Cerita 8

7.4K 530 5
                                    

Saat dibandung dulu, Ara hampir tidak pernah melakukan semuanya sendiri. Mau makan ada yang siapkan mau mencuci ada yang cuci kan bahkan untuk sekedar membuat secangkir teh pun ara tidak harus melakukannya sendiri.

Ara mengakui, ia dibesarkan dengan serba ada dan ia pun tidak menapik bahwa mamanya cukup memanjakannya selama ini. Hingga saat dirinya tinggal sendiri seperti sekarang berarti semuanya serba sendiri

Pada awalnya memang sulit bahkan amat sulit bagi Ara, tapi bagaimana pun juga Ara akhirnya bangga. Ia telah belajar banyak hal

Membuat makan untuk dirinya sendiri, mencuci pakaiannya sendiri, menghemat pengeluarannya sendiri, intinya apapun serba sendiri dan Ara bangga karna ia telah melakukannya sampai sejauh ini. Namun adakalanya rasa malas itu juga melanda Ara.

Sama seperti sekarang, karna tingkat kelaparan yang sudah melampaui batas dan kadar kemalasan yang tak tertolong Ara lebih memilih beli makanan di luar

Maka dengan lantang Ara ucapkan, terimakasih pada tukang sate yang letaknya tidak jauh dari kostnya berada.

Pria tua pedagang sate yang telah hafal pesanan Ara kini tengah fokus membakar sate yang sebelumnya sudah aAa pesan. Duduk dipinggir gerobak dimana si tukang sate menyediakan kursi saat mobil hitam berhenti tepat di hadapannya. Dari model mobilnya sih sepertinya orang kaya

Ah sialan!

Ara teriak dalam hati, melotot saat menemukan manusia jelmaan iblis turun dari mobil tadi

Ayolah, bumi kan luas banyak penduduknya, kenapa pula orang-orang yang Ara temui hanya itu-itu saja?

"ngapain kamu keluar malam-malam pake baju begitu"? Ara menunduk memerhatikan pakaiannya

Bicara apa dosennya ini?

"saya kan gak lagi pake bikini pak" Ara menjawab sopan walau hati sedang panas

"celana kamu kependekan" ara hanya membuang wajah, memangnya andra sebagai dosen di kampusnya juga diberi kebebasan untuk menilai pakaian mahasiswinya? Atau jangan-jangan andra dulu pernah jadi desainer? Apa dulunya ia asisten ivan gunawan?

"gak usah mikir macam-macam kamu" sahut Andra seakan mengetahui isi kepala Ara

"bapak ngapain sih disini"? Ara membalas ketus, percuma titisan lucifer tidak akan menghargai kebaikannya.

Percuma!

"ya gak mungkin saya mampir ke penjual sate buat beli kolak"  Ara tertawa sumbang cukup keras hingga membuat si tukang sate terheran

"Bapaknya ya neng"? Andra diam saja, menerima nasib dirinya yang dianggap bapak-bapak padahal usianya baru menginjak tiga puluh, sementara Ara tertawa namun berusaha di tahan.

"bukan pak, dia dosen saya" Ara kasihan melihat wajah dosennya

"salam dong neng sama gurunya, mentang-mentang lagi di luar" Ara bungkam, bahkan sepanjang Andra jadi dosennya tidak pernah satu kali pun ia melakukan hal seperti mencium tangan Andra

Ya memangnya dia anak SD!?

"sopannya masa cuma di kampus aja" si tukang sate kembali memanasi

Ni tukang sate nimbrung aja sih!!

Ara dengan ogah-ogahan mengambil tangan kanan Andra tanpa kata menempelkannya diantara hidung dan bibirnya sembari memejamkan mata sejenak

Sungguh salim yang penuh hikmat

Andra terkejut, tapi tak menampilkan reaksi berlebihan. Abaikan gelayar aneh yang tiba-tiba hinggap

"nih neng satenya" ara menerima kantong plastik berisi sate pesanannya, memberi uang pas agar tidak perlu menunggu kembalian

"tunggu saya" Ara hampir terjengkang kebelakang karna Andra dosen terlaknatnya menarik baju Ara dari belakang

"duh pak saya mau pulang, lepasin dong"!  Ara meronta-ronta

"saya bilang tunggu" Ara menurut saja, sembari menunggu sate pesanan andra di buat tak ada henti-hentinya Ara mencibir Andra dalam hati. Dia saja wanita berani beli sate sendiri masa Andra laki-laki tidak berani sih, ada-ada saja

"masuk"  suruh Andra seenak jidat

"masuk kemana pak"

"ke gerobak"

"gak lucu pak"

Andra menghembuskan nafasnya kasar, susah juga rupanya bicara dengan anak-anak

"masuk ke mobil, saya antar kamu pulang" Ara melongo, lalu memekik ketika andra tanpa perasaan menyeretnya masuk kedalam mobil

****

"makasih pak" Ara tidak mau munafik, ada untungnya juga Andra mengantarnya pulang. Ia jadi tidak perlu jalan kaki karna perutnya sudah lapar.

Kedua alis Andra meninggi, memandang heran pada tangan Ara yang terulur

"apa"

"mau salam"

Andra hampir saja tertawa, mudah sekali rupanya Ara di pengaruhi oleh orang lain

Tanpa kata, Andra membiarkan Ara mencium tangannya sekali lagi. Berdehem menanggapi pamit yang Ara ucapkan, tetap tinggal tepat di depan kost Ara sampai gadis itu benar-benar masuk ke dalam.

Andra lalu memerhatikan kantong plastik berisi sate yang tadi dibelinya. Andra tidak pernah suka sate. Dari kecil sate adalah makanan yang tidak pernah benar-benar Andra senangi. Namun apalagi yang harus ia lakukan? melihat Ara duduk di malam hari hanya berdua dengan pria tua pedagang sate dengan kaos kebesaran serta celana pendek yang mampu memancing perhatian laki-laki.

Andra sedikit tidak tenang

Dan tidak berani mengatakan yang sebenarnya pada Ara.

Ada apa ini?

apa yang terjadi padanya?

padahal baru kemarin ia patah hati.

STRUMFREI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang