24. Toko Buku

28 10 0
                                    

Jisya menjelajah setiap rak tumpukan buku bergenre fiksi. Gadis cantik ini tiba tiba menghentikan langkahnya. Kemudian ia menarik satu novel bersampul bunga berwarna kuning.

Aryan di rak seberang melihat gadis itu mendesah lega. Bukan karena apa apa, hanya saja gadis itu sudah lama berputar di rak itu tapi belum menemukan hal yang menarik perhatiannya sedari tadi.

Dan kini gadis itu terlihat fokus pada sinopsis novel itu.

Aryan tersenyum kecil, kemudian lanjut memilah komik yang akan ia beli.

Dua sahabat ini memang sering pergi ke toko buku bersama. Jisya yang suka membaca novel. Dan Aryan suka dengan komik komik berbau medis dan detektif.

Beberapa saat setelah membaca pratinjau novel itu. Jisya terkekeh sendiri, lucu saja. Sepertinya novel ini begitu realistis seperti hidupnya.

"Astaga" Jisya terkejut ketika tak sadar mundur ke belakang karena terlalu menikmati pratinjau novel ini tak sadar malah menginjak kaki pengunjung lain.

"Maaf maaf ya saya gak sengaja" kata Jisya sembari berbalik.

"Loh? Eno?" Senyum Jisya kembali mengembang, dengan raut riang menatap pemuda ini. "Sorry ya No Hehehe, gue gak sadar lagi jalan mundur" ujar Jisya lagi, dengan meringis.

Eno tersenyum lembut, menatap Jisya. "Hem gak apa apa" katanya tenang.

Jisya mengangguk kecil, menanggapi. Gadis itu menggigit bibir bingung ingin berkata apa lagi.

Ia berdehem kecil, "Kesini..... sendiri?" tanya Jisya dengan pelan.

Pemuda itu berpikir sejenak. "Gak sih. Tadi kesini sama adik gue, hmm... Tapi dia gak suka buku jadi ke toko seberang" jelas Eno.

Jisya mengangguk lagi. Ia menatap ke sembarang arah untuk meredam kecanggungan. Gadis itu berdehem lagi, "Kalau gitu gue duluan ya No. Aryan udah tuh" putus Jisya saat melihat Aryan berjalan ke arahnya.

Eno ikut melihat ke arah Aryan yang memang berjalan ke arahnya. Ia saling menyapa dengan Aryan sebentar kemudian masing masing berjalan ke arah berlawanan arah.

Jisya dan Aryan yang berjalan ke arah antrian kasir. Dan Eno yang masih berjalan sambil memilah buku.










Jisya menatap nanar tukang nasi goreng di seberang jalan.

"Mau gue beliin?"

Gadis ini berbalik, melihat Aryan sudah memakai helm kemudian juga memberikan helm padanya.

Jisya menghela napas, menggeleng. "Minggu depan Yan"

Aryan mengangguk sekilas, menyalakan motor lalu meminta Jisya untuk segera naik.

Pemuda itu terdiam sejenak, kemudian selanjutnya berbalik menatap Jisya berwajah murung masih menatap gerobak tukang nasi goreng di seberang jalan itu.

"Yang lain aja Sya? Mau kemana? Gue yang bayarin lah" ujar Aryan pada Jisya.

"Hn?" Jisya langsung menatap Aryan. "Gak salah denger gue?" Tanya Jisya balik, dengan raut menggoda.

Aryan memutar bola mata malas. "Yaudah kita pulang" putusnya.

Jisya seketika panik, menepuk pundak Aryan berulang kali membuat pemuda itu meringis dan menggeram.

"Jangan elah, traktirannya tunda dulu deh sampe minggu depan" bujuknya pada Aryan yang kelihatan sudah tak peduli.

"Ya? Iya kan? Yan....."

Aryan menghela napas lagi, kali ini dengan keras."iya iya puas?" Gerutunya kemudian mulai menjalankan motor.

Jisya hanya tertawa, dengan semangat menepuk pundak pemuda itu lagi dengan cepat. Dan tentu dengan Aryan yang juga lagi lagi menggeram dan meringis tertahan.



•••












Kaslam menghela nafas, begitupula Sinbi yang menatap sahabatnya itu kasihan. Keempatnya kini berada di kamar gadis cantik yang sudah seperti cacing yang disiram air garam. Terus menggeliat berguling kesana kemari di kasurnya.

"Tadi gue bilang kan beli aja. Nyesel kan" ujar Aryan datar yang berbaring di karpet.

Jisya mendesah pelan, mendudukkan diri. "Yang bener aja deh Yan. Lombanya kan mul-"

"Ck. Lo kayak orang ngidam Ji, Beneran"

Jisya mengerjap ngerjap, melihat Kaslam yang merobek robek kertas menjadi potongan kecil di meja belajar gadis itu.

"Tapi Lam, beneran deh...... gue emang semau itu makan nasi goreng. Gue juga yakin, makan itu sekali gak bakalan naikin sekilo langsung kan?!" Kata Jisya meyakinkan dengan sabar walau sebenarnya juga gemas karena Miss Ana yang terlalu protektif.

Kaslam merobek selembar kertas buku lagi- entah juga buku apa yang jelas buku itu tergeletak di atas meja belajar Jisya.

Pemuda berkulit sawo matang itu berdehem lelah, "Jadi Lo...sekarang mau dibeliin?"

"CK...enggak juga" elak Jisya jadi menunduk. Walau berikutnya langsung melompat tak santai membuat Aryan yang berbaring dan Sinbi yang duduk di sampingnya jadi ikut terlonjak kaget.

Gadis cantik itu jadi berdiri di dekat Kaslam lalu tiba tiba terdengar pekikan kesakitan pemuda itu.

"LO!!!! DARI TADI NGEROBEK KERTAS. KERTAS BUKU GUE? ANJU EMANG" pekik Jisya menjambak kencang rambut Kaslam.

"ASTAGA....A AAAA SAKIT SAKIT. ASHH ARGHHH SAKIT JISYA. IYA GUE MINTA MAAP NYA--AAAA IYAIYA"

Kamar Jisya menjadi rusuh. Sobekan kertas berukuran kecil yang tadi dirobek robek Kaslam jadi berhambur ke sembarang arah karena tersenggol-senggol akibat pergelutan dua manusia itu.

Aryan refleks melompat ke kasur gadis cantik itu, duduk di samping Sinbi yang cengo memandang Jisya.

Bertanya tanya dalam hati tak percaya.

Perasaan gadis cantik itu baru saja galau karena nasi goreng, kenapa tiba tiba bringas begini? Atau efek ngidam nasi gorengnya?




Astaga.


•••

Ουπς! Αυτή η εικόνα δεν ακολουθεί τους κανόνες περιεχομένου. Για να συνεχίσεις με την δημοσίευση, παρακαλώ αφαίρεσε την ή ανέβασε διαφορετική εικόνα.


•••

MarigoldΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα