42. Jatuh Hati

50 32 6
                                    

YOU AGAIN?! • 42 | Jatuh Hati

"Kalau hati sudah jatuh, ya sudahlah. Organ lainnya cuman bisa angkat tangan."

__________________ _____ _ ______

"Sebenernya apa alasan yang bikin lu ngejauh dari dia?" tanya Valdo.

Devan tidak menjawab. Cowok itu justru melihat ke arah Reza.

"Ngapa lo liat-liat gua?!" sewotnya lalu berpikir sesaat―menebak.

Reza menutup mulutnya tak percaya kalau alasannya adalah fakta yang diberitahukannya minggu lalu.

"LO SERIUS?! SUMPAH DEMINYA KARENA ITU?!"

DUKK!!

Sebuah bantal melayang tepat menimpuk wajah Reza.

"Menurut lo, gue bakal tetep deket sama dia setelah tahu alasan kenapa selama ini dia benci gue?"

"Kehadiran lu memang buat dia keinget seseorang di masa lalunya yang meninggal beberapa bulan sebelum lu pindah. Tapi bukan bearti lu campakin begitu aja!"

Kali ini suara datang dari Valdo. Wajah lelaki itu tampak tak bersahabat. Bukannya apa, dia cuman kesal karena hubungan yang seharusnya tidak renggang malah sengaja direnggangkan sedangkan hubungannya dengan Neisya? Entah apa kabarnya.

"BENER TUH KATA BAPAK VALDO!" timpal Reza.

Beberapa minggu lalu di apartementnya setelah mendapatkan kabar bahwa Neisya hilang, tiba-tiba Reza membocorkan rahasia yang selama ini disimpan olehnya, Valdo, Tesha, Evan dan seluruh alumni SMP Alvet.

Karena menurutnya akan lebih mengcewakan lagi jika Devan tahu dari orang lain.

"Cepetan baikan, sebelum apa yang diceplosin Reza tadi di sekolah beneran terjadi. Lu ga mau kan dicampakin dia?" tutur Valdo.

"Enggak lah!" balas Devan spontan.

"YAUDAH CEPETAN SANA BAIKAN! LAMA BANGET ANJIR!" teriak Reza gregetan sambil menendang tubuh Devan hingga cowok itu tersungkur ke karpet.

"LO BERANI MEMULAI LO JUGA YANG HARUS NYELESEIN!"

Devan mengacak rambutnya frustasi. Kalimat Reza terus terngiang di otaknya. Setelah diocehi, cowok itu langsung diusir dari apartmenetnya sendiri oleh sahabatnya dan diancam tidak boleh balik jika belum baikan.

Akhirnya satu-satunya tujuannya saat ini adalah Rumah Mizel. Devan memandang kunci rumah yang diberikan Tesha beberapa bulan lalu saat gadis itu membantunya membukakan pintu untuk memindahkan Mizel yang tertidur lelap.

Dengan sepelan mungkin, Devan membuka gerbang itu lalu berjalan masuk. Dia memegang kepalanya pusing karena melupakan denah menuju kamar gadis itu.

Untungnya takdir berpihak padanya kali ini. Devan melihat sebuah lampu kamar menyala lewat taman belakang.

Sudah sepuluh menit berlalu dia melempari kerikil kecil ke jendela kamar Mizel yang tak kunjung membuahkan hasil. Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di otaknya dan mulutnya langsung sumringah saat melihat pohon besar yang nyambung ke balcony kamar gadis itu.

TOK! TOK! TOK!!

Devan mengetuk jendela kamar Mizel berulang kali. Matanya membulat saat melihat sebuah tangan keluar dari dalam dengan membawa tabung semprotan pembunuh nyamuk.

YOU AGAIN?!   [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang