Cerita 37

3.9K 247 1
                                    

Ara mematut dirinya di kaca, sebenarnya ya bukan Ara mau sombong, tapi memang kalau di perhatikan Ara juga merasa bahwa ia Cantik. Tapi kalau untuk di bandingkan dengan Calista, Ara tidak menapik bahwa ia memang kalah.

Lalu, kenapa spesies makhluk sejenis Kalliandra tampan dan mapan bisa jatuh hati padanya? Ara tidak pernah cari perhatian pada Kalliandra, jarang berinteraksi sebelum kejadian ini terjadi. Andra mungkin saja tidak memandang fisik soal jatuh cinta, tapi itu juga terdengar mustahil.

Jaman sekarang, era sekarang, siapa sih yang tidak memandang fisik terlebih dahulu? Ara juga mengaku bahwa hal pertama yang selalu menarik perhatiannya terhadap orang lain adalah fisik lalu cara berpakaian atau mungkin tutur kata. Tapi satu sisi juga, Ara sadar tidak ada manusia yang sempurna. pasti semuanya selalu punya kekurangan. Namun dibalik itu, selalu ada kelebihan yang membuat kekurangan itu tertutupi. Pertanyaannya, apa kelebihan Ara?

Terlalu lama melamun Ara di kagetkan dengan gedoran pada pintu kamarnya

"dari tadi gue ketok gak keluar-keluar" Sinta, tetangga kostnya yang sudah mengetok pintunya secara bar-bar

"kenapa"? Ara menjawab malas, mereka memang tidak terlalu dekat tapi tidak bisa di katakan tidak akrab juga

"pacarmu tuh di depan, udah ya gue mau nyuci bye"! Ara memandang punggung Sinta yang perlahan menghilang. Yang mencarinya Ara tau siapa orangnya, tapi sungguh itu bukan pacar.

****

Kalliandra berdiri di sisi depan mobilnya, gaya kasual yang hanya Kalliandra perlihatkan di luaran sudah biasa bagi Ara. Hari ini baginda menagih janji yang kalau Ara ingat-ingat sepertinya Ara tidak pernah mengucap janji apapun. Tapi namanya juga licik segala cara di lakukan agar membuat dirinya menang.

"apa liat-liat"! Ara menatap sinis pada Kalliandra yang lagi-lagi memerhatikan nya dari atas sampai bawah

"gak, sudah siap"?

Ara tidak menjawab, langsung saja melengos masuk kedalam mobil Kalliandra tanpa ijin. Namun bukannya marah, Kalliandra hanya tertawa.

"kita mau kemana"? Andra melirik jam dipergelangan tangan kanannya sekilas

"saya ada seminar" jawabnya

"minggu tuh istirahat,malah seminar" kalau Andra sih terserah, mau seminar kek seminor kek, Ara tidak mau tau. Tapi kan ini hari minggunya juga turut di rampas.

"iya. Nanti kalau kita nikah minggu saya dirumah aja" Ara melotot, hampir saja bola matanya keluar mendengar Andra mengatakannya dengan santai

Ringan seringan bulu

"bangun pak, sampe kapan bapak mau mimpi terus"

"semuanya memang berawal dari mimpi, tapi sekarang saya sedang berusaha menjadikan itu nyata"

Bodo amat

"oh"

Sampai di lokasi yang Ara juga tidak tau itu dimana, Ara hanya membuka seatbelt nya tanpa ada niatan untuk turun.

Kalliandra mengetuk kaca jendela tempat Ara duduk namun tidak ada tanggapan.

"keluar" suruh Andra setelah membuka pintu penumpang

"kan yang mau seminar bapak, saya disini aja" Ara tidak suka seminar, yang ada dia akan mengantuk disana.

"saya bilang turun atau saya gendong sampai dalam" Ara buru-buru keluar bahkan sempat mendorong Andra hingga mundur beberapa langkah

Dimana lagi Andra bisa menemukan mahasiswa seperti Ara begini?

Ara kira, Andra adalah peserta seminar. Tapi ternyata pria itu adalah salah satu dari pemateri yang datang.  Sebenarnya Ara ingin duduk jauh dari jangkauan mata Andra atau duduk paling belakang, tapi si tukang paksa yang bernama Kalliandra itu menyuruhnya seenak jidat untuk duduk paling depan, Ara malu kalau harus berdebat di tempat ramai maka dengan dongkol Ara duduk saja

Melihat Andra menjelaskan materi yang dibawakan kali ini agak lain bagi Ara, di kampus dan disini sedikit memiliki perbedaan. Apalagi diantara ketiga pemateri yang hadir, Andra adalah yang termuda. Tidak heran dari samping kanan samping kiri dan belakang Ara wanita-wanita sudah berbisik-bisik kagum tertuju pada dosennya itu

Terlihat berwibawa dan keren secara bersamaan. Ara tidak menapik bahwa ia pun terkesima, tidak apa yang penting ia tidak se-heboh orang-orang di sekitarnya ini.

"silahkan jika ada yang ingin bertanya" Gadis disamping Ara mengangkat tangan mungkin sedikit lebih cepat dari yang lain, maka kesempatan itu berhasil ia dapatkan

"tapi ini di luar materi boleh gak"? ketiganya mengangguk, entah hanya perasaan Ara saja atau memang suara perempuan disampingnya ini terdengar manja sekali

Ara jadi jijik

"boleh, silahkan" sahut seorang pria tua disamping Kalliandra

"mas Andra udah nikah atau masih sendiri"

Mas andra?

Biji mata kau mas andra!

Eh kok gue marah sih, apaan!

"itu disamping kamu calon istri saya" Ara hampir saja teriak histeris, kenapa sih setiap kalimat yang keluar dari mulut Andra selalu saja membuatnya kaget? jangan lupakan wajah songong serta nada bicaranya yang santai.

Perempuan itu melirik kearah Ara, tidak boleh seperti ini. Orang-orang bisa salah paham. Tapi baru saja Ara akan buka mulut, Andra lebih dulu menyela.

"namanya Araminta" perempuan tadi mengucap oh dengan nada kecewa yang kentara

"ada lagi yang ingin bertanya"?

***

"woy pak"! teriak Ara tidak santai, membuat Andra yang berjalan di depannya menatap Ara tajam

"yang sopan Ara" sorot matanya memancarkan teguran tapi maaf sekali lagi karna Ara malas untuk peduli

"bapak juga yang sopan dong, ngaku-ngakuin saya calon istri segala, saya gak terima"!

"saya gak minta pendapat kamu" Ara mengepalkan tangan, meremas kertas brosur seminar tadi yang entah punya siapa Ara asal ambil saja

"pak, saya tuh gak bohong waktu bilang saya gak mau nikah sama bapak" Ara mode serius, Andra memilih tidak menjawab. Ia menggandeng tangan Ara menuju mobilnya berada

"kalo saya lagi ngomong di jawab pak"

Tuh kan gue kira pacarnya ternyata bapaknya

Ara terbahak, mendengar bisikan volume keras pria peserta seminar yang tidak sengaja berpapasan dengan Andra dan Ara.

Andra geram, ingin rasanya menyumpal mulut pria tadi dengan tisu yang ada di mobilnya.

"kalau di luar jangan panggil saya pak dan jangan pake kata saya-anda" Ara memandang Andra penuh tanya

"atau nilai kamu saya kurangi" Ara melotot lagi, Akhir-akhir ini Ara jadi terlalu sering melotot gara-gara Kalliandra! Lama-lama biji mata Ara sakit kalau begini terus

"ok om" Ara lalu masuk ke mobil, seperti tadi pagi layaknya nyonya yang sedang bersama supirnya

"jangan om, mas aja" kata Andra setelah duduk di bangku kemudi

"jalan kak" Ara agak aneh kalau harus bilang mas. Tidak pernah dan tidak terbiasa. Lidahnya belum punya pengalaman.

Andra menghela nafas, tidak apalah asal bukan om. Memangnya dia setua apa?

"temani saya beli kado buat Mentari dulu ya, dia udah nagih" padahal ulang tahun adiknya itu sudah berlalu beberapa minggu, tapi Andra selalu lupa memberikan kado. Sementara Mentari adik satu-satunya itu selalu rewel minta kado dari Andra

"males ah pak, saya mau pulang aja" Andra tidak peduli, kapan lagi ia punya waktu seperti ini bersama Ara? maka harus ia manfaatkan sebaik-baiknya waktu ini

"habis itu kita makan siang" sambung Andra lagi

"dasar tukang paksa"!

STRUMFREI✓Where stories live. Discover now