10. Ambyar

47 15 13
                                    

"YA TUHAAAAANNNNN" Jisya memekik tertahan, lalu berikutnya menjatuhkan kepala ke meja pelan dan merutuk.

Jisya melongos panjang sambil mengangkat wajah, gadis itu bersandar di kursi belajarnya. Terdiam lama.

Matanya melirik ke hape, sekali decakan gadis itu meraihnya.

Setelah terdengar sambungan lama, Jisya langsung merekah.

"SINBIIII KE RUMAH GUE SEKARANG!  PANGGILIN DUA KACUNG LO JUGA YAA"

Sinbi diseberang sana terlonjak kaget karena teriakan Jisya. Dia refleks mematikan sambungan telepon kemudian menggerutu sambil mengusap usap telinganya.

"Ngapain sih ini anak. Malam gini juga" gerutunya tetapi tetap beranjak mengambil sweater lalu menghubungi kedua lelaki yang tadi diminta Jisya.



Teras depan rumah Jisya gaduh. Dua pemuda yang seperti tak punya tulang merengek menggerakkan kaki ke sembarang arah, dan seorang gadis yang menariknya sambil sesekali menabok keduanya ketika bergerak tak terkendali lagi.

"WOI JISYA" gadis itu sudah seperti rentenir saja. Memukul keras pintu rumah Jisya berulang kali.

Sedangkan Jisya sendiri sudah berlari panik dari kamarnya. Ia bahkan hampir tergelincir karena sendal hello Kitty nya yang ringan dengan kecepatan larinya tidak seimbang.

"Sabar He!!" Kata Jisya sebal sambil membuka pintu rumahnya. "Untung gue sendiri Sin, hampir dijadiin bakso Lo sama emak gue" lanjut Jisya mengomel.

Sinbi meringis sesaat kemudian sekuat tenaga menarik dua pemuda yang tergeletak di lantai teras rumah Jisya.

"Dapat sapi dari mana nih" celetuk Jisya setelah menyiapkan kursi santai untuk mereka berempat.

Aryan dan Kaslam langsung mengumpat kasar, jadi berdiri tegak lalu mengangkat kedua tangan membentuk cakar kucing.

Jisya tertawa geli, menarik paksa keduanya lalu mendudukkan kedua pemuda itu di kursi. 

Gadis ini juga mendorong Sinbi pelan, segera duduk di samping Kaslam. Mereka duduk melingkar.

"Gila gak sih gue" kata Jisya memulai percakapan, membuat mata Aryan  dihadapannya seketika berbinar.

Aryan menipiskan bibir sesaat, tak tahan tidak menyeletuk. "Baru sadar Lo?!" Celetuknya akhirnya membuat Jisya menabok keras pemuda itu.

Setelah membereskan Aryan. Jisya menyunggingkan bibir miring, tersenyum bahagia. "Malu gue ARGHHHH" pekiknya tiba tiba sambil menarik rambutnya ke segala arah.

"Si MC kan Ji?!" Celetuk Kaslam memancing.

"MC? MC apaan njir?" Tanya Aryan tak paham.

"Yang ganteng kalem ituloh"

"Yang mana sih?" Tanya Sindi juga tak tau menahu.

Kaslam mendecak, "CK. Ituloh yang MC bareng Jisya pas PLS"

"Lah setau gue yang MC kan Wendy?" Celetuk Aryan masih bingung.

"A Lo mah gak update ginian teros sih Yan, tuh gitu tuh. Urus cem ceman aja mulu kerjanya" kata Kaslan jadi mengomel.

"Yeee jangan sok tau Lo bego!" Aryan jadi menjambak rambut depan pemuda itu.

Jisya memukul pelan kedua pemuda itu membuatnya diam. "Jangan bertengkar njir. Fokus ke gue dulu"

Aryan menatap Jisya, "Sya gue gak bisa fokus ke lo tapi. Gue sukanya demut Sya" kata Aryan dengan muka sungguh sungguh membuatnya kembali dipukul pelan oleh Jisya.

MarigoldWhere stories live. Discover now