11. Rencana

43 16 0
                                    

Jisya merapikan barang barangnya di meja. Bel pulang sudah berbunyi dari sepuluh menit yang lalu. Dan kelasnya baru saja bubar dua menit yang lalu.

"Jisya!" Panggil Aryan dengan langkah terburu-buru. Lelaki ini berjalan dari pintu kelas dengan tas yang sudah tersampir di pundaknya menandakan ia sudah berniat pulang tadi.

"Di depan ditungguin Lo anjir. Mau kemana Lo ha? Mana si setan sok rahasia rahasiaan. Katanya rahasia soal nya ini istimewa. HUEEEKKK!! Jijay banget" cerocos Aryan panjang lebar. Jisya bahkan sudah siap berjalan keluar dan pemuda ini masih saja bergaya muntah.

"Apasih apa? Gue gak ada janji kok. Mau rebahan gue. Arggg punggung gue keropos banget dah akhir akhir ini, jadinya langsung rebahan aja pengennya"

"Sat? Tuh anak basket katanya dah janji sama Lo Anju. Dah ditungguin dari tadi Lo malah bilang gak ada janji dan mau rebahan? Hebat banget dah nih cewek" kata Aryan mengomentari sambil menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri.

Jisya berhenti, berpikir sejenak. "Gue beneran ada janji ya?" Tanyanya pada diri sendiri.

Aryan menepuk puncak kepala gadis ini pelan, menyadarkannya. Jisya pun berjalan meski masih berusaha mengingat janjinya.

Saat sampai di luar kelas, seorang pemuda tampan menyambutnya. "Hai Jisya, kesananya jadi?"

Jisya mengerutkan alis, "Janjiannya kapan?" Tanyanya pelan sambil meringis, takut takut membuat pemuda ini tersinggung.

Pemuda itu tersenyum. "Kemarin sih. Tapi kemarin gue ke sini Lo katanya dah pulang" terangnya membuat Jisya refleks memukul keningnya pelan.

Ia tersenyum meringis, "Aaa... Sorry ya. Kemarin ada something jadi lupa hehehe"

"Jadi sekarang aja gimana?" Tanyanya kembali.

Jisya berkedip kedip, melirik Aryan disebelahnya yang menatapnya tak paham. Dalam hati Jisya meruruki Aryan, kenapa tidak peka disaat saat begini sih?

Tiba tiba ada yang menyambar lengannya. Jisya tersentak kaget, menolehkan kepala melihat Yena yang nyengir lebar.

"Sorry ya. Jisya nya dah gue order dari dua hari yang lalu. Oh iya, kayaknya dia bakalan gak punya banyak waktu buat pergi dulu. Soalnya... Ada" Yena mendekat lalu berbisik, "proyek kelas hehehe" lanjutnya sambil menarik Jisya.

Pemuda itu tersenyum tipis. Ber'o' ria serta mengangguk paham. Kemudian pamit dan berbalik pergi.

Setelah pemuda tadi pergi, Jisya langsung melompat riang memeluk Yena. "AAAAAA Thank You banget Naaa" pekiknya tertahan.

"Lagian Lo kentara banget gak mau pergi. Biasanya kalau mau langsung antusias dan Lo jawab cepat gitu"

"Lo emang the best Na" Jisya menoleh pada Aryan, menatap pemuda itu sinis. "Gak kayak nih monyet. Gak pekaan banget. Pantesan kemarin ditinggal si rambut blonde coklat coklat" kata Jisya dakhiri dengan dengusan sebal.

Ia pun melangkah pulang bersama Yena dan Aryan dibelakangnya yang jadi menggerutu karena gadis ini mengungkit momen memalukannya, alias ditolak sama demutnya.

Ia pun melangkah pulang bersama Yena dan Aryan dibelakangnya yang jadi menggerutu karena gadis ini mengungkit momen memalukannya, alias ditolak sama demutnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••


Kelas 11 MIPA 1 sedang berkumpul di rumah Juyu untuk rapat. Hari Senin kemarin diumumkan akan ada perjalanan satu tujuan untuk masing masing angkatan di jurusannya.

Jadi kelas rusuh ini, berencana menyiapkan kepentingan untuk mereka disanan nanti.

Di sofa sudut, Jisya terlihat menegak saat Eno duduk di sebelahnya. Merasa gadis ini tersentak pelan, Eno berbalik kemudian tersenyum tipis.

"Gak ada tempat kosong lagi. Gak masalah kan?" Tanya Eno saat melihat wajah Jisya yang seperti memikirkan sesuatu.

"Eh? Oh. Enggak kok, gak apa apa" balas Jisya cepat lalu menghadap depan kembali. Memerhatikan temannya yang rusuh, padahal katanya tadi mau rapat.

"Woi woi gue bawa apa nih?" kata Juyu yang berlari kecil dari arah dapur. Dibelakangnya, Hana membawa beberapa gelas berisi cairan beraneka ragam- pesanan para manusia laknat itu. Sedangkan Risya juga terlihat membawa nampan dengan dua toples kue diatasnya.

Candra memperbaiki kaca mata di hidungnya, mengangkat tangan menenangkan. "Woi tenang tenang dulu ibu ibu. Nih baru mau dibahas" teriaknya keras membuat Hanin disebelahnya menaboknya karena suara pemuda itu tepat masuk di telinga Hanin.

"Gue karpet dah. Berapa? Tiga? Empat?" Teriak Juan pertama.

"Gue tenda. Empat juga? Atau dua aja tapi yang besar?!"

"Gue bawa stock minuman. Kali aja mau minum teh kopi atau cokelat kan?"

"Aryan sama gue cemilan deh. Ya kan Yan?" Teriak Jisya ikut ikutan. Aryan yang namanya disebut hanya mendelik tapi tetap mengiyakan.

Yena berbinar, "Asikkk gini nih sekelas sama para penjual. Aman nyaman dan terjamin dah hidup Lo" katanya membuat Jisya dan Juan memerotes. Karena Juan bukan penjual karpet, dan Jisya juga bukan penjual makanan ya.

"Terus yang lain ngapain?" Hanin yang masih mengusap telinganya juga ikut berbicara.

Juyu terlihat berpikir, "Gimana kalau ngumpulin duit aja? Kita pesta BBQ-an. Seru kan tuh" usulnya.

Ruang tamu rumah Juyu langsung berubah menjadi pasar. Sebagian besar dari mereka berteriak menyetujui, Daniel, Cakra, dan Aryan juga memukul mukul keras meja kayu depannya, membuat suasana rumah Juyu sudah sangat seperti pasar.

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

MarigoldWhere stories live. Discover now