Cerita 52

4.4K 278 4
                                    

Suasana rumah Ara- maksudnya rumah orang tua Ara terasa begitu ramai sekarang.

Dan juga berisik

Riana sebenarnya tidak punya banyak keluarga. Hanya ada satu adik yang datang bersama dua anaknya yang masih berumur enam dan tiga tahun, ada adik dari Radit yang datang bersama suami dan Aria anak mereka yang seumuran dengan Ara. Segitu saja sudah sangat berisik. Apa mungkin Ara ya sedang tidak tenang?

"Kamu minta mas kawin apa Ra"? Wina, adik dari Radit yang memang jarang bertemu dengan Ara dan merupakan keluarga Radit yang paling tidak ingin Ara temui. mohon maaf, Ara alergi dengan orang-orang dengan kadar kesombongan hampir melintasi langit.

"Kalau cuma seperangkat alat sholat mending gak usah. Kamu kan bisa beli sendiri, itu cincin dari dia? kok gitu gak ada berliannya"? Ara mengalihkan pandangannya menatap Riana yang menyuruhnya bersabar menghadapi Wina lewat isyarat mata

"Aku memang gak mau berlian kok tante" Wina memukul bahu Ara pelan

"kerjaannya apa memang? tuh pacar Aria, masih pacaran aja udah beliin Aria kalung emas."

Terus gue harus bilang wow gitu!?

Keluarga Radit yang memang berasal dari keluarga berada ya begini, menganut paham soal pasangan harus punya status sosial yang sama.

Mapan lah punya gaji besar lah

"Ukuran cinta calon suaminya Ara gak di hitung dari berlian mbak" Rita adik dari Riana turut bergabung

"Aria sama__

"kalo gitu aku ke kamar dulu ya tante, mau istirahat" Ara berlalu tanpa menunggu jawaban. Tapi masih sempat mendengar Wina mengatainya tidak sopan. Memang Ara peduli? ya tentu tidak!

Dua hari menjelang pernikahan, Andra atau Ara sama-sama tidak pernah mengabari satu sama lain. Ara berfikir itu bagian dari masa pingit. Yang sedang Ara urus sekarang adalah rasa panik dan debaran jantungnya yang kurang ajar

Riana masuk dengan segelas susu coklat ditangan, menghampiri putrinya yang duduk ditepi ranjang

Putrinya yang sebentar lagi akan jadi istri orang

"Jangan mikirin omongan tante Wina, yang penting kalian saling cinta maharnya sarung aja juga boleh" Ara mengangguk tersenyum, setelah menerima segelas susu dari Riana.

Ara sebenarnya paham soal masalah mas kawin, Ada yang bilang mas kawin itu tidak boleh memberatkan pria tapi juga tidak boleh merendahkan perempuan.

Tenang.. Andra itu orang kaya menurut umat kampusnya

"Andra ngasih apa ma? dia gak ngomong sama aku masa" tepukan keras mendarat di bahu Ara

"Masa kamu manggilnya nama doang, dia itu lebih tua dari kamu"

"ya gimana dia gak mau di panggil bapak" Riana kembali menepuk bahu Ara. Kali ini lebih kencang

"kan dia bukan bapak kamu"!

Kenapa jadi kayak sih andra nih mama

"Pak Andra kasi aku mahar apa ya ma? Aku gak di kasi tau"  ulang Ara lagi

"Mana mama tau"  lalu Riana mengelus puncak kepala Ara hingga turun ke belakang kepala

Putrinya satu-satunya, harta paling berharga yang dimilikinya, sebentar lagi akan jadi istri orang. Sudah dewasa saja kelihatanya. Padahal baru kemarin Riana marah-marah karna Ara jarang pulang dan jarang sekali menelponnya.

"Mama sedih ya aku mau nikah"? Tanya Ara dengan nada jenaka. Padahal dalam hati turut terharu. Ara dan Riana hampir tidak pernah punya momen seperti ini.

STRUMFREI✓Where stories live. Discover now