33. Matriks Transformasi

17 8 0
                                    

Jisya menggaruk pipinya sesaat, dengan wajah masam memandang Jihan di sampingnya yang terus menjelaskan penyelesaian soal matriks transformasi yang minggu lalu sudah diwanti-wanti akan menjadi soal ulangan harian matematika hari ini. 

"Duhh, Jihan, gak ngertiii. Ini disini T2 nya minus sebelahnya positif. Gimana sihh, gak ngerti gak ngerti" rutuk Jisya, menjatuhkan kepala di atas meja, sudah putus asa.

Jihan jadi berhenti menulis, menjatuhkan pulpen di meja lalu menghela nafas. "Yaa makanya rumus umumnya dihapalin dulu. Supaya ngerti ini langkahnya dikali apa diubah aja" omelnya membuat Jisya mendelik.

"Pusing tau. Atasnya awalnya positif terus yang bawah minus. Pikiran gue jadi kacau. Kebalik teross" sahut Jisya mencibir. Ia lalu menarik buku paket matematika didepannya, kemudian menaruh buku itu di atas kepalanya sambil bersandar di kursi. Jisya melipat tangan di dada sambil memejamkan mata. "Gue harap nih rumus masuk sendiri di otak gue dah" gumamnya membuat Jihan lagi lagi menghela nafas.

Jihan merapatkan bibir, tanpa kata berdiri meninggalkan Jisya yang memang sudah tak berniat mempelajari soal itu lagi.

Setelah beberapa menit berdiam dengan posisi buku tertelungkup di kepala dan mata yang memejam. Jisya mengerang kecil, mengacak rambut frustasi. Bukannya rumus masuk di otak, ia malah jadi mengantuk dibuatnya.

Ia menghela nafas lelah. Apa ini? Saat memutuskan fokus di olimpiade Ekonomi, orang orang sibuk mengeluh mengatakan bahwa ia lebih cocok ke matematika.


And see?


Matrik transformasi saja tidak bisa ia pahami dengan betul betul.

Jisya menggeram frustasi, menjatuhkan kepala di meja. Pipinya ditempelkan di buku paket yang ia letakkan terbuka di atas meja, matanya memejam lelah dengan bibir manyun.

'Bodo ah, mending tidur,' batinnya lalu mengangguk mantap.

Tapi belum semenit. Ia lagi lagi menggeram, kali ini lebih keras. Mengacak rambut dengan brutal membuat Cakra yang lewat di sampingnya jadi menghindar kaget.

Gadis itu tiba tiba berdiri, memukul meja keras membuat seisi kelas kompak kaget dan menatapnya tak percaya.

Eno di kursinya mengulum bibir, menahan senyum. Tapi langsung mendatarkan kembali raut wajahnya saat Jisya melemparkan pandangan padanya dengan mata menyipit.

Mata pemuda ini bahkan hampir saja terloncat-oh tidak, terlalu berlebihan ya hehehe-saat Jisya tau tau nya sudah berada di hadapannya. Meletakkan buku paket dengan kasar, lalu menarik kursi dengan tak santai.

Dengan wajah kesal dan mata menyipit tajam, Jisya mendekat, mendudukkan diri, "Eno Ajarin Gue" katanya dengan suara lantang dan mantap.  

Eno melongo begitu saja, tanpa sadar jadi memerhatikan wajah gadis cantik itu secara rinci.

Nih cewek emang cantik beneran sih. Kesal aja masih secantik itu.

Eh?





"WOI AJARIN GUEEE WOYYY!! DAH MAU MASUK NIH!!"



Teriakan Jisya membuat Eno terlonjak kecil. Menunduk dan langsung salah tingkah. Pemuda itu jadi merona, tanpa sadar menggigit bibir menahan senyum lebarnya. Sibuk meruruki diri.




Tadi kok sempat sempatnya mikir gitu ya???







Tadi kok sempat sempatnya mikir gitu ya???

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

MarigoldWhere stories live. Discover now