27. Asal

20 9 0
                                    

Jisya, Sinbi, Aryan, dan Kaslam sudah bersama sejak kelas empat SD.

Kala itu, Jisya baru saja pindah ke kompleks perumahan permata. Gadis ini sudah biasa, sebab terlalu sering pindah pindah.

Kedua orang tuanya sibuk berlalu lalang dari rumah lalu ke mobil lagi. Jisya sendiri tadinya ingin membantu, tapi langsung ditegur katanya nanti itu akan membuatnya lelah.

Jadi dengan memeluk boneka karakter berwarna kuning dan sekotak susu strawberry di tangan sebelahnya yang sesekali ia minum, gadis itu hanya berdiri di pinggir jalan dekat mobilnya terparkir.

Tapi tiba tiba boneka dan susunya terlempar jatuh saat ada yang menabraknya keras dari belakang.

"Asshhh" Jisya tak menangis, hanya meringis karena sepertinya lutut dan lengannya tergores.

Tetapi justru anak lelaki yang menabraknya tadi yang menangis. Jisya mendelik tak suka, ia bergumam. "Ck cengeng banget"

"Iyannn gak apa apa? Ish ini gara gara Kaslam ih"

Ucapan pelan anak perempuan yang baru datang membuat Jisya berbalik. Ternyata tidak sendiri, ada satu anak laki laki lain lagi.

Anak perempuan itu mendongak, menatap Jisya. "Sinbi" ujarnya sambil mengulurkan tangan.

Jisya tersenyum, balas menjabat. "Jisya"

Gadis ini tak ingat, cuplikan berikutnya. Sebab seingatnya tiba tiba saja mereka berempat sudah berada di taman.

Masing masing duduk di ayunan besi. Jisya dan Sinbi duduk bersama, lalu dihadapannya dua anak laki laki itu juga duduk bersama.

Tak ada yang mengeluarkan suara, hanya kaki yang terus bergantian menekan alas ayunan agar tetap berayun.

Kemudian persahabatan mereka berjalan terus menerus hingga mereka akan melanjutkan pendidikan di jenjang SMP. Keempatnya duduk melingkar berdiskusi di taman rumah Sinbi.

Jisya juga ingat, dia sendiri yang menyarankan agar bersekolah di SMP Gapura sebab katanya disana kantinnya gratis.

Ketiga sahabatnya hanya menyerngit heran sebab sekolah itu sebenarnya bukan sekolah terfavorit di kota mereka meskipun tetap termasuk sekolah hits. Lagipun jarak perumahan ini ke sekolah itu cukup jauh.

Berjalan atau bersepeda saja tidak cukup untuk ukuran anak seusia mereka.

Tapi karena Jisya yang begitu tertarik oleh kantin gratis, juga Sinbi yang mulai ikut tertarik. Mereka berempat memutuskan bersekolah di sana.

Mereka berempat pun berangkat bersama dengan mobil yang disediakan orang tua Jisya. Iya, orang tua Jisya memang menyediakan mobil, karena sekolah yang dipilih putrinya itu terlampau jauh. 

Jisya ingat secara rinci, saat bersekolah di sekolah impiannya. Betapa bahagianya dirinya saat namanya sudah tercantum rapih di daftar salah satu kelas di SMP itu.

Tetapi memang kebahagiaan itu selalu beriringan dengan antonimnya.

Gadis cantik yang suka sekali dengan makanan dan benar benar tak memperdulikan penampilan layaknya anak seusianya. Sebenarnya juga tidak penting, karena gadis ini sudah diberkahi kecantikan alami.

Kulit putih pucatnya, mata berbinar-binarnya, proporsi tubuhnya meski banyak makan, juga bibirnya yang berbentuk love ketika tersenyum.

Terlepas dari semua itu. Jisya benar benar tak butuh produk apapun untuk penampilan.

Tapi memang, bunga cantik yang terlihat tak akan ditinggalkan tangan tangan jahil yang merusaknya.

Semester kedua tahun pertama, kalimat kalimat menyakitkan mulai menghampirinya.

Tak ayal Jisya merasa sakit hati, hanya saja rasa tenang masih lebih berkuasa saat itu.

Namun, semua berakhir saat semuanya bukan tentang 'mulai' lagi. Tetapi memang sudah masuk menyerangnya.Perasaan singkat anak SMP nya bahkan menjadi lelucuan, bak ia tak pantas untuk itu.

Tak ada yang lebih menderita dibanding sembilu tak berujung atau belenggu yang mencekik.

Bahagia, tenang, dan masa remajanya? Lupakan. Jisya bahkan sudah berjanji menempa diri mati-matian agar tak mendapat cibiran di masa SMA nya lagi.

Manusia yang hidup dibalik topeng senyum? Atau anak yang tumbuh dewasa tanpa karakter tetap?

Sungguh. Jisya tak apa.

Asalkan. Asalkan. Sembilu itu tak lagi menusuknya. Oh iya, jangan lupakan belenggu yang mencekiknya.

Sungguh Jisya tak ingin lagi.

Kalian tau? Awal dari sembilu dan belenggu itu berasal?

Ironisnya, jawaban satu satu yang tertulis rapi adalah nama seseorang yang sudah dianggapnya menjadi sahabat selain ketiga sahabat kecilnya.


Iya. Lelaki kingkong yang terus Jisya dan sahabatnya hindari. 


Namanya Arga.

Si penabuh gendang api pertama untuk kehancuran Jisya selanjutnya.





Si penabuh gendang api pertama untuk kehancuran Jisya selanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••


























Ekhem.... Jadi si kingkong misterius udah terpecahkan dong ya?

•••

MarigoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang