17. Tim

25 9 0
                                    

Para siswa dan siswi terlihat sibuk berlalu lalang, dari kemah ke antrian WC lalu ke kemah lagi kemudian ke dapur dan ke kemah lagi.

Begitupun Jisya. Ia baru saja keluar dari WC, setelah antrian panjang tadi, ia kini sudah berjalan kembali ke kemah.

"Woi Jisya"

Seruan itu membuat sang empunya nama berbalik. Cindy terlihat berjalan dengan menenteng kantongan, gadis ini pasti juga baru saja keluar dari WC.

"Nanti ke dapur bareng yuk" ajak gadis itu, Jisya hanya balas tersenyum dan berdehem mengiyakan.

Setelah menyimpan barang ke kemah, Jisya dan Cindy berjalan menuju dapur kemah. Mereka ikut berbaris untuk mengambil makanan.

"Eh Cindy?" Cindy yang antri di barisan sebelah Jisya berbalik melihat ke arah belakang Jisya. Gadis cantik dan jangkung di belakang Jisya itu tersenyum manis, menyapa Cindy juga Jisya.

"Eh Zoya. Kenalin nih, ini Jisya" kata Cindy mengenalkan Jisya pada teman kelasnya ketika SMP dulu.

"Hai Jisya" mereka pun berbincang cukup lama sampai Jisya dan Cindy mendapatkan kotak makanan mereka lalu pamit pergi.

Kedua gadis cantik itu melangkah ke arah teman sekelasnya yang duduk melingkar.

Mereka pun ikut makan dan berbincang bersama.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Di agenda kegiatan sih, game yang disediakan oleh panitia akan segera dilaksanakan.

"PERHATIAN!! KEPADA SELURUH SISWA DAN SISWI AGAR BERKUMPUL"

Kan. Benar saja. Baru saja dibahas, pengumumannya sudah berbunyi. Jisya dan yang lain bangkit dan berjalan pelan untuk berkumpul di tanah lapang luas itu.

Mereka langsung berbaris sesuai kelas tanpa diperintah.

"YAA TERIMA KASIH KARENA SUDAH BERBARIS SESUAI KELAS MASING MASING. MAKA DARI ITU PEMBAGIAN KELOMPOK TIM AKAN SEGERA DIBACAKAN"

Lapangan langsung ricuh. Semuanya seketika saling berbicara dengan teman mereka.

"Tuhkan apa gue bilang" Juyu yang berbaris agak belakang menjerit keras.

"Ssttt diam ah" tetapi langsung ditegur juga oleh Cakra yang berbaris disampingnya.

Beberapa menit setelah nama tim diumumkan, lapangan lagi lagi ricuh. Semuanya sibuk mencari anggota tim mereka.

Jisya sendiri sudah berkumpul bersama tiga gadis lainnya. Gadis dengan rambut blonde kecoklatan itu Zea, anak kelas MIPA 3. Jisya tau gadis itu karena terkenal dengan suaranya yang merdu, ia juga sempat beberapa kali saling menyapa ketika bertemu di koridor. Gadis itu bahkan pernah nekat ke kelasnya untuk meminta hansaplast.

Gadis berambut hitam yang sedari tadi diam sambil menatap sekitar itu, Jisya juga tau. Namanya Jee. Gadis yang dari semester pertama selalu memboyong peringkat satu angkatan pastilah semua orang tau. Katanya anaknya memang pendiam, dan gak terlalu suka bergaul. Tapi Jisya mah fine fine aja sih

Sedangkan gadis berambut cokelat panjang dengan poni yang dari tadi tidak berhenti mendecak itu pun Jisya tau. Gadis jangkung yang selalu bersama pemuda pemuda tampan dan populer SMA Flawless, siapa yang tidak kenal? Bagi separuh orang, gadis itu seperti tuan putri- dijaga oleh sahabat sahabatnya. Tapi bagi Jisya yang pernah melihat aksi gadis tomboy itu sih, malahan pemuda pemuda itu yang dijagai oleh gadis cantik bernama Lea ini. Oh iya, uniknya. Gadis ini tomboy tapi entah kenapa malah mirip seperti boneka Barbie.

Setelah mendengarkan instruksi game pertama, Jisya Lea Zea dan Jee mulai memakai penutup mata yang disediakan.

"Anjir gelap banget" umpat salah satu peserta game lain yang sangat nyaring.

Jisya terkekeh, ia hanya diam setelah memakai penutup mata. Menunggu instruksi berikutnya.

Katanya game ini bernama The Perfect Square/ Kubus sempurna.

Jadi, satu tim yang sudah memakai penutup mati harus membentuk kubus sempurna.

Tetapi tim Jisya malah membuat lingkaran. 

"Anjir Sya. Lo gak tau Kubus ha? Hahahaha malah buat lingkaran Lo" teriakan Aryan dari barisan depan penonton membuat Jisya menatapnya sinis.

Jisya berbalik, mendecih. "Cih! Nanti tim Lo baru tau rasa. Banyak cincong amat dah" gerutu gadis itu kesal, walaupun hanya game sebenarnya tim kalah juga membuatnya sedikit kesal.

Ia menghembuskan napas pelan. Sabar Jisya sabar. Gumamnya pelan berulang kali.

Berlanjut pada game kedua, panitia meletakkan seluncuran mainan di depannya.

"Kita disuruh main seluncuran ya?" Gumam Zea yang duduk di sebelah Jisya.

Jisya yang mendengarnya hanya tertawa kecil. "Emang Lo bisa seluncur disitu Ze?" Timpal Jisya pada gadis itu.

Mereka tertawa pelan kemudian berhenti tiba tiba saat panitia datang membawa tiga butir telur dan keranjang berisi pernak pernik entah berantah itu.

Jee yang pertama melongokkan kepala, memeriksa isi keranjang berisi entah berantah itu.

"Isinya apaan tuh?" Tanya Zea pada Jee.

Gadis pendiam itu mengangkat kepala, "Banyak. Ada sedotan, kertas yang udah di potong, karton bekas, dos dos yang bentuknya gak beraturan, dan banyak lagi"

Lea terlihat memukul kening, ikut melongokkan kepala lalu mendesah panjang. "Intinya sampah deh isinya" ujarnya malas.

Melihat percakapan dan interkasi gadis di depannya membuat Jisya tiba tiba tertawa geli, gadis itu bahkan sampai memegangi perutnya saking ngakaknya. Jee dan Lea memandangnya heran sedangkan Zea terlihat biasa saja karena ia pun terkekeh pelan.

"Kenapa?" Tanya Jee yang heran.

Jisya melambaikan tangannya. "Aduh enggak kok enggak. Kalian tuh lucu banget tau gak" katanya lalu tertawa lagi.

Kedua gadis di hadapannya lagi lagi mengernyitkan alis, tambah bingung. Lucunya dimana?

Hedeuh.

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

MarigoldWhere stories live. Discover now