Cerita 13

6.5K 451 0
                                    

🌺🌺

Keluar, saya depan kost kamu

Ara memandang layar ponselnya dengan kening berkerut, siapa yang di depan kostnya? Ara membilas tangannya yang penuh dengan busa. Maklum sedang cuci piring

Berjalan kearah ruang tengah kostnya- mengintip dari jendela dimana ia bisa melihat pintu gerbang kostnya beserta jalan raya sekalian. Ara menyipitkan mata merasa tidak mengenali mobil sedan hitam mulus di depan sana

Ara tidak mau keluar begitu saja, bagaimana kalau itu adalah penjahat atau penipu? Pokoknya bagaimana kalau itu penjahat?

Ini siapa?

Hingga lima menit berlalu, pesan tak kunjung terbalas tapi centang dua biru dan tulisan online menandakan bahwa orang itu pasti sengaja tidak membalas pesannya

Ara jadi penasaran dan sungguh itu tidak enak

Lo siapa sih?

Bahkan untuk kaget pun rasanya kurang tepat untuk menggambarkan perasaan Ara saat ini. Ara menganga didepan jendela kostnya

What the hell!

Darimana pula si Kalliandra mendapatkan nomornya!

Ara membaca pesan itu sekali lagi, siapa tau saja ia salah baca karna baru bangun tidur bukan cuci muka malah cuci piring

Keluar araminta ardhani, saya mau bicara sama kamu. Kalliandra

Ara merapikan rambutnya yang acak-acakan menepuk-nepuk piyama biru pastel yang ia pakai seakan ada debu disana

Gugup sekali rasanya bertemu Kalliandra di luar jam pelajaran begini, terakhir Ara melihat jam sudah pukul delapan malam.

Tiba didepan mobil yang rupanya punya Kalliandra, pria itu keluar dari balik kemudi masih dengan setelan yang sama seperti yang ara lihat tadi sore. Di Kampus

Andra memandang Ara dari atas sampai bawah meneliti piyama yang Ara pakai

"kenapa pak"? Ara agak tersinggung dengan cara Andra menatapnya, apa ia terlihat seperti gelandangan dengan piyama yang ia pakai?

"kenapa gak ganti baju"? Ara menautkan alis, kenapa harus ganti baju? memangnya Andra datang kesini mau mengajaknya jalan-jalan? Sungguh kemustahilan yang hakiki

"kenapa emangnya"?

"celana kamu pendek" Ara bungkam, mengumpati Andra dalam hati

Kenapa harus dibahas sih?

Ara yang sedang memakai piyama dengan celana pendek itu kemudian mengalihkan pandangannya ke jalan raya. Andra sungguh tidak tau cara menjaga perasaan seorang wanita

"maaf, saya cuma mengingatkan" Andra menyadari raut kesal yang Ara berusaha sembunyikan. Andra akui ia tidak berhak mengatur Ara atau cara berpakaian gadis itu. Tapi andra pun dibuat heran, ia seperti kehilangan kontrol bicara saat di depan Ara. Ini bukan kali pertama ia mengomentari baju yang dia pakai

"tapi kan itu bukan urusan bapak"! Suara Ara menegas, Andra perlu diingatkan sesekali bahwa walaupun ia adalah mahasiswi di kampus tempatnya mengajar, bukan berarti Andra bebas mengurusi kehidupan pribadinya juga.

"maaf, saya tau. Tapi tidak ada salahnya kan jika saya mengingatkan"? Andra menjawab tenang, walau pikirannya sibuk bertengkar dengan diri sendiri. Tujuannya datang bukan untuk membuat Ara kesal

"tapi kan bapak bukan siapa-siapa" Andra diam beberapa detik, begitu juga Ara. Mereka bersitatap dalam diam.

"kamu mau saya menjadi siapa buat kamu"? Ara tidak mengerti, Andra malam ini bukan Andra yang selama ini ia kenal

"pak__

"kalau gitu, mari kita buat saya menjadi siapa-siapa buat kamu" Ara merinding, apa yang terjadi? Kemana arah pembicaraan mereka?

"bapak mau ngapain sih kesini, nagih tugas? Kan bisa minggu depan. Kayak besok kiamat aja" Ara masih dalam suasana hati yang kesal. Entah mana yang membuatnya paling kesal

Andra yang lagi-lagi mengomentari bajunya, atau sikap Andra yang aneh hari ini.

Ucapkan selamat tinggal pada kesopanan, nanti Ara susun lagi jika sudah di kampus.

"kamu ketemu Calista kan? tadi sore" Ara mengangguk, mengabaikan rambutnya yang ia gerai beterbangan tertiup angin menutupi sebagian wajahnya membuat Andra gatal ingin menyingkirkannya agar tak menghalangi matanya memandang Ara

"iya, kenapa? gak saya apa-apain kok tunangan bapak" Andra menaikkan satu alisnya? Maju beberapa langkah sementara Ara malah mundur

"kenapa mundur"?

"gak papa"

"kalo gak papa kenapa mundur"?

Ara makin bingung, makin heran dan makin tidak mengerti. Ada apa ini? siapa yang sedang berbicara dengannya ini?

"bapak ada masalah apa sih"? Andra tak menjawab, ia maju selangkah lagi menggapai rambut Ara dengan kedua tangannya, merapikannya sebentar lalu menyelipkannya dibelakang telinga Ara

Ara menahan nafas, jarak mereka cukup dekat. Dagu Andra berada tepat didepan keningnya

Disaat Ara mencoba mengatur nafasnya yang tidak beraturan serta jantungnya yang menggila, Andra justru memperkeruh suasana dengan tetap pada posisinya. Kedua tangan pria itu berada di kedua sisi kepalanya. Ara mendongak menemukan kedua netra Andra yang lebih dulu menatapnya

"Calista bukan tunangan saya, paham"? Ara mengangguk bagai terhipnotis. Menyadari posisi mereka yang bagai adegan dalam sinetron, Ara mundur beberapa langkah membuat Andra turut sadar

Ia kehilangan kontrol

"Calista bilang begitu ke kamu"? maka cepat-cepat Andra menguasai diri

"Enggak pak" suara Ara memelan, lalu merapikan rambutnya sendiri yang kembali tertiup angin

Mulai malam ini, Ara benci angin!

Andra menyadari kekagetan Ara, wajah gadis itu juga nampak takut membuat Andra merasa bersalah. ia gegabah, seharusnya ia tidak melakukan hal spontan seperti tadi.

"Terus kamu tau darimana"? walau Andra pun sedang dalam proses menenangkan jantungnya sendiri ia tetap berbicara dengan nada biasa membuat Ara kesal karna merasa sedang dipermainkan

Andra dan ketenangan sialannya, Ara benci itu!

"semua juga udah tau pak"! Andra mengangguk, malam semakin dingin dan piyama berlengan pendek dan celana pendek yang Ara pakai pasti membuatnya kedinginan

Andra diam pada posisinya yang sedang duduk diatas kap mobilnya

Apa yang terjadi pada dirinya?

Pertanyaan itu muncul lagi di kepalanya, namun hingga detik ini Andra masih tidak punya jawabannya

"masuk" Ara memandangi wajah Andra dengan bingung

Udah nih? Apaan sih ini?

"udah pak"? Andra mengangguk membenarkan

"kenapa? kamu masih mau lama-lama sama saya"? sikap menyebalkan Andra kembali, Ara lalu mendengus kemudian bergegas pergi dari sana

Ia telah membuka gerbang sebelum berbalik kembali menatap Andra yang juga masih setia menatapnya

"hati-hati pak"

"iya"

STRUMFREI✓Where stories live. Discover now