma pengen ketemu sama ngobrol aja, kan besok juga sabtu. Libur gak kayak kamu sabtu masih kerja" sindiran Ara justru di respon tawa oleh Andra, mau Andra juga ia tidak usah bekerja di.rumah saja bersama Ara seharian. Tapi tumpukan berkas dan kerjaan lain menunggu untuk di selesaikan

"maaf ya, tapi nanti minggu kita jalan-jalan. Saya janji" Ara tersenyum, balas memeluk Andra yang memeluknya.

****

Andra akhirnya menginjakan kakinya dirumah ini setelah hampir dua minggu tidak pernah berkunjung.

Jangankan berkunjung, mengangkat telfon atau membalas pesan Mira pun Andra tidak. Ia terlalu kecewa akan sikap pemaksa ibunya yang semakin menjadi-jadi. Andra juga tidak akan kesini di waktu sempitnya jika bukan karna sikap Ara yang mengusik ketenangannya belakangan ini.

Ara bukan pendiam, Andra yakin ada sesuatu yang menjadi penyebabnya dan Mira satu-satunya orang yang muncul di benaknya.

"Sore bi Ina" Sapanya pada pembantu rumah tangga yang telah bekerja sejak lama.

"Sore den, akhirnya keliatan juga" 

"Apa kabar bi?" 

"Baik, kok gak sama non Ara? kemarin non Ara yang datang sendiri sekarang den Andra yang datang sendiri, ada apa sih den?"  Andra mencerna, kapan Ara kesini? kenapa ia tidak tau? dan mau apa Ara datang kesini?

"Ara pernah datang kesini bi?"  bi Ina mengangguk

"Mama mana?" Rumah tampak sepi, biasanya sore hari begini Mira sudah di dapur menyiapkan makan malam.

"Ikut sama bapak den, makan diluar. jadi bibi gak masak. Den mau makan?" andra tersenyum kecil, lalu menggeleng.

"Ara dulu ngapain aja kesini?" bi Ina nampak berfikir, mencoba mengingat lagi kejadian tiga hari lalu.

"Ngobrol sama ibu di belakang, bibi gak tau ngobrol apa. Tapi pas pulang non Ara ngasih bibi kue"  Kue yang bi ina tawarkan untuk Mira tapi di tolak. Alhasil bi Ina lah yang memakan kue itu bersama satpam depan. Rasanya lumayan enak. Kalau di toko harganya pasti mahal. Pikir bi Ina hari itu.

"Kue?" Ara memang pernah membuat kue, tiramisu. Andra juga sempat mencoba, lalu Ara menyisihkan banyak. Katanya untuk Nadia dan Arka. Apa Ara bohong?

"Bibi bener-bener gak dengar mereka ngobrol apa?"  hubungan Ara dan Mira patut Andra khawatirkan. Lebih tepatnya Mira yang selalu memasang tampang tidak suka depan Ara

"Bibi gak tau den, kan bibi di dapur. Waktu itu non Ara pulang wajahnya langsung sedih, terus ibu juga pergi duluan dari taman. Gak bareng non Ara" Andra semakin yakin, pasti terjadi sesuatu antara Ara dan Mira. kalau bertanya pada Ara, istrinya itu pasti tidak mau jujur, atau tidak mau memberitahu secara keseluruhan. Kalau tanya Mira, bisa jadi pasti akan di lebih-lebihkan. Andra benar-benar bingung sekarang, seperti ia harus memilih antara Ibu dan Istrinya.

STRUMFREI✓Where stories live. Discover now