clrl . kibutsuji

494 89 48
                                    

Tangan kekar itu menyentuh pundak tetua klan pemburu iblis tersebut. Pemilik netra violet berkabut itu menurunkan tangannya, membaringkan tubuh kaku yang sudah tidak bergerak. Tatapannya masih kosong.

“Terimakasih Tokito-kun, tanpamu, kita tak tahu apa yang akan terjadi, beristirahatlah dengan tenang,” Gyomei memejamkan mata kosong Muichiro.





“Himejima-san.. Bisa beritahu aku.. Cara untuk menangis?” lirihnya pelan. Menunduk dalam. “Kenapa aku tidak bisa.. Di saat aku ingin menangis?” ia menggigit bibirnya. Bahkan matanya tidak panas, tapi kenapa rasa sesak dan bersalah terus menggumpal di dadanya?





Belum lama gadis bersurai hitam itu berdiam, terdengar teriakan hashira angin yang panik.





“AAAAAHHH!!! GENYA!!!” membuat [Name] dan Gyomei sontak menolehkan kepalanya. Kaki gadis itu berlari kembali mendekati Sanemi yang berteriak histeris.

“Kenapa!? Genya? Tubuhmu!!” Sanemi meraung. [Name] membeku. Tubuhnya mulai menguap seperti iblis pada umumnya. “Genya—”




Netra [Name] melebar, lintasan ingatannya bergerak. Genya adalah pemakan iblis. Mulutnya sekarang terkatup rapat, sedikit ragu dengan apa yang ia lakukan. Meraih pedangnya.



“Maaf.. Aniki..”

“Tidak!! Genya!! Aku akan melakukan apapun agar kau selamat—!!” teriakan Sanemi terus menggema. “JANGAN MATI, GENYA!!”






Tangan [Name] tersobek oleh katananya sendiri. Membuat aliran darah yang deras. ‘.. Mungkin saja..’ ia meraup darah yang jatuh pada lantai. Menyodorkannya pada Genya.

“Genya, minum ini! Jangan bicara lagi!” perintahnya dengan tangan bergetar. Genya menatapnya. Walau akhirnya meneguk darah itu tanpa mengerti.


“[Name]-sama..” Sanemi sendiri yang airmatanya sudah mengalir deras tidak mengerti apapun yang ia lakukan.




Perlahan pemudaran itu berhenti. Menggantikan hal itu, regenerasi Genya pulih. Membuatnya utuh kembali tanpa luka. “Apa..” ia terkejut. Menatap kembali lengannya yang utuh.



“Karena kau setengah iblis..” gumam [Name] hampir tak terdengar, sedangkan darahnya berceceran di lantai dan seragamnya.


“[Name]-sama!? Apa yang..” Sanemi menoleh ke arah gadis itu yang menatapnya dengan tatapan kosong. “Aku benar-benar akan membunuh Muzan..”

Sanemi terhenyak. Tak menyangka, tatapan itu.

Bahkan..


Sebuah tanda, muncul di wajah hingga leher [Name].

Memperlihatkan tatapan dinginnya.

“Muzan.. Aku benar-benar akan membunuhmu..”









Derap langkah [Name] tidak berhenti di ruangan panjang, tangannya mengikat perban di kepalanya sambil berlari. Sesekali ia hampir terjatuh karena bangunan yang terus menghambatnya.

Ia mengikatkan pedangnya pada tangannya. Mengingat tangannya terlalu kaku, ia takut untuk melepaskannya.

“KOAKK!! [NAME]-SAMA!!”


“Tunjukkan padaku, Oyakata-sama,” [Name] berkomunikasi dengan eren. “Dimana lokasi Muzan sekarang.”



“[Name]-sama, tolong, hentikan kisatsutai yang menuju lokasi Muzan, mereka harus menunggu pilar,” Kiriya merespon hal itu. [Name] sekarang meloncati 2 lantai, mempersingkat jarak perjalanannya. Ia menatap pasukan kisatsutai yang sedang berlari mendekati lokasi Muzan. Tepatnya, ia berada di atas lokasi itu sekarang.

COLORFUL. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang