clrl . tokito

3.3K 221 9
                                    

Tokito ya.

Mereka adalah keturunan dari pemilik pernafasan pertama. Karena itu, darah pendekar memang sudah mengalir dalam diri mereka.

Dan kekuatan itulah yang dibutuhkan untuk membantu kisatsutai.


Amane, istri dari Kagaya tersebut berusaha mengajak mereka bergabung dengan kisatsutai, sayangnya itu tidak berhasil.

Dan. Disinilah [Name].

“Saya [Name], Ubuyashiki [Name],” begitu gadis itu mengenalkan dirinya.





Meskipun Tokito Muichiro, sudah berusaha untuk menghentikannya, tapi yang terjadi memang terjadi. Ia menarik lengan Yuuichiro.

BRAK.

Ketel itu terlempar jauh.

Suasana menjadi mencekam.



air mendidih itu membasahi pipi bawah [Name] yang turun ke lehernya, sementara sebagian besar membasahi seragamnya. Ia tidak berkomentar sama sekali. Hanya terkejut.

Panas? Iya, kulitnya sampai melepuh seketika. Kek wadah aqua mineral kalau dikasi aer anget.

“Kau pikir membantu orang lain itu berguna!? Orang-orang seperti kalian hanya memanfaatkan kami untuk melakukan hal hal bunuh diri!? Kenapa tidak kau dan keluargamu sendiri saja yang berperang!?”



“A-anda baik-baik saja!?” Muichiro membawa selembar kain basah dan menempelkannya pada leher [Name]. Yang mulai sadar, menatap anak seusianya yang duduk di depannya dengan khawatir.

“Tidak perlu membantunya, Muichiro!” Yuuichiro menarik adiknya itu berdiri. “Nii-san, kau keterlaluan!”

“...” [Name] menghela nafas. Senyumannya terukir. “Tidak perlu bertengkar. Sebuah kesepakatan harus dicapai diantara kalian.

Ini bukan paksaan atau kewajiban.

Menjadi kisatsutai itu pilihan.. Yah bagaimanapun juga, organisasi tetap membutuhkan kalian. ”







“Nii-san! Apa yang kau pikirkan? Kau barusaja menyiram orang yang mengajak kita baik-baik? Kau tidak bisa menolaknya dengan baik?” Muichiro berseru kesal pada kakaknya yang memutar bola mata dengan malas. “Jangan lembek, apa dia bodoh, aku jelas sudah menolaknya!”

“Mereka percaya pada kita, karena itu mereka datang kembali. Lagipula jika kita berbuat baik dengan menolong banyak orang— bukankah—?”

“Berisik! Urus saja kayu-kayu itu!” bentak Yuuichiro kesal. Mendorong Muichiro, “Kenapa aku harus dilahirkan bersama anak tidak berguna sepertimu?” gerutunya panjang dan kasar.


Anak laki-laki dengan surai panjang hitam-turquoise itu menunduk mendengarnya. Berlalu dengan perasaan yang kacau.



Malam tiba.

“hei, Muichiro” Yuuichiro bertanya dari balik futonnya, sambil membelakangi Muichiro yang tidak merespon sedikitpun, tapi tidak juga berniat untuk tidur.

COLORFUL. Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora