42. Part Galen?

19 8 0
                                    

Jisya dan Galen sibuk mondar-mandir mencari buku kumpulan soal Ekonomi yang diperintahkan. Sebenarnya simpel. Cukup cari buku tebal berwarna biru tua lalu periksa judul. Sudah.

Masalahnya di gudang buku begini, mencari buku dengan ciri-ciri itu sama sekali tidak simpel.

Setelah sekian lama mondar-mandir, Jisya melongos keras karena lelah. Galen yang mendengar longosan gadis itu berbalik, berjalan ke arah rak sebelah-tempat gadis itu berada.

Ia tertawa kecil, "Gak mau nyari buku yang lain aja Sya? Daripada buang-buang waktu gak jelas kayak gini. Mendingan nyari yang serupa aja, terus nanti kalau penjaga perpustakaannya udah datang. Sisa kita tanyain deh. Gimana?"

Jisya yang sudah lesehan di lantai perpustakaan mendongak. "Yaudah deh. Gue kayaknya lihat buku latihan soal tadi deh," katanya seraya bangkit.

Galen mengangguk ikut mencari buku serupa untuk dikerjakannya. Setelah itu keduanya sama-sama melangkah ke meja ujung paling belakang perpustakaan.

Tidak ada yang membuka obrolan di antara mereka setelahnya. Jisya sibuk mencakar rumus-rumus dan Galen sibuk dengan pikirannya.

Galen menoleh, mengamati gadis di sampingnya. Tanpa sadar malah memandangi wajah cantik gadis itu. 

Cowok itu berkedip, "Jisya.."

"Hn?"

"Lo tau kan Interdependensi pengambilan keputusan pasar Oligopoli?"

Jisya masih sibuk berkutat dengan rumus. Namun masih sempat bergumam menanggapi cowok di sebelahnya ini.







"Ayo kita jadi Interdependensi itu, saling bergantung dan memengaruhi satu sama lain"








Jisya terdiam lama, lalu tiba-tiba tertawa keras. "Lo nembak gue?"

Galem hanya merespon dengan senyum simpul. Wajahnya memang kelihatan tenang dan damai, namun matanya tak bisa menutupi kegelisahan cowok itu.


Hening. Lama sekali. Sampai Jisya menutup buku lalu menyusunnya menjadi satu. Menaruh pulpen dan pensil kembali ke tempat pensil kotaknya. Lalu beranjak pelan.

Ia menarik seulas senyum simpul, berbalik menatap Galen. "Lo tau Len? Kalau diandaikan Pasar. Gue tuh pasar Oligopoli. Gue termasuk dalam beberapa jumlah perusahaan di pasar itu. Tapi kemungkinan masuk atau keluar dari industri pasar itu hambatan nya cukup besar. Dan gue memilih stay. Berdiam sampai pasar itu sudah tidak memiliki hambatan besar." Jelas Jisya dengan pelan kemudian berbalik dan mulai melangkah menjauh.

Setelah Jisya melangkah cukup jauh. Galen menyandarkan diri di kursi perpustakaan. Cowok itu menarik sudut bibirnya. Tipis.


Harusnya ia tau.


Kenapa malah mencoba hal yang sudah pasti?

Ia paham maksud gadis itu.








Karena pasar Oligopoli tidak akan pernah berubah menjadi pasar Monopolistik.

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MarigoldWhere stories live. Discover now