01. SATU MOBIL?!

386 56 10
                                    

𝐘𝐨𝐮 𝐀𝐠𝐚𝐢𝐧?! ◍ 01 | SATU MOBIL?!

"Kalo ada kesempatan buat lu untuk benci gue. Artinya, ada kesempatan juga untuk lu buat cinta gue."

__________ _ _ _

Sial. Astaga, apakah tidak ada kata yang lebih bagus lagi untuk memulai kisah ini?

Umpatan demi umpatan sampai sumpah serapah mulai keluar dari mulut seorang gadis cantik yang sudah lengkap mengenakan seragam sekolah.

Banyak pasang mata yang menatapnya saat ini. Masih syukur kalau ditatap kagum. Tapi sayangnya takdir sangat sensian dengannya, sekarang dia tengah ditatap jijik oleh hampir setengah murid sekolahnya.

Mata bermanik hazel itu menatap layang seseorang yang ada di hadapannya.

Andaikan jiwa malasnya tidak meronta untuk berangkat lebih awal ke sekolah, dia tidak akan berpapasan dengan musuh sehidup sematinya ini.

Padahal beberapa menit yang lalu hidupnya masih tenang, tanpa ada masalah sama sekali. Sampai-sampai seorang cowok datang dengan melempar tas ke arah wajahnya.

10 menit yang lalu....

"PAAN MAKSUD LO LEMPAR TAS KE MUKA GUE?!"

"Bawain, tangan lu nganggur juga, ga ada yang gandeng."

BUKK!!

Mizel melempar balik tas yang bisa dibilang bukan milik seorang pelajar, rasanya selimut empuknya saja masih lebih berat dibandingkan tas cowok itu.

"Jangan ampe gue buat lo nyesel lagi Zell,"

"Gue udah mencetak rekor penyesalan terbesar saat pertama kali ketemu manusia kek elo, penyesalan apa lagi coba yang bisa lebih besar dibandingkan itu?"

"Penyesalan setelah gue ngomong kalimat ini,"

"Banyak bacot-"

"WOIII!!! MIZEL PUNYA BISUL DI PANTATNYAA!!!!"

Fitnahan kejam itu keluar tanpa beban sama sekali dari mulut Devan, jangan lupa betapa lantang suaranya saat mengucapkan kalimat itu di tengah lapangan SMA Alvet.

Mulut Mizel menganga lebar tidak percaya, serius? Bisul? Mungkin masih logis kalau Devan membicarakan sebuah jerawat di wajahnya, itu pun jerawat goib.

Tapi yang benar saja? Bisul di bokongnya?!

"Kampret banget mulut lo Dev," sinis Mizel sambil melirik beberapa siswa yang sedang menertawakannya.

Kalau mau jujur, sebenarnya tidak ada yang percaya dengan ucapan Devan. Mereka menertawakan kelakuan rival sejati sekolahnya, gadis toa yang tidak mau kalah dengan cowok iseng tingkat semesta.

Andaikan ini bukan di sekolah, mungkin Misel sudah memotong lidah penuh dusta itu dan menghabisi nyawa pemiliknya.

Tenang Mizel, lo dateng ke sekolah untuk belajar, bukan untuk jadi pembunuh.

Mizel berjalan masa bodoh melewati Devan, langkah kaki jenjang itu membawanya ke dalam sebuah kelas yang sama bobroknya dengan kelakuan musuhnya tadi.

YOU AGAIN?!   [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang