08. Ketemu?

41 16 0
                                    

"HOI ARYANTO ROK GUE BASAH NYET" Jisya memekik keras sambil mendorong dua manusia di depannya.

"HE JANGAN DORONG DORONG AAA. GUE JUGA BASAH" protes Sinbi karena Jisya mendorong dari belakang.

Kaslam melongos lalu memekik keras juga "HOI JANGAN BERTENGKAR DI JALAN INI NJIR"

Sedangkan Aryan seketika menghentikan langkahnya membuat dua manusia di belakangnya menabrak punggung Aryan dan Sinbi. Lagi lagi membuat Sinbi memprotes sebal karena terdorong.

"AISH NIH PAYUNG PUNYA GUE. KAN LO SEMUA GAK MAU PERCAYA. SANA HUJAN HUJANAN AJA LO PADA" gerutu Aryan.

"YAAAAAAAK" seketika juga ketiga sahabatnya memerotes keras.

Aryan mendelik. "He, kan gue tadi dah bilang. Kayaknya bakalan hujan. Lo pada ngolok ngolok gue karena bawa payung pas terik kek tadi. Makan noh makan ketawa lo. Hujan beneran kan sat?!" Gerutu Aryan diakhiri dengusan sebal.

Keempatnya yang berada di bawah satu payung yang sebenarnya hanya muat dua orang itu mulai melangkah lagi, meskipun suara suara ribut mereka tetap tidak hilang.







"Makanya lain kali dengerin gue" omel Aryan sambil menyerahkan tiga handuk kepada masing masing sahabatnya.

"Cielah, Lo pikir lo Han Woo-tak bisa mimpiin masa depan sampe harus percaya semua omongan Lo?" cibir Sinbi.

Jisya tertawa, "udah udah kali... Eh btw Yan, kita numpang sampe nih baju kering ya. Bisa dicingcang emak gue kalau lihat gue hujan hujanan."

Aryan tak merespon banyak. Pemuda itu berjalan ke dapur lalu kembali membawa cokelat hangat untuk ketiga sahabatnya.

"Eh... kapan kapan jalan bareng yuk" kata Aryan random, meletakkan gelas cokelat di tangannya.

"Gimana?" Tanyanya ulang.

Jisya mengambil segelas cokelat lalu meniup niup kecil permukaan nya. "Gue sih ok ok aja" katanya singkat.

Kaslam dan Sinbi terlihat berpikir. Lalu dengan kompak mengacungkan jempol tanda setuju membuat Aryan memekik girang.

•••

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

•••


Kelas 11 MIPA 1 ramai saat istirahat. Meja sudah tak teratur karena saling merapat sana sini. Murid muridnya pun saling berhamburan sibuk lalu lalang juga mencatat sesuatu di buku untuk tugas kelompok.

Jisya sendiri sudah berdiri di kursi untuk melihat buku utama yang tadi dipinjamkan Miss Eva.

"Woi woi gak kelihatan" Miya sudah ngerusuh memaksa orang orang membuka jalan untuknya melihat buku itu.

"Sya" panggil Cindy pada Jisya yang serius mencatat.

Jisya berdehem singkat tak berbalik. "Tuh di depan dicariin" lanjut Cindy.

"Siapa?" Tanya Jisya singkat, tetap belum berbalik.

"Gak tau, katanya panggilin Lo aja" jawab Cindy lagi.

Aryan yang sibuk mencatat dari buku Miya pun mendongak. "Terakhir pergi sama siapa Sya?" tanyanya membuat Jisya berhenti mencatat. Lalu matanya membola. "Si monyet Yan. Gak mau gue" katanya langsung panik.

Cindy yang melihat itu menyerngitkan alis, "Si monyet siapa Sya?"

Jisya berbalik menghadap Cindy. "Orangnya gimana Cin?"

"Ganteng sih" jawab Cindy pelan dengan wajah bersemu membuat Jisya mendelik. "Eh tapi, ganteng ya? Siapa ya? yang jelas bukan si monyet sih" katanya berpikir.

"Yaudah sih, keluar cek aja dulu" kata Aryan singkat.

Jisya mengangguk kemudian turun dari kursi, meletakkan bukunya disamping Aryan lalu melangkah ke pintu.

Jisya menunduk merapikan rambut, lalu mengangkat wajah sambil bertanya, "Kena---"

Ekspresi nya berubah, gadis itu membuang muka. "Kenapa?" Tanyanya langsung.

Pemuda itu tertawa pelan. "Gak nyangka gue Sya. Ternyata Lo masih di panggil ratu hansaplast ya" kata pemuda itu riang.

Jisya masih membisu dengan mata menatap lapangan. Masih tak menatap pemuda itu.

Pemuda itu mendekat ingin meraih pergelangan tangan Jisya membuat gadis itu termundur refleks.

"Jisya"

"Ngapain lo!"

Suara berat dari pintu membuat Jisya dan pemuda tadi menatap pemilik suara itu.

Jisya langsung mendekat ke arah Aryan. Tanpa berkata apa-apa Aryan menarik Jisya masuk kembali ke dalam kelas. Tetapi jelas pemuda tadi tidak semudah itu membiarkannya pergi.

Pemuda itu menarik tangan Jisya yang refleks membuat gadis itu memekik nyaring. 

Pekikan Jisya cukup mengundang banyak perhatian. Karena siswa siswi MIPA 1 sudah berlarian datang ke arah pintu, tentu saja mencemaskan teman sekelasnya.

Cindy yang tadi membawa perintah pun tergopoh-gopoh keluar kelas. "Sya Saya kenapa?"

Jisya menggeleng pelan kemudian memaksa masuk ke kelas. Meninggalkan dua pemuda di depan kelas yang saling berdiam diri.

•••

Jisya termenung sendiri di kamarnya. Lampu kamarnya sudah mati sedari tadi membuat cahaya temaram dari lampu tidur yang disetelnya.

Gadis itu menghela nafas panjang. Kenapa juga si kingkong tadi datang ke kelasnya? Pake cara sok akrab lagi. Yaa mereka memang pernah akrab sih. Tapi, setidaknya itu sudah dua tahun yang lalu hingga Jisya sendiri bingung akrab nya masih berlaku atau tidak. Karena bagi Jisya lelaki tadi sudah selesai.

Apapun tentang mereka dulu.
Itu sudah selesai

Lalu kenapa pemuda itu datang lagi?
Cih, apa memang spesies bernama lelaki itu semuanya menjengkelkan?

Argh... Sudahlah.

Jisya lagi lagi menghela nafas panjang, kemudian mulai membaringkan dirinya. Mencoba tidur dengan memejamkan mata rapat.

•••

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

•••

MarigoldOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz