38. Jalan

26 8 0
                                    

"Gue ikut siapaa...." rengek Yiren mencuatkan bibir.

"Sorry Mba Ren. Kakanda lagi punya boncengan hehe. Silahkan Mba Jihan" kata Aryan sambil menyampirkan tas Jihan yang ia ambil ke pundaknya.

Jisya menoleh berdiri menyampirkan ranselnya. "Oh gitu? Lo buang gue gitu aja?

Aryan langsung cecengesan, berjalan mendekat ke arah Jisya yang mendengus dan membuang muka. Pemuda itu lalu memegang lengan Jisya, dengan raut seperti anak kecil yang meminta dibelikan sesuatu. "Jisya.....Baginda ratu yang terhormat hihihi....," Aryan berkedip-kedip sebentar, "Gue telpon Kaslam deh ya? Hm...ya ya?" Pemuda itu sudah merengek memohon sambil menggoyang-goyangkan lengan Jisya.

"CK. Nggak usah. Gue jalan aja" jawab Jisya singkat, langsung beranjak dan pergi terlebih dahulu.

"Auuu Jisya nya ngambek" sindir Juan memanas-manasi.

Sedangkan Eno hanya melirik, tetap diam saat Jisya berjalan melewatinya. Namun keningnya berkerut samar, sepertinya sedang menimbang-nimbang sesuatu.


"Jisya...."

Jisya yang sudah berada di depan pintu berbalik. Masih dengan raut datar menatap Eno bingung.

"Tunggu...,bareng jalan ke rumah Lo" sahutnya singkat lalu menunduk mengemasi barangnya di meja dengan cepat.

Sementara teman-teman yang tersisa di kelas memandang keduanya bergantian dengan mulut menganga bingung.

Ini ada apa?

Ini ada apa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••






















Jisya menarik nafas dalam kemudian menghembuskan pelan. Dicobanya menarik kedua bibir ke atas, kemudian mengangkat dagunya.

"Aaa untung Lo berdua mau jalan aja. Jadinya gue gak perlu pusing mau pake apa ke rumah Lo Sya, hehe" seru Yiren riang, melompat bergabung bersama Jisya dan Eno.

"Mau apa? Gue males aja sama Aryan, seenaknya buang gue gitu aja ih" kata Jisya membuat Yiren mengernyit.

"Biarin aja kali Sya, Aryan tuh keknya lagi suka sama Jihan deh" balas Yiren membuat Jisya mendengus malas.

Eno sendiri hanya diam, memandang lurus ke arah depan sambil mendengarkan dua gadis yang ikut berjalan bersamanya ke rumah Jisya ini.

Mereka bertiga memang akan ke rumah gadis itu. Jisya sendiri yang menawari, dan yang lainnya ikut ikut saja.

Namun Jisya, Eno, dan Yiren terpaksa berjalan kaki karena tak membawa kendaraan. Eno memang lebih sering diantar jemput oleh supir pribadinya, hanya saja tadi katanya tidak bisa menjemput. Yiren pun sama, bedanya gadis itu diantar jemput oleh kedua orang tuanya. Sedangkan Jisya sendiri seringnya bersama Aryan, begitupun tadi pagi. Ia dan Aryan berangkat bersama, tetapi karena ingin memanfaatkan kesempatan, pemuda itu malah menawarkan Jihan tumpangan. Dan yang terakhir, Juan. Pemuda itu ada urusan sebelum ke rumah Jisya.

"Btw Sya, Lo udah lihat episode barunya Penthouse? Wah plot twist nya keren si" celetuk Yiren langsung heboh.

"Udahlah...gue kan tim gercep" kata Jisya menimpali.

"Boohh gue mau terjun aja kalau yang ngebunuh emang mamanya si Ro-na" kata Yiren dengan merengek-rengek.

Jisya langsung terpancing. Ikut emosi sambil mengoceh bersama Yiren.

Eno jadi kayak anak bawang


Terlupakan begitu saja.




Setelah beberapa menit, pemuda itu akhrinya tak tahan kemudian berdehem keras membuat kedua gadis di sampingnya yang sibuk berceloteh langsung terdiam dan kompak menatapnya bingung.

Eno berbalik, membalas tatapan kedua gadis itu bergantian. "Kenapa?" Tanyanya dengan nada polos dan muka tak tau apa apa.

Jisya yang awalnya ingin menyahut jadi diam. Gadis itu malah mengerjap dan melirik Yiren yang sedang menatap Eno dengan raut wajah datar.

Yiren semakin menghunuskan tatapan permusuhan kepada Eno yang memotong diskusi sangat serunya bersama Jisya, "Kenapa No? Kalau mau tau harusnya Lo juga ikut nonton drakornya. Gak usah ganggu, lagi seru serunya juga ah" katanya dengan gaya sinis.

Eno hanya balas mendengus sinis juga. Sampai memutar bola mata membuat emosi Yiren tambah terpancing.

Gadis itu bahkan sudah mendorong Jisya- yang memang berada di antara ia dan Eno- untuk memukuli pemuda itu.

Jisya yang terkaget langsung tersadar, menarik lengan gadis itu dan kembali menjadi pembatas antara Yiren dan Eno.

"Yiren....Ren.....,tenang tenang tenang" kata Jisya memenangkan dengan suara heboh, membuat orang orang yang lewat langsung memerhatikan mereka.

Eno yang merasa posisinya sudah aman mengulum bibir ke dalam.

Sedangkan Yiren tak berhenti menatap Eno dengan tatapan siap memangsa.

Dan Jisya yang berada di antaranya mengacak rambut frustasi. Malu plus bingung bagaimana cara melindungi pemuda di sampingnya ini dari amukan Yiren yang kapan saja bisa meledak.

Eh?

....bentar...

'Melindungi?'

Emang apaan njir mau dilindungi segala...,



•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

MarigoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang